<![CDATA[Studi tentang pendidikan sufistik yang berdimensi esoterik merupakan kajian yang tidak banyak tersentuh terutama di kalangan pendidik itu sendiri. Hal ini didasark oleh sebuah fakta bahwa kajian sufistik adalah kajian yang tidak merealitas atau tidak membumi sehingga dianggap tidak bisa memberikan gagagsan solutif bagi prolema kemanusiaan terutama dalam dunia pendidikan. Padahal menyikapi realitas pendidikan hari ini semakin memprihatinkan dalam hal kemerosotan akhlak. Realitas inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa studi ini urgen dan menarik untuk dilakukan dengan mengangkat satu tokoh sufistik Ibnu Atha’illah lewat karya monumentalnya al-hikam. Sebagai sebuah studi tokoh, maka jenis penelitian ini bersifat deskrifti kusalitatif dengan sumber data kepustakaan (library Reseach).. sumber data yang dimaksud adaalah sumber data primer dan sekunder. adapun pendekatan yang diterapkan dengan menggunakan pendekatan sejarah,. pendekatan tafsir tarbawi dan hadis tarbawi. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut: bahwa Hakekat pendidikan akhlak yang disebutkan di dalam kitab Al-Hikam karangan Syaikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari adalah lebih mengarah kepada penyujian jiwa untuk mencapai ma’rifatullah. Selain itu hakekat pendidikan akhlak tertuju terhadap manusia secara umum tidak ada perbedaan jabatan, harta, dan sebagainya. Materi pendidikan akhlak yang terdapat dalam Kitab Al-Hikam adalah terbagi kedalam beberapa maqam, yaitu maqam taubat, maqam zuhud, maqam sabar, maqam syukur, maqam khauf, maqam raja’, maqam ridha, maqam tawakal, dan maqam mahabbah. Metode pendidikan akhlak dalam Kitab Al-Hikam terbagi kedalam empat metode, yaitu metode teladan, metode pemberian nasehat, metode cerita dan metode perintah dan larangan. Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Kitab Al-Hikam adalah menuju ma’rifatullah yang diawali dengan penyucian jiwa (tazkiyat al- nufus) melalui pertobatan kemudian dilanjutkan menuju proses selanjutnya berupa usaha menghiasi akhlak manusia dengan akhlak mahmudah.]]>
