Krismasita Surya Putri
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KONFLIK KERJA-KELUARGA KARYAWAN INDUSTRI MANUFAKTUR Krismasita Surya Putri; Artiawati Artiawati; Ni Putu Adelia Kesumaningsari
Journal of Psychological Science and Profession Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.831 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v5i1.29340

Abstract

Penelitian  ini bertujuan untuk menguji hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional seorang atasan dengan tingkat konflik kerja-keluarga karyawannya. Responden penelitian berasal dari karyawan perusahaan industri manufaktur sepeda dengan total responden sebanyak 117 orang yang dipilih dengan teknik pemilihan probability sampling-simple random sampling. Data yang terkumpul dalam penelitian ini didapatkan dengan menyebarkan angket penelitian yang berisi skala kepemimpinan transformasional dan konflik kerja-keluarga yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi. Hasil analisis data korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan negatif yang signfikan antara gaya kepemimpinan transformasional atasan dan konflik kerja-keluarga karyawan. Namun, pengolahan data lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara 5 dari 7 aspek gaya kepemimpinan transformasional yakni vision, staff development, empowerment, innovative thinking, dan lead by example dengan salah satu aspek dari konflik kerja-keluarga yakni family interference work­-strain. Penelitian ini juga menghasilkan temuan lain yakni adanya asosiasi antara jenis kelamin atasan dengan tingkat konflik kerja-keluarga karyawan, yakni atasan berjenis kelamin perempuan cenderung lebih transformasional dibandingkan atasan berjenis kelamin laki-laki. Hasil yang demikian mengindikasikan bahwa karyawan yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang transformasional akan merasa memiliki panutan yang dapat memberikannya contoh dalam mengatasi konflik peran dalam lingkup keluarga dan pekerjaannya. Dengan demikian, karyawan dapat mengadaptasi pola keseimbangan kerja-keluarga dari atasannya dan mempraktikkannya dalam kehidupan rumah tangganya sehingga tekanan dari peran yang dimiliki dalam lingkup keluarga tidak sampai mengganggu perannya di lingkungan kerja.
Hubungan Konflik Kerja-Keluarga dan Kesejahteraan Psikologis pada Pekerja yang Menjalani Hubungan Pernikahan Jarak Jauh Krismasita Surya Putri; Vincent Putra Mahendra; Artiawati Artiawati
Journal of Psychological Science and Profession Vol 7, No 2 (2023): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jpsp.v7i2.47249

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara konflik kerja-keluarga dan kesejahteraan psikologis pada pekerja yang sedang menjalani hubungan pernikahan jarak jauh. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Total subjek penelitian ini sebanyak 105 orang yang diperoleh menggunakan teknik purposive sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Work-Family Conflict Scale dan Psychological Well-Being Scale. Hasil uji korelasi Pearson membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kedua variabel. Uji regresi juga memperkuat dinamika hubungan antara keduanya. Keempat dimensi dari konflik kerja-keluarga juga berhubungan negatif secara signifikan dengan kesejahteraan psikologis. Adapun dimensi konflik keluarga-kerja berbasis waktu menjadi dimensi yang memiliki korelasi paling tinggi dibandingkan ketiga dimensi lainnya. Temuan ini mengindikasikan bahwa individu yang menjalani hubungan pernikahan jarak jauh rentan mengalami konflik kerja-keluarga yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakhadiran pasangan secara fisik sehingga dukungan untuk mengaktualisasikan diri dalam peran yang dimainkan di dalam keluarga juga semakin minim. Kajian mengenai bentuk dukungan yang paling tepat bagi pasangan yang menjalani pernikahan jarak jauh perlu diteliti lebih lanjut.