p-Index From 2019 - 2024
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Kandai Widyaparwa
Rini Esti Utami
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KOSAKATA DALAM WACANA ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILU 2019 (Vocabulary in Discourse 2019 Election Campaign Props) Endro Nugroho Wasono Aji; Agus Sudono; NFN Sutarsih; Rini Esti Utami
Kandai Vol 18, No 2 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i2.3599

Abstract

In the election campaign, legislative candidates often spread political promises to achieve their goals by using words that seem bombastic. This can easily be found in campaign demontration tools in the form of billboards, banners, or posters hanging on the side of the road. This study aims to reveal the phenomenon of vocabulary use in the 2019 Election campaign by using critical discourse analysis. Critical discourse analysis according to Fairclough is divided into three stages, namely description, interpretation, and explanation. The text descriptions contained in the 2019 Election campaign discourse are limited to vocabulary use only. The vocabulary aspects used are in the form of classification patterns, words that are fought for ideologically, the use of metaphors, and meaning relations. At the interpretation stage, the caleg uses vocabulary to form a positive image which in the end is expected to increase the electability of the caleg. At the explanatory stage, at the socio-cultural level, the efforts made by candidates are to build emotional closeness to the public (especially people who have the right to vote). This is done by utilizing lingual features, such as: the use of our personal pronouns, metaphors, and the use of regional languages (Javanese). Dalam kampanye pemilu para calon legislatif seringkali menebar janji-janji politik untuk mencapai tujuan mereka dengan memanfaatkan kata-kata yang terkesan bombastis. Hal tersebut dengan mudah dapat dijumpai dalam alat peraga kampanye yang berupa baliho, spanduk, atau poster yang terpampang di pinggir jalan. Penelitian ini bertujuan mengungkap fenomena penggunaan kosakata dalam kampanye Pemilu 2019 dengan menggunakan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menurut Fairclough dibagi dalam tiga tahap, yaitu deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi. Deskripsi teks yang terdapat dalam wacana  kampanye Pemilu 2019 dibatasi hanya pada penggunaan kosakata. Aspek kosakata yang digunakan berupa pola klasifikasi, kata-kata yang diperjuangkan secara ideologis, penggunaan metafora, dan relasi makna. Pada tahap interpretasi caleg memanfaatkan kosakata untuk membentuk citra positif yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan elektabilitas si caleg. Pada tahap eksplanasi, pada tataran sosiokultural upaya yang dilakukan oleh caleg adalah membangun kedekatan secara emosional dengan khalayak (masyarakat), terutama yang mempunyai hak pilih. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan fitur-fitur lingual, seperti penggunaan pronominal persona kita, metafora, dan penggunaan bahasa daerah (bahasa Jawa).
VERBA ITERATIF DALAM BAHASA SUNDA Emma Maemunah; Dyah Susilawati; Rini Esti Utami
Widyaparwa Vol 50, No 2 (2022)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.197 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v50i2.1136

Abstract

Iterative verbs are verbs that express an activity which occurs many times or repeatedly. Iterative verbs are characterized by language forms that arise as a result of morphological processes. This study describes the types of iterative verbs in Sundanese language in their morphological behavior. Iterative verb data were obtained from written sources using the listening method for providing data and followed by note-taking techniques. The data were analyzed using the distributional method with the two-by-two opposition technique. The results showed that morphologically iterative Sundanese verbs are characterized by affixation and reduplication. There are seven types of iterative verb marker affixations in Sundanese, namely D-an, di-D-an, di-D-ar-an, N-D-an, N-D-ar-an, ka-D-an, and (pa)ting +D. Meanwhile, reduplication of iterative verb markers in Sundanese is dwilingga dwimurni, dwilingga dwireka, dwilingga with R-keun suffix, dwilingga with N-R-keun confix, dwilingga with ka-R prefix, dwipurwa reduplication, dwipurwa with prefix and suffix ti–ar-R, dwilingga and dwipurwa with the suffix R-an, dwilingga and dwipurwa with the confix di-R-keun. The accompanying markers for iterative verbs are hantem, teu weleh, tansah, haben, mindeng, remen, often, osok, kungsi, and sometimes.Verba iteratif merupakan verba yang menyatakan suatu aktivitas yang terjadi berkali-kali atau berulang-ulang. Verba iteratif ditandai oleh bentuk bahasa yang muncul akibat proses morfologis. Dalam penelitian ini digambarkan jenis verba iteratif bahasa Sunda dalam perilaku morfologisnya. Data verba iteratif diperoleh dari sumber tertulis dengan metode simak untuk penyediaan data dan dilanjutkan dengan teknik catat. Data dianalisis dengan metode distribusional dengan teknik oposisi dua-dua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfologis verba iteratif bahasa Sunda ditandai oleh afiksasi dan reduplikasi.  Terdapat tujuh jenis afiksasi penanda verba iteratif bahasa Sunda, yakni D-an, di-D-an, di-D-ar-an, N-D-an, N-D-ar-an, ka-D-an, dan (pa)ting+D. Sementara itu reduplikasi penanda verba iteratif bahasa Sunda adalah reduplikasi dwilingga  dwimurni, dwilingga dwireka, dwilingga dengan sufiks R –keun, dwilingga dengan konfiks N-R-keun, dwilingga dengan prefiks ka- R, reduplikasi dwipurwa, dwipurwa dengan prefiks dan sufiks ti–ar-R, dwilingga dan dwipurwa dengan sufiks R-an, dwilingga dan dwipurwa dengan konfiks di-R-keun. Pemarkah penyerta verba iteratif adalah hantem, teu weleh, tansah, haben, mindeng, remen, sering, osok, kungsi, dan kadangkala.