Hamsu Kadriyan
Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FAKTOR RESIKO DAN MANAJEMEN PTERIGIUM PADA PENDUDUK DAERAH PESISIR Naurah Nazhifah; Hamsu Kadriyan
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DAN SAINS Vol 3 No 3 (2022): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jips.v3i3.1184

Abstract

Pterigium berasal dari bahasa Yunani, yaitu pteron, yang berarti sayap. Pterigium adalah tumbuhnya jaringan fibrovaskular yang abnormal dengan bentuk segitiga dari konjungtiva yang meluas ke kornea. Ini merupakan gangguan proliferatif dari permukaan okular, yang disebabkan oleh remodeling jaringan ikat dan angiogenesis yang menyebabkan proliferasi fibrovaskular. Jurnal ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang faktor resiko dan manajemen pterigium pada penduduk daerah pesisir. Pekerjaan sebagai petani/nelayan/ buruh mempunyai prevalensi pterigium tertinggi yaitu 15.8%. Faktor resiko pterigium yang paling berpengaruh terhadap masyarakat pesisir adalah pekerjaannya sebagai seorang nelayan, dan juga berada pada area ekuator yang merupakan area dengan paparan sinar matahari yang tinggi, hal ini dapat memicu terjadinya pterigium. Pekerjaan sebagai seorang nelayan yang dilakukan selama bertahun-tahun dan berjam-jam, yang rata-rata berkisar 7 jam keatas untuk paparan terhadap sinar matahari langsung juga dapat memicu terjadinya pterigium. Manajemen pterigium yang dapat dilakukan yaitu pemberian obat tetes mata untuk mengurangi keluhan, kemudian melakukan tindakan operasi atau pembedahan dengan menggunakan teknik eksisi yaitu baresclera, Conjunctival autograft technique, dan Amniotic membrane grafting. Tingkat kekambuhan yang tinggi terkait komplikasi pascaoperasi sering terjadi dengan demikian manajemen medis tambahan telah dimasukkan dalam perawatan bedah pterigium yaitu mitomycin C, anti-VEGF, 5-fluorouracil (5-FU) dan loteprednol etabonate.
FAKTOR RESIKO DAN MANAJEMEN PTERIGIUM PADA PENDUDUK DAERAH PESISIR Naurah Nazhifah; Hamsu Kadriyan
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DAN SAINS Vol 3 No 3 (2022): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jips.v3i3.1184

Abstract

Pterygium comes from the Greek, namely pteron, which means wing. Pterygium is an abnormal growth of fibrovascular tissue with a triangular shape from the conjunctiva that extends to the cornea. It is a proliferative disorder of the ocular surface, caused by connective tissue remodeling and angiogenesis leading to fibrovascular proliferation. This journal aims to provide information about risk factors and management of pterygium in coastal residents. Work as a farmer/fisherman/labourer had the highest prevalence of pterygium at 15.8%. The most influential pterygium risk factor for coastal communities is their work as a fisherman, and also being in the equatorial area which is an area with high sun exposure, this can trigger pterygium. Work as a fisherman carried out for years and hours, which averages around 7 hours and above for exposure to direct sunlight can also trigger pterygium. Pterygium management that can be done is giving eye drops to reduce complaints, then performing surgery or surgery using excision techniques, namely baresclera, Conjunctival autograft technique, and Amniotic membrane grafting. The high recurrence rate associated with postoperative complications is common thus additional medical management has been included in the surgical treatment of pterygium namely mitomycin C, anti-VEGF, 5-fluorouracil (5-FU) and loteprednol etabonate.