Agus Iwan Santoso
Dosen Pengajar Prodi S1 Hidrografi, STTAL

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pemanfaatan Citra Satelit untuk Penentuan Daerah Operasi Keamanan Laut dari Illegal Fishing (Studi Kasus di Perairan Natuna): Utilization of Satellite Imagery for Determining Marine Security Operation Areas from Illegal Fishing (Case Study in Natuna Waters) Surahman Surahman; Agus Iwan Santoso; Tasdik Mustika Alam; Andie Setiyoko
Jurnal Chart Datum Vol. 1 No. 2 (2015): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.772 KB) | DOI: 10.37875/chartdatum.v1i2.109

Abstract

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah lautan yang sangat luas dan kekayaan ikan yang luar biasa. Hal tersebut memungkinkan adanya pencurian ikan (Illegal Fishing). Sasaran dari Illegal Fishing adalah suatu area yang banyak ikannya seperti di daerah pertemuan dua massa air dengan suhu yang berbeda (thermal front). Thermal front dapat dideteksi dengan memanfaatkan citra satelit penginderaan jauh NOAA-AVHRR (National Oceanic and Atmospheric Administration-Advance Very High resolution Radiometer). Penelitian ini menggunakan citra satelit NOAA 18 untuk mendeteksi sebaran suhu permukaan laut dengan cepat dalam cakupan area yang luas . Berdasarkan sebaran suhu permukaan laut ini maka dapat ditentukan posisi titik koordinat thermal front yang dijadikan sebagai Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI). Titik koordinat ZPPI dapat dihubungkan dengan koordinat kapal ikan yang berasal Vessel Monitoring System (VMS) dan operasi kapal pengawas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Validasi menggunakan metode pengukuran jarak antara titik ZPPI dengan koordinat kapal ikan. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara titik ZPPI dengan koordinat kapal ikan dimana jarak terjauh adalah 7 kilometer .Jarak tersebut masih di dalam cakupan radar KRI kelas parchim sejauh 40 mil atau 74,08 Km. Dengan demikian hasil tersebut bila dikaitkan dengan kemampuan jangkauan radar KRI maka titik koordinat ZPPI dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan arah operasi. Berdasarkan dari pembuktian ini maka titik ZPPI dapat dijadikan sebagai masukan kepada TNI AL sebagai titik rawan Illegal Fishing yang dapat digunakan dalam menentukan daerah operasi pengamanan laut dari illegal fishing.
Pemanfaatan Data Konsentrasi Klorofil-A dari Citra Penginderaan Jauh untuk Mendukung Operasi Keamanan Laut(Studi Kasus Perairan Arafuru): Utilization of Chlorophyll-A Concentration Data from Remote Sensing Imagery to Support Marine Security Operations (Case Study of Arafuru Waters) Eko Kurniawan; Agus Iwan Santoso; Gathot Winarso; Imam Bachrodin
Jurnal Chart Datum Vol. 1 No. 1 (2015): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v1i1.10

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah lautan yang sangat luas dan kekayaan ikan yang luar biasa. Hal tersebut memungkinkan terjadinya tindak kejahatan di laut, contohnya adalah kejahatan pencurian ikan dan sumber daya laut lainnya.Indonesia dalam hal ini TNI AL dihadapkan dengan berbagai kendala antara lain keterbatasan jumlah kapal patroli yang ada belum sebanding dengan luasnya perairan yang harus di-cover serta keterbatasan anggaran yang tersedia untuk operasional dalam rangka pelaksanakan operasi penegakan hukum di laut. Dengan keterbatasan-keterbatasan itu maka diperlukan efektifitas dan efisiensi dalam operasi agar penindakan kejahatan di laut tetap bisa dilaksanakan dan kekayaan laut tetap terjaga. Pemanfaatan teknologi Inderaja dengan satelit dapat memberikan informasi yang cepat dengan cakupan yang luas. Penelitian ini menggunakan data Citra Aqua-MODIS level2 untuk mendeteksi distribusi konsentrasi klorofil-a yang merupakan indikator kesuburan perairan suatu luasan area yang berhubungan erat dengan hasil perikanan melalui proses bottom-up yang implementasinya area dengan nilai kesuburan perairannya tinggi merupakan area yang rawan terjadi tindak kejahatan salah satu contohnya adalah penangkapan ikan ilegal/pencurian ikan. Dari hasil pengolahan data citra satelit Aqua- MODIS berupa pola waktu dan lokasi konsentrasi klorofil-a dan diverifikasi dengan data VMS mengindikasikan bahwa ada hubungan erat, dimana pada waktu dan area dengan nilai konsentrasi klorofil-a tinggi, terpantau banyak aktifitas kapal penangkap ikan, sehingga dalam pemanfaatannya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data pendukung dalam penentuan arah dan waktu operasi khususnya operasi terhadap tindak kejahatan penangkapan ikan ilegal, yang akhirnya operasi keamanan laut bisa menjadi lebih efektif dan efisien dan keberhasilan dapat lebih ditingkatkan.
Analisis Data Penginderaan Jauh untuk Mendeteksi Perubahan Luasan Mangrove Sebagai Sarana Pelindung Ekosistem Pantai (Studi Kasus di Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara): Analysis of Remote Sensing Data to Detect Changes in Mangrove Area as a Protective Means of Coastal Ecosystems (Case Study in Kema, North Minahasa Regency, North Sulawesi) Faishal Ramandalush; Agus Iwan Santoso; Sukentyas Estuti A; Andreas A. Hutahean
Jurnal Chart Datum Vol. 2 No. 1 (2016): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v2i1.78

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri atas sekitar 17.504 buah pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.181 km. Oleh karena itu Indonesia mempunyai ekosistem pesisir yang luas dan beragam salah satunya hutan mangrove. Ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem penting di kawasan pesisir pantai yang dapat melindungi ekosistem pantai dari terjangan gelombang akibat Tsunami. Ekosistem ini terus mengalami tekanan di seluruh dunia. Luas mangrove di Indonesia mencapai 4,25 juta hektar yang merupakan 25% dari total luas mangrove dunia. di Sulawesi Utara, luas hutan mangrove mencapai 12.977 ha pada tahun 2000, turun menjadi 11.546 ha pada tahun 2005. Untuk mengetahui luasan mangrove dan kerapatan vegetasi mangrove di wilayah Kema Minahasa Utara dapat diketahui dengan pemanfaatan data penginderaan jauh yaitu data citra Landsat-7 tahun 2000 dan Landsat-8 tahun 2015. Data Landsat diolah di software ErMapper dengan beberapa tahap meliputi: penyiapan citra, koreksi radiometrik dan geometrik, digitasi pemisahan ekosistem mangrove dan non-mangrove, cropping area penelitian, NDVI, penentuan threshold, pengkelasan kerapatan vegetasi mangrove, menghitung luas sebaran dan kerapatan vegetasi mangrove. Data primer berupa validasi titik samping mangrove di wilayah penelitian. Serta analisis mangrove sebagai pelindung ekosistem pantai. Dari hasil penelitian, total luas ekosistem mangrove yang berada di wilayah Kema Minahasa Utara seluas 223,48 ha. luas mangrove pada citra Landsat tahun 2000 seluas 172,52 ha dan luas mangrove pada citra Landsat tahun 2015 seluas 174,92 ha. Dalam kurun waktu 15 tahun luasan mangrove yang berada di Kema Minahasa Utara bertambah seluas 2,4 ha atau 1,4%. Sedangkan kerapatan mangrove dalam kurun waktu 15 tahun tersebut mengalami perubahan dari kelas kerapatan sedang ke kerapatan tinggi seluas 75,178 ha. analisis untuk pelindung pantai dapat disimpulkan berdasarkan peneliti asal jepang bahwa gelombang setinggi 3 m yang menerjang ekositem mangrove setebal 400 m pada lokasi penelitian, maka jangkauan run up yang masuk ke daratan tinggal 57%.
Studi Penentuan Dimensi dan Posisi Wreck Menggunakan Data Batimetri – Data Kolom Air Multibeam Echosounder (Studi Kasus di Perairan Teluk Jakarta): Wreck Dimension and Position Determination Study Using Bathymetric Data – Multibeam Echosounder Water Column Data (Case Study in Jakarta Bay Waters) Nuki W. Asmoro1; Danar Guruh Pratomo; Adi Kusuma Negara; Agus Iwan Santoso
Jurnal Chart Datum Vol. 4 No. 2 (2018): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.976 KB) | DOI: 10.37875/chartdatum.v4i2.133

Abstract

Keamanan pelayaran navigasi merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut serta mencegah terjadinya kecelakaan dilaut. Bahaya navigasi pelayaran seperti objek di bawah laut berasal dari kejadian alami atau akibat buatan manusia, salah satu objek bahaya navigasi buatan manusia berupa bangkai kapal (wreck). Penelitian ini menggunakan objek berupa wreck yang berada di perairan Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dimensi, least depth dan mengidentifikasi posisi wreck dengan menggunakan metode batimetri algoritma CUBE dan kolom air. Pengambilan data dilakukan oleh KRI Rigel 933 pada tanggal 30 Maret 2017 menggunakan Multibeam Echosounder EM 2040 single head. Hasil dari penelitian menggunakan data batimetri dan data kolom air yaitu interpretasi dari data kolom air lebih detail menggambarkan objek di zona kolom air sedangkan menggunakan data batimetri interpretasi yang dihasilkan hanya menangkap objek yang berada di dasar laut. Pengolahan data menggunakan CARIS HIPS and SIPS 9.0 menyatakan bahwa target wreck dapat diketahui lebih detail pencitraan dimensi, posisi dan least depth, dengan menggabungkan data batimetri dan data kolom air.