Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Karakteristik Kekuatan Material Pada Baja Dengan Variasi Diameter Akibat Proses Temper Quench Weriono; Junaidi; Rinaldi
Sainstek (e-Journal) Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perlakuan panas pada baja mempunyai peran penting dalam upaya mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Pemakaian baja AISI 4140 aplikasi penggunaannya connecting rod, poros engkol, fastener, as roda, alat pertambangan dan komponen alat berat. Bahan yang digunakan mensyaratkan beberapa faktor seperti kekuatan, kekerasan, ketangguhan, keuletan, tahan panas, tahan aus dan sebagainya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas baja adalah dengan perlakuan panas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kekuatan bahan akibat proses perlakuan panas pada logam serta untuk mendapatkan sesuai sifat spesifikasi sesuai standar sehingga kekuatan, kekerasan, ketangguhan, dan keuletan dapat terukur. Kekerasan di bawah standard di titil radius pengukuran sudut 30o tegak (Rb) untuk d = 36 mm sampel 1 dari tepi 15 mm 21,5 HRC, d = 38 mm sampel 1 (Ra) = 20,4 HRC (Rb) = 21,5 HRC sedangkan sampel 2 (Ra) = 20,5 HRC (Rb) = 22,4 HRC. Rata – rata kekerasannya masih di dalam standard tetapi radius pengukuran sudut 30o tegak (Rb) lebih tinggi nilai kekerasannya dibandingkan arah radius tegak (Ra) dan pada titik pengukuran mendekati pusat batangan baja mempunyai harga kekerasan dibawah standard Persentasi elongation dan persentasi reduction area diameter 36 mm lebih tinggi dari diameter 38 mm. diameter 36 mm ?y = 826 MPa lebih tinggi dari diameter 38 mm ?y = 708 MPa, kondisi ini menunjukan kekuatan standard AISI 4140 ?y = 655 MPa. Kekuatan material dan kekerasan tidak seragam pada variasi diameter.
Studi Karakteristik Material Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Jenis ABC Powder Melalui Pengamatan Struktur Mikro Dan Pengujian Kekerasan Rinaldi; Siswo Pranoto; Suyitno Suyitno
Sainstek (e-Journal) Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alat Pemadam Api Ringan berfungi untuk membantu memadamkan api pada saat terjadinya kebakaran. Permasalahan yang terjadi pada Alat Pemadam Api Ringan ini diantaranya : tabung Alat Pemadam Api Ringan mengalami korosi, lapisan pelindung kurang baik, tekanan dalam tabung menjadi berkurang baik, terdapatnya kerusakan di bagian sambungan badan tabung dan alas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis kerusakan yang terjadi pada bagian-bagian Alat Pemadam Api Ringan yang mengalami kerusakan, menganalisa karakteristik material melalui pengamatan struktur mikro dan pengujian kekerasan material Alat Pemadam Api Ringan , serta analisis tegangan yang diidentifikasi mengalami cacat untuk mengetahui penyebab kerusakannya. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu detail kerusakan telah diketahui dari penelitian ini. Bagian Alat Pemadam Api Ringan yang mengalami kerusakan yaitu bagian atas , sambungan lasan, dan dasar tabung. Kerusakan Alat Pemadam Api Ringan berupa korosi dominan terjadi di dasar tabung. Kekerasan dan tegangan di daerah sambungan las lebih tinggi dibandingkan kekerasan dinding tabung, sehingga menimbulkan korosi tegangan. Korosi merusak beberapa bagian di dasar tabung . Pertumbuhan korosi berawal dari bagian dasar tabung lalu menjalar ke bagian atas tabung . Korosi mengakibatkan penipisan pada dinding Alat Pemadam Api Ringan yang terjadi pada lubang yang disebabkan oleh korosi dan merambat pada daerah sambungan lasan. Kerusakan mulai terjadi di lokasi sambungan lasan dan terus merambat hingga ke bagian yang lain dari dinding tabung Alat Pemadam Api Ringan. Program perawatan yang handal, program pelapisan dinding tabung yang terintegrasi, dan desain tabung yang lebih baik sehingga dapatmenghindari korosi pada sambungan las.
STUDI UNJUK KERJA BOILER KAPASITAS 18 TON/JAM DI LINGKUNGAN PABRIK KELAPA SAWIT Yuliani; Rinaldi; Sudarmo
Sainstek (e-Journal) Vol. 5 No. 1 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Boiler used in PT. Inti Indosawit Subur, Palm oil factory Buatan Satu in Pangkalan Kerinci namely Takuma WaterTube Boiler N 600 SA has long been used for it needs to be analyzed in detail in order to know the heat loss, boilerefficiency, actually after so long operated. The analysis is carried out with the purpose of knowing the boiler'sperformance to generate steam by referring to recorded operating data and determining the system that needs to becarried out for improvement or improvement of boiler performance. By using direct method, the analysis has been doneto boiler performance with steam capacity of 18 Ton / hr which is operated using fiber fuel and shell, Heating Value orheat value of combustion of fiber fuel and shell produced is 3,329,301 Kkal / kg, It can be concluded that the heating value of fiberglass and shell fuel 3,329,301 Kkal / kg, The amount of fuel used based on field data for steam capacity of18,000 kg / hour, it will need fiber and shell fuel of 4700 kg / hour every hour. While the amount of fuel usedtheoretically for steam capacity of 18,000 kg / hour, it will need fiber and shell fuel 4,126,542 kg / hour. Here we cansee there is a deviation that occurs very significant between field data and theoretical that is 573,458 kg / hour. Airrequired for combustion 27,680.84 kg / hour every hour, heat produced by burning fuel 13,051,575 Kcal / hour andboiler efficiency is the ratio between heat consumption (hot useful) with heat supply, from calculation analysis obtainedamount of usefulness Boiler is 86.501%. Therefore it can be said that the boiler is still feasible to operate
PREDIKSI TEMPERATUR OPERASIONAL TUBE HEATER PADA UNIT PENGOLAHAN MINYAK MENTAH AGAR MENCAPAI UMUR OPERASI 100.000 JAM Hadi Sunandrio; Rinaldi
Sainstek (e-Journal) Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan Tube Reformer yang digunakan pada unit pengolahan minyak atau industri petrokimia yang ada di Indonesia sudah mendekati batas umur disain, bahkan sudah ada yang diganti. Salah satu Tube Reformer yang telah dioperasikan selama ± 25 tahun akan diprediksi umur sisanya. Karena pada saat dilakukan pemeriksaan in-situ metalografi didapat struktur mikro yang telah mengalami kerusakan berupa creep void stadium 2 (menurut standard TRD 508-ERA Technology )dan dianjurkan untuk dilakukan Pengujian Mulur (Stress Rupture Test/Creep Test )di laboratorium, untuk memprediksi sisa umur pakai dari Tube Reformer tersebut. Pada tulisan ini akan disajikan suatu hasil pengujian creep dari Tube Reformer, yang kemudian diekstrapolasi sehingga menghasilkan grafik LMP vs Tegangan, yang merupakan kombinasi tiga parameter yaitu waktu (time to rupture ), logaritma tegangan dan suhu operasi menjadi satu kurva yang disebut Kurva Master Larson-Miller Parameter (LMP Master Curve ). Selanjutnya parameter ini dapat digunakan untuk menghitung sisa umur material yang dioperasikan pada suhu tinggi digunakan persamaan Larson-Miller Parameter (LMP )
Analisis Efisiensi Sistem Turbocharger pada Engine PLTMG 20 MW Berdasarkan Konsumsi Udara Sepfitrah; Rinaldi; Adi Febrianton; Siswo Pranoto; Arios Ferial
Jurnal Surya Teknika Vol 9 No 2 (2022): JURNAL SURYA TEKNIKA
Publisher : Fakultas Teknik UMRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37859/jst.v9i2.4397

Abstract

Turbocharging system efficiency is a comparison between turbocharging efficiency and turbocharger efficiency. This study analyzes the performance of the ABB 140 and TCR 18 turbochargers on two JGS 620 series F111 gas engines for 3000 hours of operation. The analysis will be carried out based on the specific airflow consumption of the JGS 620 series F111 gas engine. The specific air flow consumption is obtained based on calculations, the ABB A140 turbocharger consumes an average of 0.2% more air than the TCR 18 turbocharger. This condition results in a higher output power on engine 2 on average of 2516.84 kW, compared to the output power engine 1 on average of 2402.72 kW. Based on the calculation of the conduction ratio, the average air consumption on engine 2 is less than engine 1 by 0.41%. The turbocharging efficiency value on the turbine engine 2 side is disrupted at 1700 and 2500 hours of operation. This is due to the disturbance on the turbocharger compressor side of the incoming airflow. The efficiency of the turbocharging system on engine 1 has a value of 79.77%, while on engine 2 it is 77.99%.
Pengaruh Counterweight Pada Sistem Pompa Angguk Weriono Weriono; Syafril Syafar; Rinaldi; Adi Isra
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING MANUFACTURES MATERIALS AND ENERGY Vol. 7 No. 2 (2023): Edisi Desember 2023
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/jmemme.v7i2.7867

Abstract

Eksplorasi gas dan minyak bumi perlu dibuat sumur-sumur dengan sistim pengeboran, dikarenakan gas alam dan minyak mentah terletak jauh di dalam perut bumi. Proses pengeboran terlebih dahulu dilakukan proses eksplorasi dan eksploitasi. Untuk mengangkat minyak yang masih tertinggal dibutuhkan mekanisme pengangkatan yaitu artificial lift. Adapun dalam penelitian ini untuk dapat melihat mekanisme kerja pompa angguk pengaruh counterweight. Pompa ini memiliki mekanisme yang sederhana yaitu dengan adanya gerakan turun-naik dari plunger untuk menghisap fluida yang berada di bawah permukaan ke permukaan. Adapun tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan antara beban pada penggerak utama pompa angguk dengan torsi pada kotak roda gigi serta momen pada polished rod. Pompa angguk yang digunakan adalah C-114D-119-86 di sumur 7Q13B dengan penambahan penyeimbang (counterweight) material ASTM A 48. Berat counterweight berdasarkan desain adalah 1,050 kg (3CRO) atau 2313.75 lb dan 886 kg (5 ARO) atau 1957,5 lb. Jumlah counter weight terpasang adalah empat buah (2 pcs 3CRO dan 2 Pcs 5AR. Torsi maximumnya di 114.000 lb.in. Langkah upstroke terjadi pada nilai momen positif yaitu pada sudut poros engkol kotak roda gigi 0 hingga 180o, sedangkan langkah downstroke terjadi pada nilai momen counterweight negatif yaitu pada sudut poros engkol kotak roda gigi besar dari 180 hingga 360o maka berat counterweight mempengaruhi momen terhadap crank shaft.