Herman Herman
UIN Imam Bonjol Padang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

KONTRIBUSI JENDERAL BESAR A.H. NASUTION TERHADAP DWIFUNGSI ABRI (1958-1998) Peza Pramana putra; Herman Herman; Safri Mardison
Journal Cerdas Mahasiswa Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.954 KB) | DOI: 10.15548/jcm.v3i2.3518

Abstract

 Jenderal Besar A.H. Nasution merupakan seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam dunia kemiliteran seperti: memiliki karya dan pemikiran yang lebih spesifik didunia militer, menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), peletak dasar konsep-konsep kemiliteran, memformulasikan konsep dwifungsi ABRI, mengkritik pelaksanaan konsep Dwifungsi ABRI pada masa Orde Baru, kekaryaan ABRI, dan profesionalitas ABRI. Maka penulis tertarik untuk mengkajinya lebih lanjut tentang Kontribusi Jenderal Besar A.H. Nasution Terhadap Dwifungsi ABRI (1958-1998). Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Langkah-langkah penelitian ini: (1) Heuristik yaitu mengumpulkan sumber-sumber. Sumber primer dalam penelitian ini adalah buku Memenuhi Panggilan Tugas Jilid I-IV karya Jenderal Besar A.H. Nasution sedangkan sumber sekunder penelitian ini adalah buku tentang Dwifungsi ABRI karangan orang lain. (2) Melakukan kritik sumber terhadap data yang ada dengan kritik internal dan eksternal. (3) Interpretasi yang merupakan analisa terhadap data dan menafsirkannya (4) Historiografi merupakan penulisan cerita sejarah dalam bentuk karya ilmiah. Hasil penelitian ini menghadirkan satu kajian sejarah tentang kontribusi Jenderal Besar A.H. Nasution terhadap Dwifungsi ABRI. Awalnya ABRI hanya berfungsi sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan. Setelah Jenderal Besar A.H. Nasution memformulasikan konsep Dwifungsi ABRI yang terkenal dengan sebutan jalan tengah. Jalan tengah yang dimaksud adalah ABRI tidak hanya sebagai alat belaka dari pemerintah yang dikuasai oleh politisi sipil dan ABRI juga tidak menguasai politik secara dominan. Pada akhirnya ABRI berfungsi sebagai kekuatan pertahan keamanan dan sosial politik yang terkenal dengan sebutan Dwifungsi ABRI.