Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGEMBANGAN MODUL MIKROBIOLOGI BERBASIS INKUIRI TERBIMBING BERDASARKANHASIL PENELITIAN BAKTERI ENDOFIT DARI TUMBUHAN Mushoffa Mushoffa; Andi Wapa; Agus Wijaksono
Jurnal Riset Rumpun Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (JURRIMIPA) Vol. 1 No. 1 (2022): April : Jurnal Riset Rumpun Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Publisher : Pusat riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.713 KB) | DOI: 10.55606/jurrimipa.v1i1.293

Abstract

This research and development aims to develop a valid and effective Microbiology module based guide inquiry on research on Isolation and Identification of Endophytic Bacteria from Ciplukan. The microbiology module was developed in reference to the ADDIE research and development model. The module drafting phase includes:1) the analyzing step through interviews with lecturers and the questionnaire of needs analysis by student respondents; 2) The step of designing learning modules to improve cognitive knowledge and process skills; 3) The step of developing by using module validation; 4) The step of applying which consists of module implementation in learning; 5) The evaluation step which consists of evaluating the validity of modules, cognitive learning outcomes and student science process skills. The results of the study show that the microbiology module developed accordance with the standards of validity, feasibility and practicality.
UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN IDEAL DI SDN 1 CLURING BANYUWANGI Agus Wijaksono; Mushoffa Mushoffa
Jurnal Pendidikan Dasar dan Sosial Humaniora Vol. 1 No. 12: Oktober 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Merosotnya mutu pendidikan disebabkan karena sistem pendidikan di Indonesia selama initerlihat lebih cenderung terpokus pada input pendidikan dan prosesnya (Jahya Umar 2005). Selain itu,realitas kemorosotan pendidikan sekolah sekarang juga disebabkan oleh mayoritas kepala sekolahyang masih belum memiliki kualitas dan kompetensi yang memadai dalam menjalankan perannyasebagai kepala sekolah serta pemahaman kepala sekolah yang rendah terhadap visi dan misi sekolahyang dipimpinnya atau bahkan kepala sekolah tidak tahu apa visi sekolah dan tidak memahami benarartivisi dan misi sekolah serta bagaimana mewujudkan visi itu.
Kajian Etnobotani Tanaman Obat Masyarakat Desa Penyangga di Sekitar Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Mushoffa; Agus Wijaksono; Muhammad Khalil
Jurnal Jeumpa Vol 9 No 2 (2022): Jurnal Jeumpa
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jj.v9i2.6445

Abstract

Kajian etnobotani memberikan manfaat plasma nutfah yang sangat besar bagi kehidupan salah satunya sebagai sumber pengobatan alami dari alam. Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat banyak sekali di temukan di ekosistem alami salah satunya di Taman Nasional. Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi kaya akan flora dan fauna ada sekitar 584 jenis tumbuhan berpotensi mempunyai khasiat obat yang menghuni konservasi ini terdiri dari rumput, herba, semak dan pepohonan yang masih belum banyak diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar taman nasional maupun masyarakat di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis, bagian atau organ, dan bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat desa penyangga di sekitar Taman Nasional alas purwo. Metode penelitian menggunakan metode survey dengan teknik wawancara yang disertai dengan keterlibatan aktif peneliti dalam kehidupan masyarakat setempat Participatory Etnobotanical Appraisal (PEA). Berdasarkan hasil penelitian Terdapat 35 Jenis tumbuhan dari 19 famili yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat desa penyangga Taman Nasional Alas Purwo yakni Desa Kalipait dan Desa Grajagan. Bagian dari tumbuhan yang dimanfaatkan ada 11 bagian diantarannya adalah biji, getah, akar, kulit, batang, dan daun, bunga, umbi, rimpang, buah, dan semua bagian tumbuhan. Masyarakat biasa memanfaatkan cara pemanfaatan tumbuhan diantaranya adalah diparut, digosok, dikucak, ditempel, ditumbuk, direbus, dibungkus, diremas dan diasar.
MENINGKATKAN SDM DALAM INTERPRENEURSHIP PADA MASYARAKAT DI DESA TAPAN REJO MUNCAR BANYUWANGI Agus Wijaksono; Mushoffa Mushoffa
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 1 No. 10: Oktober 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program pengabdian masyarakat bertujuan memberikan pemahaman kepada pemuda Desa Tapan Rejo tentang konsep dan teori terkait dengan wirausahawan professional, pelatihan keterampilan tentang cara membuat kerajinan tangan yang unik dan memiliki nilai jual. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah seluruh pemuda masyarakat Desa Tapan Rejo Muncar Banyuwangi Kecamatan Tapan Rejo Muncar Banyuwangi. Adapun metode pelaksanaan program pemberdayaan ini yaitu menggunakan Participatory Rural Appraisal (PRA). Pendekatan ini dimaksudkan agar masyarakat turut serta atau terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan diantaranya (1) survey lokasi pelaksanaan semacam seminar dan pelatihan pembuatan kerajinan tangan untuk para pemuda masyarakat desa Tapan Rejo Muncar Banyuwangi; (2) merencanakan jadwal pelaksanaan seminar dan pelatihan kerajinan tangan. (3) menyediakan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan seminar ataupun pelatihan kerajinan tangan; (4) pelaksanaan seminar dan pelatihan keterampilan kerajinan tangan; dan (5) evaluasi pelatihan keterampilan kerajinan tangan yang telah dibuat oleh pemuda desa Tapan Rejo. Hasil program pemberdayaan ini mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat Desa Bungadidi khususnya para pemudanya. Dengan adanya program ini, para pemuda merasa sangat diberdayakan melalui kegiatan yang sifatnya positif, membangun kemandirian, dan tentunya dapat memberikan tambahan pengetahuan sehingga dapat menciptakan peluang wirausaha yang kreatif dan mandiri. Potensi alam di suatu daerah bergantung pada kondisi geografis, iklim, dan bentang alam daerah tersebut. Kondisi alam yang berbeda tersebut menyebabkan perbedaan dan ciri khas potensi lokal setiap wilayah. Kesimpulan program ini, pemuda tidak selalu negatif, buktinya dengan adanya program pengembangan sumber daya manusia yang produktif, maka persepsi negatif yang disematkan kepada pemuda tersebut pun dapat diretas.
Inventarisasi Keanekaragaman Anggrek di Kawasan Hutan Cagar Alam Kawah Ijen Banyuwangi Mushoffa Mushoffa; Thoriq Moh Yusuf; Agus Wijaksono
Jurnal Jeumpa Vol 10 No 2 (2023): Jurnal Jeumpa
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jj.v10i2.8547

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Cagar Alam Kawah Ijen, yang dikenal masih memiliki hutan hujan alami yang masih baik di Jawa Timur. Sampai saat ini belum ada informasi tentang komposisi jenis anggrek alam yang ada di Kawasan tersebut. Tujuan dari penelitian inventarisasi ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis anggrek yang terdapat di Kawasan Cagar Alam Kawah Ijen. Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan metode jelajah secara acak. Pengambilan data untuk identifikasi dilakukan dengan cara membuat foto dokumentasi anggrek dan pengambilan spesimen. Anggrek yang ditemukan disepanjang hutan kawah ijen diidentifikasi melalui pengamatan morfologi yang meliputi bentuk daun, batang (bulb), warna, dan bentuk bunga yang kemudian dicocokan dengan buku pustaka identifikasi anggrek. Identifikasi ditulis dengan menggunakan thally sheet. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat 14 spesies anggrek yang ditemukan di sekitar kawasan Cagar Alam Kawah Ijen pada ketinggihan 350-725 mdpl. 14 spesies anggrek tersebut termasuk dalam 9 marga. 12 spesies anggrek yang teridentifikasi bersifat epifit, sedangkan 2 spesies anggrek bersifat terestrial.