Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis keaktoran para pemeran bintang dalam Film Bumi Manusia. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengambilan data dalam penelitian menggunakan teknik Focussed Group Discussion (FGD) dengan responden mahasiswa prodi Seni Teater ISI Surakarta. Hasil penelitian dianalisis menggunakan teori Encoding/Decoding yang menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menerima keaktoran pemeran bintang jika aktor tersebut dapat memenuhi karakter atau profil tokoh yang harus dimunculkan dalam film Bumi Manusia. Peserta cenderung setuju atau menerima karakter tokoh Minke sebagai protagonis, namun hanya pada beberapa adegan. Seluruh peserta dapat menerima Fisiologi Annelies Mellema sebagai gadis blasteran Belanda Indonesia. Karakter Nyai Ontosoroh dapat diterima oleh peserta FGD, namun dalam hal penggambaran seorang gundik masih belum tergambarkan secara keseluruhan. Peserta cenderung menerima karakter tokoh Minke sebagai Protagonis, namun hanya pada beberapa adegan. Seluruh peserta dapat menerima fisiologi Annelies Mellema sebagai gadis blasteran Belanda Indonesia. Karakter Nyai Ontosoroh dapat diterima oleh peserta FGD, namun dalam hal penggambaran seorang gundik masih belum tergambarkan secara keseluruhan. Peserta cenderung tidak menerima keaktoran Iqbaal Ramadhan sebagai Minke, karena masih terbawa tokoh yang diperankan pada film sebelumnya yaitu tokoh Dilan. Terdapat dua kategori penerimaan yang bobotnya seimbang terhadap keaktoran Mawar Eva de Jongh sebagai Annelies Mellema, yaitu sebagian menerima (dominant-hegemonic) dan sebagian menerima tapi hanya pada beberapa adegan saja (negotiated code). Peserta cenderung menerima keaktoran Giorgino Abraham sebagai Robert Mellema, karena telah berhasil menjiwai perannya dan membuat penonton merasa kesal dengan aktingnya sebagai antagonis dalam film Bumi Manusia.