Riska Desitania
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Peternakan, Bogor

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Hubungan Penggunaan Antimikroba terhadap Resistansi pada Peternakan Unggas Broiler Mandiri di Kabupaten Bogor Nofita Nurbiyanti; Imron Suandy; Sunandar; Riana Aryani Arief; Putik Allamanda; Gian Pertela; Budi Purwanto; Hanan Daradjat; Nuraini Triwijayanti; Kanti Puji Rahayu; Oli Susanti; Riska Desitania; Rianna Anwar Sani; David Speksnijder; Tagrid Dinar; Tri Satya Putri Naipospos; Jaap Wagenaar
Acta VETERINARIA Indonesiana 2022: Special Issues
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi...33-40

Abstract

Penggunaan antimikroba di peternakan mengakselerasi proses resistansi antimikroba pada sektor peternakan dan berpotensi mengancam kesehatan manusia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan antimikroba dengan kejadian resistansi pada bakteri komensal Escherichia coli di peternakan unggas broiler. Data penggunaan antimikroba dikumpulkan selama 4-6 periode produksi (97 siklus) dan periode siklus akhir diambil 1 sampel litter dengan boot swab dari 19 peternakan broiler mandiri di Kabupaten Bogor selama 2019-2022, dan 25 strain E. coli diisolasi dari tiap peternakan. Sebanyak 475 isolat bakteri E. coli diuji Susceptibility dengan metode microdilution (Sensititre®) untuk resistansi fenotipik. Hubungan frekuensi pemberian antimikroba (Treatment Frequency Used Daily Dose/TFUDD) jangka panjang (97 siklus) dan jangka pendek (siklus akhir dimana diambil sampel, 19 siklus) dengan proporsi isolat resistan dianalisis menggunakan regresi linear. Peternakan paling sering menggunakan antimikroba yang termasuk dalam kategori Highest Priority Critically Important Antimicrobials/HPCIA for human medicine (WHO, 2019). Dari 475 isolat E. coli yang diisolasi, terlihat bahwa tingginya persentase populasi E. coli non-wild type (‘resistan’). Resistansi tertinggi terhadap antimikroba ciprofloksasin (93%), ampisilin (88%), tetrasiklin (83%), sulfametoksazol (75%), dan trimethoprim (71%). Dari 5 kelas antimikroba yang dianalisa, didapatkan hubungan signifikan antara frekuensi pemberian antimikroba dan proporsi isolat resistan pada penggunaan jangka panjang terhadap kuinolon dan tetrasiklin (p<0.05), serta pada penggunaan jangka pendek terhadap makrolida (p<0.05) dan tetrasiklin (p<0.01).