Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

STUDI PSIKOLOGI POLITIK MENAKAR KEPRIBADIAN PEREMPUAN DALAM PANGGUNG POLITIK Saliyo, Saliyo
PALASTREN Vol 7, No 2 (2014): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Psikologi politik memiliki dua dimensi yaitu aktivitas politik dan idiologi politik. Dimensi pertama tentang aktivitas politik berkaitan dengan apatisme politik, konformitas,kepemimpinan, mengikuti pola politik, isolasi politik, pengambilan keputusan politik, fleksibilitas, kekacuan politik dan kreativitas politik. Kedua dimensi idiologi berkaitan dengan intensitas idiologi dalam aktivitas politik. Idiologi politik seseorang  berkaitan dengan ekspresi kepribadian seseorang. Akhir-akhir ini telahterjadi revolusi ekstrim yaitu revolusi peran laki-lakidan perempuan serta revolusi teknologi. Tulisan inibertujuan untuk melihat bagaimana dua revolusi tersebutmenjadikan berubahnya peran laki-laki dan perempuan.Perubahan tersebut di antaranya adalah perempuan mampu tampil dalam sektor publik yaitu sektor politik.Dalam sejarah Islam ataupun perjuangan Indonesia,banyak perempuan mampu mewarnai untuk menjadi inspirasi perjuangan emansipasi wanita. Perempuantampil dalam sektor publik tidak hanya berbasis padaidiologi pragmatis, liberal pada kesataraan gender.Perempuan tampil disektor publik dengan keanggunan, kesantunan, kecerdasan, dan kebijaksanaan. Perempuantampil disektor publik mampu menjadi tauladan bagi perempuan lainnya.kata kunci: Psikologi Politik, Perempuan, Panggung Politik. Political psychology has two dimensions, namely politicalactivity and political ideology. The first dimension ofpolitical activities related to political apathy, conformity,leadership, following the pattern of politics, politicalisolation, political decision-making, flexibility, politicalturmoil and political creativity. The second dimensionrelates to the intensity of the ideology  in politicalactivity. A person’s political ideology associated with theexpression of one’s personality. Lately there has been anextreme revolution in terms of men and women”s roleand also in technology. This paper aims to look at howthe two revolutions, change and affect the roles of menand women. Such changes are women ability to performin the public sector, namely the political sector. In thehistory of Islam or the struggle of Indonesia, manywomen capable of coloring to be inspiring struggle forthe emancipation of women. Women appear in the public sector is not only based on the ideology of pragmatic, liberal on gender equality. Women performing publicsector with elegance, modesty, intelligence, and wisdom.Women performing public sector is able to be a rolemodel for other women.Keywords: Political Psychology, Women, Politic Area.
AKHLAK KONSELOR SOSIAL UNTUK PEKERJAAN SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM saliyo, saliyo
KONSELING RELIGI Vol 8, No 2 (2017): KONSELING RELIGI
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/kr.v8i2.2756

Abstract

Artikel  ini dibuat dengan tujuan untuk mengeksplorasi akhlak konselor  sosial  pada pekerjaan sosial dalam pandangan psikologi Islam. Artikel   ini merupakan hasil dari eksplorasi literatur sumber bacaan berkaitan dengan konseling sosial, pekerjaan sosial dan psikologi Islam.  Metode analisis yang digunakan dalam mengkaji literatur menggunakan metode deduktif induktif. Akhlak  konseling sosial perspektif psikologi Islam artikel ini hasil dari  mengkaji firman Allah dalam al-Qur'an  al-Imran ayat 159. Hasilnya menunjukan bahwa akhlak konselor sosial dalam melaksanakan tugas, apabila ingin berhasil sebaiknya meniru akhlak Rasulullah saw.   Akhlak     yang melekat pada konselor sosial berdasarkan kajian psikologi Islam  ada pada Rasulullah yang tertera dalam firman Allah surat al-Imran ayat 159. Pertama konselor sosial senantiasa  berdoa ketika dia hendak  menjalankan tugas agar  mendapatkan rahmat dari Allah. Yang kedua konselor sosial memiliki kepribadian  lemah lembut. Ketiga konselor sosial tidak memiliki akhlak yang kasar. Keempat konselor sosial memiliki akhlak selalu memaafkan klien  apabila klien bersalah dengannya. Kelima konselor sosial selalu mengadakan musyawarah bersama klien ketika akan memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan klien. Keenam apabila   konselor sosial memiliki tekad selalu  bekerja dan berusaha dengan keras disertai dengan tawakal kepada Allah.
Islam dan Kekuasaan dalam Perspektif Psikologi Politik Saliyo, Saliyo
INSANCITA Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : ASPENSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSI: Memahami politik tidak dapat dilepaskan dari pemahaman ideologi. Setiap partai politik di negara manapun memiliki ideologi tertentu. Partai politik berkiprah dan berperan dalam suatu negara akan selalu berpijak pada ideologi yang dianutnya. Begitu juga dalam mengkaji politik dalam perspektif psikologi politik. Setiap perilaku politik, pada galibnya, tidak akan menyimpang dari garis ideologi partai yang dianutnya. Makalah ini ditulis untuk mengetahui penjelasan politik Islam dalam perspektif psikologi politik. Makalah ini merupakan hasil reviu dari berbagai sumber bacaan, baik buku ataupun jurnal ilmiah. Penulisan makalah ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data pustaka. Hasil kajian menunjukan bahwa di antara pemikiran Islam dan politik, yang dikemukakan oleh Abu al-Hasan Ali bin Muhamad bin Habib al-Mawardi, Imam al-Ghazali, dan Ibnu Taimiyah, pemikiran tersebut banyak dipahami dan menjadi pegangan umat Islam yang bermahzab Sunni. Walaupun demikian, perilaku politik yang dilakukan oleh seseorang, baik individu ataupun kelompok, pada umumnya selalu dikaitkan dengan teori S-R atau Stimulus – Respons dari aliran behavioralisme. Pada sisi lain, sumber-sumber perilaku orang tersebut secara individu dan kelompok berakar pada ideologi, sikap, dan nilai yang dianutnya. Dalam konteks ini, hubungan Islam dan politik dapat dijelaskan, baik melalui ilmu politik maupun psikologi politik, dalam perspektif Islam. Hal itu karena politik Islam dapat berintegrasi dengan psikologi politik. Akhirnya, untuk mengurangi pemahaman-pemahaman politik garis keras, ataupun radikalisme dalam Islam, maka ilmu psikologi politik dapat digunakan untuk menyelesaikan problema sosial dan politik tersebut.KATA KUNCI: Islam dan Politik; Psikologi Politik; Ideologi, Sikap dan Nilai; Umat Islam; Problema Sosial dan Politik. ABSTRACT: “Islam and Power in the Perspective of Political Psychology”. Understanding politics cannot be separated from the understanding of ideology. Any political party in any country has a particular ideology. Political parties take part and play a role in a country will always stand on the ideology that its embraces. So also in the study of politics in the perspective of political psychology. Any political behavior, on the other hand, will not deviate from the ideological line of the party that its embraces. This paper was written to know the explanation of Islamic politics in the perspective of political psychology. This paper is the result of reviews from various sources of reading, whether books or scientific journals. Writing this paper using qualitative methods with the source of library data. The results of the study show that among Islamic and political thought, proposed by Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Mawardi, Imam al-Ghazali, and Ibn Taymiyya, these ideas are widely understood and become the guidance of Muslims with Sunni’ school of thought. Nevertheless, the political behavior undertaken by a person, whether individual or group, is generally always associated with S-R or Stimulus – Response theory from the behavioralism school of thought. On the other hand, the individual and groups behavioral sources are rooted in his/her ideology, attitudes, and values. In this context, Islamic and political relations can be explained, both through political science and political psychology, in the Islamic perspectives. Thats because Islamic politics can be integrated with political psychology. Finally, to reduce the hard-line political insights, or radicalism in Islam, the science of political psychology can be used to solve the social and political problems.KEY WORD: Islam and Politics; Political Psychology; Ideology, Attitude and Value; Muslims; Social and Political Problems.About the Author: Dr. Saliyo adalah Dosen di STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Kudus, Jalan Conge Ngembalrejo, Kudus 59322, Jawa Tengah, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: saliyo41876@gmail.comSuggested Citation: Saliyo. (2017). “Islam dan Kekuasaan dalam Perspektif Psikologi Politik” in INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia, Volume 2(2), August, pp.137-156. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 2443-1776. Article Timeline: Accepted (February 20, 2017); Revised (May 30, 2017); and Published (August 30, 2017).
Manfaat Perilaku Spiritual Sufi Pada Kesehatan Mental dan Well Being Seseorang Saliyo, Saliyo
Jurnal Studia Insania Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Humanities

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.119 KB) | DOI: 10.18592/jsi.v6i1.2008

Abstract

The purpose of this article is to know the connection of Sufi spiritual behavior with mental health in the form of well-being performed by the spiritual Sufi path. This article explores Sufi spiritual behavior with regard to mental health in the form of well-being that comes from literature.The method used in this research is qualitative research in the literature review. How to collect research data by researchers by writing, classifying and monitoring subjects of research studies carried out by researchers. Moreover, researchers conducting a survey of data collected related to the subject matter of the research is a spiritual relationship to mental health.The results of the literary research show that mystical spiritual behavior towards mental health, especially in the field of well-being, remains controversial. Sufi spiritual behavior has a positive effect. On the other hand, there are also results that mystic behavior has a negative effect. This incident occurred because of misunderstanding or perception of Sufi teachings, or lack of good guidance for the person in taking the Sufi path.
Psychological Meaning of Spiritual Experience Participants Naqshbandiyah Khalidiyah in Kebumen Indonesia Saliyo, Saliyo
QIJIS Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/qijis.v6i2.3930

Abstract

AbstractThis study aims at identifying the psychological  experiences of spiritual participants in Naqshabandiyah Khalidiyah tarekat. This experience was obtained after the participants of the baiat tarekat and carried out the spiritual teachings of the tarekat. The research method used is using a phenomenology.. The results of this study found themes of spiritual experience when the activities of baiat, tawajuhan, suluk, after baiat, and interaction with tarekat friends. Even so, not everyone finds spiritual experience in the tarekat, in every activity. The reason is that spiritual experience is not one of the main goals of a person following the Naqsabandiyah Khalidiyah  tarekat. However, not everyone finds spiritual experience in tarekat. The reason is that spiritual experience is not one of the main goals of a person following the spiritual  tarekat.
Mencari Makna Hidup dengan Jalan Sufi di Era Modern Saliyo, Saliyo
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1910

Abstract

Tujuan ditulisnya artikel  ini untuk mengetahui perilaku sufi di era modern berkaitan dengan makna hidup. Pertanyaannya apakah seseorang yang menempuh perilaku sufi mampu menemukan makna hidup. Masalahnya kehidupan di era modern banyak tantangan dan permasalahan  yang dihadapi setiap orang. Salah satu cara seseorang menemukan makna hidup dengan menggunakan keyakinan-keyakinan spiritual dan agama. Spiritual yang dimiliki seseorang akan menghasilkan ibadah, amal shaleh, dan akhlak yang mulia. Pandangan tersebut merupakan pandangan para pemilih jalan kehidupan sufi.
PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR DAN MALAYSIA DI ERA GLOBALISASI KAJIAN PSIKOLOGI POSITIF Saliyo, Saliyo
EDUKASIA Vol 13, No 1 (2018): EDUKASIA
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/edukasia.v13i1.3252

Abstract

AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan Islam di Mesir dan Malaysia di era globalisasi dalam kajian  psikologi positif.  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif mengkaji literatur dengan cara  mereview sumber bacaan buku dan jurnal.  Metode yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini menggunakan pola berpikir deduktif induktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa seiring dengan tantangan zaman di era globalisasi Negara yang mayoritas muslim di Mesir melaksanakan pendidikan di Negaranya dengan menganut sistem pendidikan sekuler dan sistem Islam. Begitu juga di Malaysia yang memiliki warga Negara multi ras, multi budaya dan multi agama menganut sistem pendidikan tradisional dan pendidikan modern. Kedua Negara tersebut dalam  melaksanakan  pendidikan Islam dilaksanakan  dengan baik. Sebagai penyelenggara pemerintahan baik di Mesir maupun di Malaysia yang mampu melaksanakan pendidikan Islam yang baik, berarti pelaku orang tersebut dalam kajian psikologi positif merupakan orang-orang yang memiliki kepribadian positif dan berpikir positif dalam perspektif psikologi positif.  AbstractThis research was done to investigate the implementation of Islamic education in Egypt and Malaysia in the globalization era in the study of positive psychology. This study is a qualitative study reviewing the literature by way of reviewing the source of reading books and journals. The method used to analyze this study using inductive deductive thinking patterns. The results showed that along with the challenges of the age of globalization muslim-majority state in Egypt carry out education in the country by embracing the secular education system and the Islamic system. So also in Malaysia that has a multi-racial citizens, multi-cultural and multi-religious education system adheres to both traditional and modern education. The two countries in implementing Islamic education properly implemented. As organizers of governance both in Egypt and in Malaysia, capable of performing a good Islamic education, meaning that the actors in the study of positive psychology are people who have a positive personality and positive thinking in the perspective of positive psychology. 
Selayang Pandang Harmonisasi Spiritual Sufi Dalam Psikologi Agama Saliyo, Saliyo
Psikoislamika : Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam Vol 11, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3027.123 KB) | DOI: 10.18860/psi.v11i2.6383

Abstract

Agama berkaitan dengan perilaku manusia yang bersifat formal dilakukan secara bersama dan doktrin yang bersifat umum. Sisi lain spiritual berkaitan dengan perilaku yang unik, personal dan non formal. Terkadang sulit membedakan antara agama dan spiritual. Terkadang spiritual menjadi agama dalam agama. Bentuk spiritual dalam agama Islam adalah perilaku sufi. Sufi bagi penganutnya menjadi agama dalam agama. Sufi mengajarkan penganutnya untuk bisa bertemu dengan Tuhan. Itulah pesona yang selalu ditebarkan oleh orang-orang sufi. Diantara ajaran sufi yang dapat bertemu dengan Tuhan adalah ajaran sufi Jalaludin Rumi. Jalan cinta sufi Jalaludin Rumi, sufi tidak hanya melampaui dunia sekarang yang dialaminya. Cinta sufi menembus dunia masa depan yang hanya dijangkau melalui imajinasi sekarang. Menurut Rumi cinta tidak dapat diungkapkan lewat kata-kata saja. Cinta adalah pengalaman yang berada dalam seberang pemikiran. Cinta adalah pengalaman yang lebih nyata daripada dunia dan segala yang ada di dalamnya. llrnu psikologi menjelaskan bahwa cinta memiliki tiga komponen yaitu pengasuhan, kasih sayang, dan keakraban. Pengasuhan memiliki makna bimbingan dan tuntunan menuju jalan yang benar. Kasih sayang merupakan kebutuhan ingin bersama untuk mengadakan kontak fisik dan untuk memilikinya. Keakraban merupakan ikatan khusus saling pengertian tak terucapkan dari keduanya. Keakraban merupakan hal yang eksklusif yang melibatkan komunikasi yang hanya dimengerti oleh orang yang saling mencintai. Kesimpulannya agama sufi mengajarkan untuk cinta terhadap Tuhan. Seseorang yang mampu menembus derajat cinta terhadap Tuhan akan melahirkan kehidupan yang damai, tenang dengan penuh keharmonisan. Cinta melahirkan kebahagiaan, kebermaknaan dan kepuasan. Cinta melarang pertikaian, dan penistaan.
Jurnalistik dan Budaya dalam Pandangan Psikologi Saliyo, Saliyo
AT-TABSYIR Vol 5, No 2 (2017): Desember 2017 (Article in Press)
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v5i2.3194

Abstract

Artikel ini ditulis bertujuan untuk mengetahui peran ilmu psikologi pada kerja jurnalistik dengan latarbelakang beragamnya budaya. Artikel ini hasil dari eksplorasi dokumen baik jurnal ataupun buku yang mengkaji tentang jurnalistik, budaya dan ilmu psikologi. Metode yang dipakai dalam penulisan artikel ini adalah metode deduktif induktif. Hasil penelusuran dokumen baik buku ataupun jurnal menunjukan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki beragam budaya. Keragaman tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia. Untuk menghindari terjadinya konflik antar budaya yang berbeda, maka perlu adanya sosialisasi idiologi multikultural. Artinya tidak ada budaya lebih tinggi daripada budaya yang lain. Ada kesederajatan antar budaya yang ada yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pemahaman yang demikian apabila dipahami oleh masyarakat, maka akan terwujud kehidupan yang saling menghargai dan menghormati. Untuk terwujudnya kehidupan yang demikian, maka kehadiran ilmu psikologi sangatlah penting. Permasalahannya keadaan psikhis seseorang dapat  berpengaruh terhadap pembuatan kualitas berita.
INTERAKSI KENAKALAN REMAJA, RELIGIUSITAS, DAN MEDIA TV Saliyo, Saliyo
AT-TABSYIR Vol 6, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v6i1.5598

Abstract

Artikel ini ditulis memiliki tujuan untuk mengetahui pembahasan kenakalan remaja, religiusitas dan Media. Artikel ini merupakan tulisan dari review jurnal dan buku. Artikel ini merupakan bagian dari penelitian kulitatif dalam bentuk literatur. Metode review artikel yang dilakukan peneliti adalah mereview jurnal ataupun buku yang membahas ataupun meneliti tema tersebut. Selanjutnya peneliti mengumpulkan, mereview, menganalisis, membahas dan menyimpulkan. Hasil review menunjukan bahwa agama dipengaruhi dari  keturunan genetik dan lingkungan seseorang. Agama mampu menjadi kontrol diri  bahkan dapat mengurangi seseorang untuk berbuat kenakalan bagi para remaja. Salah satu faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah media TV.. Kondisi yang demikian menjadi pekerjaan orang tua untuk membimbing dan melakukan monitor pada anaknya dalam menikmati fasiltas-fasilitas media tersebut.