Feni Sulistyawati
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Evaluasi Capaian Program Kesehatan Ibu Puskesmas X Kabupaten Badung Tahun 2020 Feni Sulistyawati
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 6 No. 1 (2022): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v6i1.409

Abstract

Abstrak Kematian maternal seringkali disebabkan adanya komplikasi dari kehamilan dan persalinan. Millenium Development Goals (MDGs) menyatakan kematian maternal menjadi penghambat pencapaian sasaran dalam meningkatkan kesehatan ibu. Puskesmas sebagai layanan kesehatan primer memegang peranan penting dalam pencapaian tersebut. Pada tahun 2019 Puskesmas X memiliki rata-rata pencapaian cakupan indikator program kesehatan ibu sebanyak 106%. Pada tahun 2020 bertepatan dengan pandemi COVID-19 diperlukan evaluasi program kesehatan ibu. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pencapaian indikator program kesehatan ibu di Puskesmas X Kabupaten Badung Tahun 2020. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dengan analisis deskriptif. Hasil menunjukkan capaian indikator program kesehatan ibu tahun 2019 (106%) dan 2020 (118,22%). Terjadi penurunan rata-rata sasaran/ jumlah pasien pada semua indikator capaian program kecuali deteksi resiko tinggi oleh tenaga kesehatan. Secara umum terjadi peningkatan rata-rata capaian indikator program akibat penurunan rata-rata sasaran/ jumlah pasien yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan setempat dampak dari pandemi. Meski demikian rata-rata sasaran/ jumlah pasien mengalami penurunan. Diharapkan upaya perbaikan dilakukan sesuai dengan plan, do, check dan action (PDCA) dan peningkatan pemantauan oleh tenaga kesehatan pada tiap layanan kesehatan sehingga program dapat berjalan dengan lancar.Kata kunci  : Evaluasi, Program, Kesehatan IbuAbstractComplications during pregnancy and childbirth are frequently to blame for maternal deaths. Maternal mortality is a barrier to attaining targets for improving maternal health, according to the Millennium Development Goals (MDGs). This accomplishment is significantly aided by Public Health Centers as primary healthcare providers. The average indicator coverage for maternal health programs at Public Health Center X in 2019 was 106%. Evaluation of maternal health initiatives is required in 2020, the year of the COVID-19 pandemic.The purpose of this study was to study the achievement of maternal health program indicators at Puskesmas X, Badung Regency in 2020. Data collection used secondary data with descriptive analysis. The results show the achievement of maternal health program indicators in 2019 (106%) and 2020 (118.22%). There was a decrease in the average target/number of patients in all program achievement indicators except for high risk detection by health workers. In general, there was an increase in the average achievement of program indicators due to a decrease in the average target/number of patients set by the local Health Office as a result of the pandemic. However, the average target/number of patients has decreased. It is hoped that improvement efforts will be carried out in accordance with the plan, do, check and action (PDCA) and increased monitoring by health workers in each health service so that the program can run smoothly.Keywords    : Evaluation, Program, Maternal Health
TREN MENOLAK VAKSIN Feni Sulistyawati; Ni Putu Widarini
Indonesian Journal for Health Sciences Vol 6, No 2 (2022): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/ijhs.v6i2.4716

Abstract

Vaksinasi memberikan efek pada sistem kekebalan tubuh serta melindungi tubuh dari berbagai penyakit yang dapat dihentikan dengan vaksin. Meski demikian masih terdapat masyarakat yang menolak adanya vaksinasi. Gerakan penolakan vaksin tersebut sudah lama terjadi baik di dalam maupun luar negeri.  Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui penolakan vaksin yang terjadi di negera berkembang dan negara maju. Artikel ini ditulis dengan menggunakan studi literatur pencarian database Google Schoolar dan Pubmed dari tahun 2016-2020 dengan sintaks kata kunci database dan diperoleh 28 temuan yang sesuai dengan topik. Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa penyebab penolakan di negara berkembang lebih mengacu pada kepercayaan agama yang melarang penggunaan vaksin sedangkan di negara maju disebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap instansi pemerintahan, otoritas kesehatan, dan industri farmasi yang diyakini mengambil keuntungan dengan adanya program vaksin serta mitos yang berkembang terkait efek samping vaksinasi yang menyebabkan autisme. Diperlukan adanya edukasi kesehatan dengan mempertimbangkan keyakinan, sehingga mampu mengubah keputusan masyarakat dalam melakukan vaksinasi, kerja sama pemerintah dan multisektor lainnya dalam kampanye vaksin serta adanya kebijakan yang tegas dari pemerintah dalam membantu terlaksananya pencapaian program vaksinasi.
KEJADIAN STUNTING MASA PANDEMI COVID-19 Feni Sulistyawati; Ni Putu Widarini
Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 17, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.772 KB) | DOI: 10.35842/mr.v17i1.587

Abstract

Stunting merupakan salah satu masalah kependudukan. Hampir seperempat balita di seluruh dunia mengalami kejadian stunting dan diprediksi akan mengalami peningkatan kasus pada masa pandemi covid-19. Dalam perkembangannya stunting seringkali terjadi pada negara berkembang salah satunya Indonesia. Tujuan studi literatur ini untuk mengetahui dampak pandemi covid-19 terhadap kejadian stunting. Hasil yang diperoleh yakni pandemi covid mempengaruhi peningkatan terhadap kejadian stunting sehingga menghambat pencapaian bonus demografi. Data statistik menunjukkan kejadian stunting mengalami penurunan kasus dari tahun 2000 sampai tahun 2019 dan sedikit terjadi peningkatan pada tahun 2020 serta diprediksi akan terus melonjak akibat dampak dari pandemi. Diperlukan upaya penanggulangan baik secara langsung maupun tidak langsung berbasis teknologi, penguatan kebijakan dan berbagai sektor pendukung yang sesuai dengan kondisi pandemi covid-19 sehingga bonus demografi bisa tecapai pada tahun 2035.