Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perempuan, Mahar, dan Stratifikasi Sosial dalam Naskah Peraturan Bimbang dalam Negeri Bangkahulu Chika Amelia Pektra; Mamlahatun Buduroh
Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara Vol 12, No 1 (2021): Juni
Publisher : Perpustakaan Nasional RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1582.726 KB) | DOI: 10.37014/jumantara.v12i1.1096

Abstract

This study discusses the relationships between women, dowry and social stratification that are reflected in a manuscript on marriage regulations in Bengkulu entitled Peraturan Bimbang dalam Negeri Bangkahulu held in the National Library of Indonesia, with shelfmark Ml.144. This article considers the position of women in the determination of marriage dowry in the Peraturan Bimbang dalam Negeri Bangkahulu manuscript, and aims to describe the relations between women, dowry and social stratification that prevailed in 1882 and to describe the views of Bengkulu society regarding marital regulations. This research was conducted using descriptive analytical methods and literature study techniques and sociological approaches to examine the interrelation of these three elements. The results show that there are binding rules between women, the dowry and social stratification in the Bengkulu Malay community as reflected in the text. The regulation determines the amount of dowry used as a sign or symbol of women's social status in society, and this concept is still valid in the Malay-Bangkahulu community to this day. However, the regulation experienced a shift in the dowry determination. Specifically, the determination of the amount of dowry in the past was based on the lineage owned by women, whereas at present the education and profession of women are the determining factors that are capable of causing changes in social stratification that develops in society.
PENYEWAAN NASKAH PADA ABAD KE-19 SEBAGAI USAHA MEMPOPULERKAN CERITA DAN PELESTARIAN TRADISI TULIS NUSANTARA Mamlahatun Buduroh
NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 2 No. 1 (2023): April, NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/nalar.v2i1.458

Abstract

Abad ke-19 dapat dikatakan sebagai era peralihan sastra klasik ke sastra modern di kawasan Nusantara. Salah satu karya yang masih disalin pada masa ini adalah naskah-naskah yang berisi cerita MahabharataNaskah-naskah tersebut disalin untuk beberapa kepentingan, di antaranya untuk tujuan pendidikan dan penyewaan. Penelitian ini menguraikan sistem penyewaan naskah Melayu yang berisi cerita Mahabharata pada masa tersebut. Selanjutnya, analisis dilakukan secara deskriptif menggunakan pendekatan sejarah sastra. Kajian dilakukan dengan menganalisis kolofon naskah yang berisi cerita Mahabharata yang ada di koleksi Perpustakaan Nasional RI. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan gambaran sistem penyewaan naskah cerita Mahabharata di Melayu pada abad ke-19. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem penyewaan naskah cerita Mahabharata di Melayu memperlihatkan fungsi nilai ekonomi sastra pada masa tersebut. Selain itu, proses penyalinannya berfungsi sebagai usaha mempopulerkan cerita Mahabharata dan pemertahanan budaya tulis Arab-Melayu.
Visualisasi Penokohan Purasara Dalam Hikayat Purasara Sebagai Penanda Jejak Pertunjukan Wayang Kulit Pada Abad Ke-19 Putri Melina Febrianti; Mamlahatun Buduroh
CandraRupa : Journal of Art, Design, and Media Vol. 2 No. 1 (2023): Vol.2 No.1, March (2023)
Publisher : Universitas Dinamika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37802/candrarupa.v2i1.301

Abstract

Penelitian ini membahas visualisasi tokoh Purasara, Rara Amis, dan Semar dalam cerita dan pertunjukan wayang. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana hubungan cerita dan visual Purasara dalam naskah Melayu klasik, wayang kulit Jawa, dan wayang kulit Betawi. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kaitan antara Hikayat Purasara di Betawi dengan pertunjukan wayang di Jawa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka untuk penelusuran sumber dan penelitian lapangan untuk observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan pendekatan sastra bandingan untuk mengkaji keterkaitan antara cerita dan visual Purasara dari tiga korpus, yaitu Hikayat Purasara, lakon “Purasara” gaya Yogyakarta, dan koleksi wayang kulit Betawi milik sanggar Marga Juwita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita dan ilustrasi tokoh wayang baik dalam Hikayat Purasara maupun wayang kulit Betawi dipengaruhi oleh wayang kulit Jawa. Selain itu, melalui visual yang terdapat dalam tiga korpus tersebut ditemukan adanya pola bentuk penggambaran anatomi yang serupa di antara tokoh-tokoh tersebut. Akan tetapi, terdapat kekhasan pada visual tokoh wayang Betawi yang terlihat pada segi pewarnaan yang lebih terang, penggambaran atau tatahan dengan garis lebih tegas dan tebal, dan penyesuaian dengan prinsip agama masyarakat Betawi.
INDONESIA KETUA ASEAN 2023 : MENILIK MANUSKRIP KEISLAMAN ASEAN MELALUI MANUSKRIP MARAWI Eman Hermawan; Priscila Fitriasih Limbong; Mamlahatun Buduroh
TARBAWI:Journal on Islamic Education Vol 8, No 1: April 2024 ( On Process )
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/tarbawi.v1i1.2491

Abstract

ASEAN has three pillars of cooperation, namely the political and security pillar; economic pillar; and socio-cultural pillars. In the context of the socio-cultural pillar, the ASEAN region has an extraordinary diversity of manuscripts; has an extraordinary diversity of languages, scripts, culture and religious content. However, ASEAN also has its own challenges, such as conflict or extremism that could threaten the existence of manuscripts. One of the ASEAN regions that has armed conflict but has many Islamic manuscripts is Marawi, which has scientific relations with Indonesian ulama. The aim of this research is to see the transmission of knowledge from Marawi ulama in the Philippines with Indonesian ulama. The method used is a literature study approach. The research results show that the manuscripts in Marawi are connected to scholars in Indonesia. The research conclusion is the connection between Indonesia and the Philippines in the past, both scientific transmission and social, economic and religious interactions. Therefore, the Marawi catalog can be studied in more depth, both for academic purposes and for other studies.