Kepulauan Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia dan banyak sesar-sesar aktif pada badan pulaunya sehingga rawan terhadap bahaya gempabumi. Saat ini sistem pemantauan gempabumi dilakukan oleh BMKG dengan menggunakan alat seismograf yang merekam gempabumi pada saat itu atau telah terjadi, akibatnya apabila terjadi gempabumi yang sangat besar masyarakat kurang siap siaga untuk menghadapi bencana tersebut. Pada artikel ini akan membahas tentang pengukuran dan perekaman suatu data karakteristik gempabumi berdasarkan fluktuasi medan magnet menggunakan sensor MEMS, kemudian data yang tersimpan pada perekam data dianalisa berdasarkan waktu setiap kejadian pengamatan (time stamp) untuk mengukur selang waktu (delay time) antara kejadian anomali medan magnet terhadap puncak getaran dengan magnitude terbesar. Uji coba perekam data dilakukan langsung di lapangan, yaitu memanfaatkan area yang memiliki aktifitas vulkanik. Kesimpulan dari penelitian untuk mendapatkan data getaran yang valid sesuai dengan teori Nyquist-Shannon maka pencuplikan data getaran dilakukan dengan frekuensi cuplik 2*Frekuensi maksimal masukan, yaitu minimal 40Hz dengan transformasi FFT pada sensor accelerometer menunjukkan frekwensi rendah gempa (≤ 20Hz) memiliki magnitude yang beragam dengan magnitude dominan pada frekwensi 5hz-10hz sedangkan pada sensor magnetometer menunjukkan frekwensi rendah gempa (≤ 66Hz) memiliki magnitude yang beragam dengan magnitude dominan pada frekwensi 5hz-10hz, 25hz-40hz, dan 50hz-60hz. Kata kunci: Gempa bumi, Medan Magnet Bumi, Sensor MEMS