Muhammad Ilmi Hatta
Faculty Of Psychology Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search
Journal : Bandung Conference Series: Psychology Science

Hubungan Self-Esteem dengan Perilaku Cyberbullying pada Remaja Pengguna Media Sosial Twitter Ristie Nashaya Faidatu' Nissa; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.594 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i1.886

Abstract

Abstract. In this increasingly sophisticated digital era, there are more and more active Internet users. Based on the results of a survey conducted by APJII in 2018, it is known that social media ranks second as the most widely used internet service in Indonesia with a percentage of 18.9%. However, the use of social media is widely misused, one of the phenomena of this misuse of social media is cyberbullying. Cyberbullying is a deliberate aggressive act carried out by a group or individual, which is carried out in the form of electronic media. One of the social media that is often used as a medium for cyberbullying is Twitter. One of the factors causing cyberbullying behavior is self-esteem. The purpose of this study was to determine the relationship between self-esteem and cyberbullying behavior in adolescents using social media Twitter in Bandung. The research method used is purposive sampling technique. The data for this study were taken using the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) developed by Rosenberg and the cyberbullying tool from Willard, which was distributed to late teens aged 18 to 22 years in Bandung with a sample of 116 people. The analytical technique used is the Spearman Correlation Test. The resulting correlation value is -0.031 and p-value (Sig.) = 0.745 > = 0.05. The results of this study indicate that there is no significant relationship between self-esteem and the tendency of cyberbullying behavior in teenagers using Twitter social media in Bandung. Abstrak. Di era digital yang semakin canggih ini, semakin banyak pula pengguna aktif Internet. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh APJII pada tahun 2018, diketahui bahwa media sosial menempati urutan kedua sebagai layanan internet yang paling banyak digunakan di Indonesia dengan persentase sebesar 18,9%. Namun, penggunaan media sosial banyak disalahgunakan, salah satu fenomena penyalahgunaan media sosial ini adalah cyberbullying. Cyberbullying adalah tindakan agresif yang disengaja dilakukan oleh suatu kelompok atau individu, yang dilakukan dalam bentuk media elektronik. Salah satu media sosial yang sering digunakan sebagai media cyberbullying adalah Twitter. Salah satu faktor penyebab perilaku cyberbullying adalah harga diri (self-esteem). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self-esteem dengan perilaku cyberbullying pada remaja pengguna media sosial Twitter di Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) yang dikebangkan oleh Rosenberg dan alat ukur cyberbullying dari Willard, yang disebarkan pada remaja akhir berusia 18 tahun hingga 22 tahun di Kota Bandung dengan sampel sebanyak 116 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah Uji Korelasi Spearman. Nilai korelasi yang dihasilkan sebesar -0.031 dan p-value (Sig.) = 0.745 > a = 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri (self-esteem) dan kecenderungan perilaku cyberbullying pada remaja pengguna media sosial Twitter di Bandung.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Komitmen Organisasi pada Guru Pristi Azizah Triyani; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.016 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i1.891

Abstract

Abstract. This study analyzes the Effect of Transformational Leadership Style on Organizational Commitment on teachers. This study aims to see whether there is a positive and significant effect of transformational leadership style on organizational commitment to teachers. Using a simple linear regression research design withquantitative methods non-experimental. This research was conducted on 69 teachers of SMAN 1 Cicalengka using google form. This study uses transformational leadership Bass's (1985) theory and Mowday & Steers' (1979) organizational commitment theory. Using the Measuring Tool Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) (Bass et al., 1995) adapted by Ancok (2012) and and the Organizational Commitment Scale compiled by the Mowday concept adapted by Ingarianti (2015). The results show that, 42.02% of SMAN 1 Cicalengka teachers have moderate organizational commitment and 49.27% ​​have moderate perceptions of the current principal's leadership. Data analysis was carried out using multiple linear regression analysis with the results of the study showing that there is an influence of transformational leadership on organizational commitment with a coefficient of determination of 17.2%. Abstrak. Penelitian ini menganalisis tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Komitmen Organisasi pada guru. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan dari gaya kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasi pada guru. Menggunakan desain penelitian regresi linear sederhana dengan metode kuantitatif yang bersifat non eksperimental. Penelitian ini dilakukan pada 69 guru SMAN 1 Cicalengka dengan menggunakan googleform. Penelitian ini menggunakan teori transformational leadership Bass (1985) dan teori komitmen organsiasi Mowday & Steers (1979). Menggunakan Alat Ukur Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) (Bass et al., 1995) diadaptasi oleh Ancok (2012) dan dan Skala Komitmen Organisasi yang disusun oleh konsep Mowday diadaptasi oleh Ingarianti (2015). Hasil menunjukan bahwa, 42,02% guru SMAN 1 Cicalengka memiliki komitmen organisasi yang sedang dan sebanyak 49,27% memiliki persepsi yang sedang terhadap kepemimpinan kepala sekolah saat ini. Analisis data dilakukan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasi dengan hasil koefesiensi determinasi sebesar 17,2%.
Pengaruh Spiritualitas Kerja terhadap Work Engagement pada Perawat Hani Nurhaida Hafni; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.919 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i1.896

Abstract

Abstract. In conditions of increasingly fierce economic competition nowadays, quality human resources are needed. Workplace spirituality can be a potential solution to create a conducive conditions for employees to work as well as possible. This study aims to determine how much influence workplace spirituality has on work engagement in nurses. There are two variables of this research. The first variable is workplace spirituality . The second variable is work engagement. The hypothesis in this study is that there is a positive influence of workplace spirituality on work engagement in employees. The subjects of this study were 85 nurses who active working and had 1 year minimum service period. The research data were obtained from the Workplace Spirituality Scale (WSS) from Milliman et al., (2003) which has been adapted into Indonesian by Widyarini (2011) and using the UWES-17 (Utrecht Work Engagement Scale) measuring instrument from Schaufeli, WB. , Salanova, M., Gonzalez-Roma, V., & Bakker (2002). The results of the study found that 100% of nurses had high workplace spirituality and 98.82% of nurses had high work engagement. The results of the influence of Workplace Spirituality on Work Engagement in this study amounted to 59.90%. The results of multiple regression show that the Meaningful Work (X1) dimension has an effect on Work Engagement. Abstrak. Dalam kondisi persaingan ekonomi yang semakin ketat seperti sekarang ini, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Spiritualitas kerja dapat menjadi solusi yang berpotensi dalam menciptakan keadaan yang kondusif bagi karyawan untuk bekerja sebaik mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh spiritualitas kerja terhadap work engagement pada perawat. Variabel penelitian ini adalah variabel satu yaitu spiritualitas kerja dan variabel dua yaitu work engagement. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dari spiritualitas kerja terhadap work engagement pada karyawan. Subjek penelitian ini adalah 85 perawat yang aktif bekerja dan memiliki masa kerja minimal 1 tahun. Data penelitian diperoleh dari alat ukur Workplace Spirituality Scale (WSS) dari Milliman et al., (2003) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Widyarini (2011) serta menggunakan alat ukur UWES-17 (Utrecht Work Engagement Scale) dari Schaufeli, W. B., Salanova, M., Gonzalez-Roma, V., & Bakker (2002). Hasil penelitian ditemukan 100% perawat memiliki Spiritualitas Kerja yang tinggi dan 98,82% perawat memiliki Work Engagement yang tinggi. Hasil pengaruh Spiritualitas Kerja terhadap Work Engagement pada penelitian ini sebesar 59,90%. Hasil multiple regression menunjukkan dimensi Meaningful Work (X1) memberikan pengaruh terhadap Work Engangement.
Pengaruh Religiusitas terhadap Tingkat Stres Masyarakat pada Masa Pandemi COVID-19 Annisa Imaniar Roosniawati; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.087 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i1.930

Abstract

Abstract. One of the causes of the COVID-19 pandemic is that it creates feelings of depression that cause individuals to experience stress. Applying religiosity in everyday life will help individuals have stable mental health, so that the stress level on the individual will be reduced. Based on this, the problem in this research is formulated as follows: (1) How is the religiosity of the citizens during the pandemic? (2) What is the citizens's stress level during the pandemic? (3) How does religiosity affect citizens's stress levels during the pandemic? This study uses a non-experimental quantitative causality method. Selected population in this research is the citizens of Garut Regency of productive age and Muslim. The sampling technique in this research used is accidental sampling with a total sample of 213 respondents. The measuring instrument used is the Makna Penting Keberagamaan dalam Kepribadian compiled by Wardhani and Dewi (2017) and the Perceived Stress Scale (PSS-10) by Cohen and Williamson (1988). The analytical technic used simple linear regression analysis and showed the influence of religiosity on citizens stress, with a significance value of 0.002 <0.05. The results show that religiosity has an effect on stress of 4.6%, with the effect being that when individuals have high religiosity, the perceived stress is low. Abstrak. Salah satu adanya pandemi COVID-19 memunculkan perasaan tertekan yang mengakibatkan individu mengalami stres. Menerapkan religiusitas di kehidupan sehari-hari akan membantu individu memiliki kesehatan mental yang bagus, sehingga tingkat stres pada individu tersebut akan berkurang. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimana religiusitas masyarakat selama pandemi? (2) Bagaimana tingkat stres masyarakat selama pandemi? (3) Bagaimana pengaruh religiusitas terhadap tingkat stres masyarakat selama pandemi?. Penelitian ini menggunakan metode kausalitas non-experimental kuantitatif. Populasi yang digunakan adalah masyarakat Kabupaten Garut usia produktif dan beragama Islam. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 213 responden. Alat ukur yang digunakan yaitu Makna Penting Keberagamaan dalam Kepribadian yang disusun oleh Wardhani dan Dewi (2017) dan Perceived Stress Scale (PSS-10) oleh Cohen dan Williamson (1988). Dianalisis dengan menggunakan uji analisis regresi linear sederhana dan menunjukkan adanya pengaruh religiusitas terhadap stres masyarakat, dengan nilai signifikansi 0.002<0.05. Hasilnya menunjukkan bahwa religiusitas memberikan pengaruh terhadap stres sebesar 4.6%, dengan pengaruhnya adalah ketika individu memiliki religiusitas yang tinggi, maka stres yang dirasakan rendah.
Pengaruh Psychological Capital terhadap Employee Engagement dengan Quality of Worklife sebagai Mediator Hafilda Putri Iskandar; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.515 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i1.1167

Abstract

Abstract. This study aims to examine the effect of psychological capital on employee engagement with quality of work-life as a mediator variable at the BPJS Ketenagakerjaan West Java Company. The variable used in this study is Psychological Capital with the Psycap Questionnaire (PCQ) measuring instrument adapted from Luthans et al. (2007). The variable quality of work-life using the Walton model (1973) has been modified by Zin (2004). Employee engagement with the UWES-9 Scale measuring instrument adopted by Schaufeli & Bakker (2006). The proposed hypothesis is that there is an influence of psychological capital on the quality of work-life and employee engagement; there is an effect of quality of work-life on employee engagement; and quality of work-life mediates the effect of psychological capital on employee engagement. The subjects of this study were employees of the BPJS Employment Regional Office IV West Java and Bandung Branch Office, totaling 140 employees.The analysis technique used is Structural Equation Modeling (SEM) with Partial Least Square (PLS) method. The results showed that there was a positive and significant effect of psychological capital on the quality of work-life. There is a positive and significant effect of psychological capital on employee engagement and employee engagement. The variable quality of work-life acts as a full mediation of the influence of psychological capital on employee engagement. Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh psychological capital terhadap employee engagement dengan quality of work-life sebagai variabel mediator pada Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan Jawa Barat. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini Psychological Capital dengan alat ukur Psycap Questionnaire (PCQ) yang diadaptasi dari Luthans et al. (2007). Variabel quality of work-life dengan alat ukur model Walton (1973) sudah dimodifikasi oleh Zin (2004). Employee engagement dengan alat ukur Skala UWES-9 yang diadopsi Schaufeli & Bakker (2006). Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh psychological capital terhadap quality of work-life dan employee engagement; terdapat pengaruh quality of work-life terhadap employee engagement; dan quality of work-life memediasi pengaruh psychological capital terhadap employee engagement. Subjek penelitian ini karyawan Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan Jawa Barat dan Kantor Cabang Bandung yang berjumlah 140 karyawan.Teknik analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM) dengan metode Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan psychological capital terhadap quality of work-life dan employee engagement. Terdapat pengaruh positif dan signifikan quality of work-life terhadap employee engagement. Variabel quality of work-life berperan sebagai mediasi penuh pengaruh psychological capital terhadap employee engagement.
Hubungan Komitmen Organisasi dengan Perilaku Cyberloafing pada Karyawan Milenial Irviana Ayu Lestari; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.552 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.2909

Abstract

Abstract. Internet users who continue to grow at this time trigger the behavior of using the internet for personal gain during working hours (cyberloafing). Cyberloafing behavior has a negative impact on employees and companies because it can reduce performance and increase the company's bandwidth costs. Therefore, research is needed to find factors related to cyberloafing behavior in the workplace. The purpose of this study was to determine the close relationship between organizational commitment and cyberloafing behavior in millennial employees. This study uses a correlational quantitative approach. The subjects used in this study were 109 millennial employees in the city of Bandung. The organizational commitment scale used is based on the components proposed by Meyer and Allen (1991), while the cyberloafing behavior scale is based on the aspects proposed by Blanchard and Henle (2008). The sample collection in this study used purposive sampling method. The data analysis technique used is the Pearson Product Moment Correlation Test. The results of the correlation test based on the components of organizational commitment show that each probability value ranges from <0.05, meaning that the components of organizational commitment have a significant relationship with cyberloafing behavior in millennial employees. In addition, the correlation value of each component of organizational commitment with cyberloafing behavior has a value between 0.496 – 0.503, meaning that the correlation between each component of organizational commitment and cyberloafing behavior has a fairly close correlation. Abstrak. Pengguna internet yang terus bertambah saat ini memicu perilaku penggunaan internet untuk kepentingan pribadi selama jam kerja (cyberloafing). Perilaku cyberloafing berdampak negatif bagi karyawan dan perusahaan karena dapat menurunkan kinerja dan meningkatkan biaya bandwidth perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku cyberloafing di tempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang erat antara komitmen organisasi dengan perilaku cyberloafing pada karyawan milenial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 109 karyawan milenial di kota Bandung. Skala komitmen organisasi yang digunakan didasarkan pada komponen-komponen yang dikemukakan oleh Meyer dan Allen (1991), sedangkan skala perilaku cyberloafing didasarkan pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Blanchard dan Henle (2008). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi berdasarkan komponen komitmen organisasi menunjukkan nilai probabilitas masing-masing berkisar < 0,05 artinya komponen komitmen organisasi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku cyberloafing pada karyawan milenial. Selain itu, nilai korelasi masing-masing komponen komitmen organisasi dengan perilaku cyberloafing memiliki nilai antara 0,496 – 0,503, artinya korelasi antara masing-masing komponen komitmen organisasi dengan perilaku cyberloafing memiliki korelasi yang cukup erat.
Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Work Engagement pada Karyawan Hospitality Industry Deska Suci Avianti; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.844 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.2929

Abstract

Abstract. Organizations need employees who are bound to their work so they will give maximum effort in doing work (Jin & McDonald, 2017). Employees who are bound to their work are known as work engagement. Work engagement is a positive and satisfying state of mind that related to work which is characterized by vigor, dedication, and absorption (Schaufeli et al., 2002). Work engagement will be present when job demands and job resources are high. One of the job resources is perceived organizational support which consists of three dimensions, namely fairness, supervisor support, andorganizational rewards and job conditions. This study aims to see how much influence perceived organizational support and its dimensions have on work engagement in 130 employees of the hospitality industry. The measuring instrument that used is UWES-17 (Utrecht Work Engagement Scale-17) which refers to the theory of Schaufeli et al. (2002) and SPOS (Survey Perceived Organizational Support) which refers to the theory of Eisenberger et al. (1986). The sampling technique that used is purposive sampling. The method that used is a quantitative method of causality with multiple linear regression analysis techniques. The results show that perceived organizational support has a significant effect on work engagement by 0.495 or 49.5%. The fairness dimension has an effect of 22.9%, the supervisor support dimension has an influence of 19.2%, and the dimensions of organizational rewards and job conditions have an influence of 7.4%. Abstrak. Organisasi membutuhkan karyawan yang terikat dengan pekerjaannya sehingga akan memberikan usaha yang maksimal dalam melakukan pekerjaan (Jin & McDonald, 2017). Karyawan yang terikat dengan pekerjaannya dikenal dengan istilah work engagement. Work engagement adalah keadaan pikiran yang positif dan memuaskan yang terkait dengan pekerjaan yang dicirikan dengan vigor, dedication, dan absorption (Schaufeli et al., 2002). Work engagement akan hadir ketika job demands dan job resources tinggi. Salah satu job resources adalah perceived organizational support yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu fairness, supervisor support, serta organizational rewards dan job conditions. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh perceived organizational support dan dimensi-dimensinya terhadap work engagement pada 130 karyawan hospitality industry. Alat ukur yang digunakan adalah UWES-17 (Utrecht Work Engagement Scale-17) yang mengacu pada teori Schaufeli et al. (2002) dan SPOS (Survey Perceived Organizational Support) yang mengacu pada teori Eisenberger et al. (1986). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif kausalitas dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa perceived organizational support berpengaruh secara signifikan terhadap work engagement sebesar 0.495 atau 49.5%. Dimensi fairness memiliki pengaruh sebesar 22.9%, dimensi supervisor support memiliki pengaruh sebesar 19.2%, serta dimensi organizational rewards dan job conditions memiliki pengaruh sebesar 7.4%.
Pengaruh Stres terhadap Adiksi Game Online pada Remaja Akhir Fitri; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.878 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.2949

Abstract

Abstract. There are 202.6 million internet users in Indonesia, while 60% of them use game applications. In 2021 Indonesia will be the country with the most game downloads in Southeast Asia. Playing online games is now easily accessible. However, the ease of access can have a negative impact if players cannot control their behavior while playing. Playing online games is often done as a coping mechanism for problems or perceived pressure because games can make individuals rest from everyday life, escape from stress, problems, negative influences, and can foster feelings of relaxation so as to support the recovery of stress and tension in individuals. This study aims to examine the effect of stress on online game addiction in late teens in the city of Bandung. The sample in this study was 115 late teens living in the city of Bandung. The online game addiction measurement tool uses the Game Addiction Scale (GAS) adaptation based on Lemmens (2009) theory, while the Perceived Stress Scale is used to measure stress which has been translated and adapted into Indonesian. This study uses a quantitative approach. Data analysis using simple linear regression test. The test results show that the significance value is smaller than 0.05, namely 0.000 <0.05, which means that there is a significant effect between stress on online game addiction. Abstrak. Pengguna internet di Indonesia tercatat sebanyak 202.6 juta orang, sementara itu 60 % diantaranya menggunakan aplikasi game. Pada 2021 Indonesia menjadi negara dengan unduhan game terbanyak di Asia Tenggara. Bermain game online saat ini dapat diakses dengan mudah. Namun, kemudahan untuk mengakses dapat berdampak buruk apabila pemain tidak dapat mengontrol perilakunya saat bermain. Bermain game online seringkali dilakukan sebagai coping dari masalah atau tekanan yang dirasakan karena game dapat membuat individu beristirahat dari kehidupan sehari-hari, melepaskan diri dari stres, masalah, pengaruh negatif, serta dapat menumbuhkan perasaan rileks sehingga mendukung pemulihan stres dan ketegangan pada individu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh stres terhadap adiksi game online pada remaja akhir di Kota Bandung. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 115 remaja akhir yang tinggal di kota Bandung. Alat ukur adiksi game online menggunakan adaptasi Game Addiction Scale (GAS) berdasarkan teori Lemmens (2009) sedangkan untuk mengukur stres menggunakan Perceived Stres Scale yang telah diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 yang memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara stres terhadap adiksi game online.
Hubungan Kecemasan Sosial dengan Adiksi Media Sosial Instagram pada Emerging Adulthood Wildatun Nisa'u Sholihah Darmawan; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.27 KB) | DOI: 10.29313/bcsps.v2i3.2970

Abstract

Abstract. Most people use the internet, one of which is accessing social media which functions as a way to avoid anxiety and as a substitute for face-to-face relationships that they do not get in everyday life because they are afraid to make direct contact with other people and prefer only online communication. However, excessive use of social media can lead to addiction. This study aims to see how closely the relationship between social anxiety and social media addiction to Instagram in emerging adulthood is in Bandung. The hypothesis in this study is that there is a positive relationship between social anxiety and social media addiction to Instagram in emerging adulthood in Bandung. The subjects of this study were 200 emerging adulthood students who were categorized as addicted to social media Instagram. This study uses the Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) from Greca & Lopez (1998) and the Social Media Disorder Scale (SMD Scale) from Eijnden, Lemmens, & Valkenburg, (2016). The analytical technique used is Spearman rank correlation test. The data obtained indicate that there is a strong positive relationship between social anxiety and social media addiction to Instagram in emerging adulthood in Bandung with a correlation value of 0.615 with a significance value of p = 0.000 <0.05. This means that the higher the level of social anxiety experienced by emerging adulthood in the city of Bandung, the higher the tendency for emerging adulthood to experience addiction to social media Instagram in Bandung. Abstrak. Kebanyakan orang menggunakan internet salah satunya mengakses media sosial berfungsi sebagai cara untuk menghindari kecemasan dan sebagai pengganti hubungan tatap muka yang tidak diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari karena takut untuk melakukan kontak langsung dengan orang lain dan lebih memilih hanya komunikasi online. Namun penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan adiksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa erat hubungan antara kecemasan sosial dengan adiksi media sosial Instagram pada emerging adulthood di kota Bandung. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara kecemasan sosial dan adiksi media sosial Instagram pada emerging adulthood di kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah 200 mahasiswa berusia emerging adulthood yang terkategori adiksi media sosial Instagram. Penelitian ini menggunakan alat ukur Sosial Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) dari Greca & Lopez (1998) dan Social Media Disorder Scale (SMD Scale) dari Eijnden, Lemmens, & Valkenburg, (2016). Teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman. Data yang diperoleh menunjukkan terdapat hubungan positif yang kuat antara kecemasan sosial dengan adiksi media sosial Instagram pada emerging adulthood di kota Bandung dengan nilai korelasi 0.615 nilai signifikansi p = 0.000 < 0,05. Artinya, semakin tinggi tingkat kecemasan sosial yang dialami emerging adulthood di kota Bandung maka semakin tinggi kecenderungan emetging adulthood mengalami adiksi media sosial Instagram di kota Bandung.
Pengaruh Self Determination terhadap Work Engagement pada Mahasiswa ITS yang Mengikuti Magang Putri Allya Syafira; Muhammad Ilmi Hatta
Bandung Conference Series: Psychology Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Psychology Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsps.v3i1.5426

Abstract

Abstract. The Minister of Education and Culture (Kemendikbud) held an internship program called MBKM Kampus Merdeka: Program Magang Kampus Merdeka. The purpose of this program is to seek and increase knowledge in any various companies while improving soft skills. This must be accompanied by motivation from individuals so they can try to work harder and want to involved with their works. So therefore, an internship students must have a high self determination and work engagement. The author took an 87 sample from ITS Student who took an internship by Program Magang Kampus Merdeka. Author using The Convenience Sampling as the sampling technique. The measurement tools for Self Determination using the Basic Need Satisfaction at Work developed by Deci, et.al (2001) which has been adapted into Bahasa Indonesia by Rhadiatullah (2016). The measurement tools for Work Engagement using the Utrecht Work Engagement Scale-17 (UWES-17) developed by Schaufeli & Bakker (2004) which has been adapted into Bahasa Indonesia by Risma, et al (2021). The final results using the Simple Linear Regression Test shows the score is 0,004, which mean the value is less than 0,05. The conclusion for this research is that the Self Determination has an influence on Work Engagement. Abstrak. Kemendikbud mengadakan program magang yang Bernama MBKM Kampus Merdeka: Program Magang Kampus Merdeka. Tujuannya adalah untuk mencari dan meningkatkan pengetahuan di berbagai perusahaan, selain itu juga untuk meningkatkan soft skill. Hal ini harus dibarengi dengan motivasi dari individu sehingga mereka bisa bekerja lebih giat dan dapat terlibat dengan pekerjaannya. Maka dari itu, mahasiswa magang harus memiliki self determination dan work engagement. Peneliti mengambil 87 sampel dari Mahasiswa ITS yang mengikuti Program Magang Kampus Merdeka. Peneliti menggunakan Teknik Convenience Sampling. Alat ukur yang digunakan untuk Self Determination adalah Basic Needs Satisfaction at Work yang dikembangkan oleh Deci, et al (2001) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Rhadiatullah (2016). Alat ukur yang digunakan untuk Work Engagement adalah Utrecht Work Engagement Scale-17yang dikembangkan oleh Schaufeli & Bakker (2004) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Risma, et al (2021). Hasilnya dengan menggunakan Uji Regresi Linear Sederhana menunjukkan hasil 0,004, yang artinya nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Kesimpulannya adalah Self Determination memiliki pengaruh terhadap Work Engagement.