p-Index From 2019 - 2024
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Kewarganegaraan
Beny Budhi Septyanto
Universitas Pertahanan Republik Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Kewarganegaraan

Peran Penting Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) Dalam Perjuangan Meraih Kemerdekaan Indonesia Gathut Imam Gunadi; Beny Budhi Septyanto; Unggul Satrio Yudhotomo
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 1 (2022): 1 Januari - 30 Juni 2022 (In Press)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.709 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i1.2724

Abstract

AbstrakDidalam Perjalanan sejarah pergerakan bangsa Indonesia untuk dapat mencapai kemerdekaan negara Indonesia dapat kita ketahui bahwa serangkaian peristiwa tersebut awalnya terjadi sejak terlaksananya Kebangkitan Nasional yang terjadi pada tanggal 20 Mei 1908, seteleh itu disusul oleh peristiwa yang tak kalah pentingnya yaitu lahirnya Sumpah Pemuda yang pelaksanaannya terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Tidak sampai disitu saja, terdapat juga kegiatan perjuangan politik yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh Nasionalis melalui pengembangan organisasi atau partai politik. Selama terjadinya pergerakan kebangsaan tersebut yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Indonesia masih belum mampu untuk membentuk sebuah kekuatan militer bangsa Indonesia yang kedepannya diperlukan untuk dapat mendukung perjuangan mewujudkan cita-cita politik Indonesia Merdeka. Sejarah perjuangan kemerdekaan indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran keberadaan tentara Pembela Tanah Air (PETA). Tentara PETA merupakan pasukan pembela tanah air yang berupa tentara sukarelawan yang diisi oleh pemuda-pemuda Indonesia. Pada awalnya pembentukan pasukan PETA dari bantuan Jepang ini bertujuan untuk mempertahankan wilayahnya dari serangan tentara Sekutu, namun bangsa Indonesia melihat pembentukan Tentara PETA itu sebagai persiapan menuju Indonesia Merdeka. Bisa dikatakan bahwa tentara Pembela Tanah Air (PETA) merupakan modal utama kekuatan Tentara Keamanan Rakyat yang akhirnya dikemudian hari bertransformasi menjadi Tentara Nasional Indonesia.Kata kunci: Perjuangan Kemerdekaan, Gerakan Kebangsaan, PETA. AbstractWe can learn from the historical journey of the Indonesian nation's movement to achieve independence of the Indonesian state that this series of events began with the implementation of the National Awakening on May 20, 1908, and was followed by an equally important event, namely the birth of the Youth Pledge on October 28, 1928. It didn't stop there; Nationalist figures were also involved in political warfare through the formation of political organizations or parties. During the national movement led by Indonesian personalities, they were unable to build a military force for the Indonesian country, which would be required in the future to support the struggle to achieve Indonesia's democratic goals. The participation of the Pembela Tanah Air (PETA) army in the war for Indonesian independence cannot be separated from the history of the struggle. The PETA army is a volunteer army made up of Indonesian youngsters that serves as a homeland defense force. The construction of the PETA forces with Japanese support was initially intended to defend their area against Allied attacks, but the Indonesians envisioned the PETA Army as a precursor to an independent Indonesia. The Pembela Tanah Air (PETA) army might be considered the major capital of the People's Security Army, which later became the Indonesian National Army.Keywords: Struggle for Independence, National movement, PETA.
Analisis Pemenuhan Kebutuhan Munisi Kaliber Kecil (MKK) Dalam Negeri Dengan Metode SWOT Beny Budhi Septyanto; Gathut Imam Gunadi; Manan Manan
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 1 (2022): 1 Januari - 30 Juni 2022 (In Press)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.924 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i1.2757

Abstract

AbstrakPemenuhan kebutuhan munisi perorangan pada operasi tempur adalah sangat besar terutama Munisi Kaliber Kecil (MKK). Jumlah munisi operasional harus siap di gudang munisi kesatuan sesuai dengan jumlah prajuritnya dikalikan dengan 3 (tiga) kali munisi bekal pokok (BP) tempur ditambah munisi latihan yang digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan menembak prajurit. Untuk memenuhi kebutuhan pertahanan negara dibutuhkan munisi hingga 1.300 juta butir MKK per tahun yang rencananya sudah diajukan oleh Menteri Pertahanan RI pada awal tahun 2020. PT Pindad (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Strategis yang merupakan salah satu industri pertahanan nasional yang memproduksi munisi dari bebagai jenis dan kalibernya, termasuk munisi kaliber kecil 5.56 mm standar NATO, yang sampai dengan tahun 2018 hanya mampu memproduksi sebanyak 165 ribu butir MKK per tahun, kapasitas produksi yang sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan MKK dalam negeri. Keterbatasan ini disebabkan oleh mesin produksi yang sudah tua dan hampir seluruh bahan bakunya produk impor. Sejak akhir 2019 PT Pindad (Persero) Divisi munisi diperluas prasarana produksinya dan menambah mesin produksinya dengan target penambahan kapasitas menjadi maksimal 275 juta butir MKK per tahun (Warta Pindad, 2019). Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan bertanya/ konfirmasi (Bukan wawancara) dan diskusi kepada Staf Ahli Bidang Kerjasama KKIP; serta melalui pengumpulan data sekunder dan literatur yang didapat. Data yang ada itu kemudian dapat untuk digunakan didalam menentukan suatu indikator-indikator pada Manufacturing Readiness Level (MRL) yang memenuhi serta melakukan analisa faktor-faktor pada produksi munisi yang menurut metoda SWOT menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman jika supply chain management pada data-data yang ada tersebut diimplementasikan; menggunakan suatu metoda yaitu metoda analisis SWOT. Dari hasil pengolahan data yang sudah di analisis menjelaskan bahwa fenomena lemahnya Chain Supply Industri Pertahanan Indonesia memang ada tapi akan dapat diminimlisir. Selanjutnya, kesimpulan yang didapatkan melalui analisis SWOT yaitu: mengajukan saran yang ditujukan kepada kepada pemerintah untuk dapat mendukung  setiap langkah yang diterapkan.supply chain management.Kata kunci: Manufacturing Readiness Level , supply chain management,munisi bekal pokok AbstractThe fulfillment of individual munitions needs in combat operations is very large, especially Small Caliber Munitions (MKK). The number of operational munitions must be ready in the unitary munitions warehouse in accordance with the number of soldiers multiplied by 3 (three) times basic combat ammunition (BP) plus training munitions used to maintain and improve the shooting ability of soldiers. To meet the country's defense needs, up to 1,300 million MKK rounds per year are needed which are planned to have been proposed by the Indonesian Minister of Defense in early 2020. PT Pindad (Persero) is a Strategic State-Owned Enterprise which is one of the national defense industries that produces munitions of various types and calibers, including small caliber 5.56 mm NATO standard munitions, which until 2018 were only able to produce as many as 165 thousand MKK rounds per year. years, the production capacity is very less to meet the needs of domestic MKK. This limitation is caused by old production machines and almost all of the raw materials are imported products. Since the end of 2019 PT Pindad (Persero) the munitions division has expanded its production infrastructure and added its production machines with a target of increasing capacity to a maximum of 275 million MKK grains per year (Warta Pindad, 2019). The research was conducted using a qualitative method by asking/confirming (not interviewing) and discussing with the Expert Staff for Cooperation in KKIP; as well as through the collection of secondary data and literature obtained. The existing data can then be used in determining an indicator at the Manufacturing Readiness Level (MRL) that meets and analyzes the factors in the production of munitions which according to the SWOT method are strengths, weaknesses, opportunities and threats if supply chain management on the data -the existing data is implemented; using a method, namely the SWOT analysis method. From the results of data processing that has been analyzed, it is explained that the phenomenon of the weakness of the Indonesian Defense Industry Supply Chain does exist but can be minimized. Furthermore, the conclusions obtained through the SWOT analysis are: submit suggestions addressed to the government to be able to support each step that is implemented. supply chain management.Keywords: Manufacturing Readiness Level, supply chain management, basic ammunition