Niken Indriyanti
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Profil Metabolit Sekunder, Kelarutan, dan Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Etanol Daun Sungkai (Paronema canescens Jack): Secondary Metabolite Profile, Solubility, and Sunscreen Activity Ethanol Extract of Sungkai Leaf (Paronema canescens Jack) Putri Sekardjati; Niken Indriyanti; Mentary Bafadal
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 17 (2023): Proc. Mul. Pharm. Conf.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/mpc.v17i1.689

Abstract

Tumbuhan Sungkai (Paronema canescens Jack) secara empiris digunakan oleh masyarakat suku Dayak untuk mengobati berbagai macam penyakit. Ekstrak daun sungkai memiliki aktivitas tabir surya kategori ultra dengan nilai SPF (Sun Protecting Factor) pada konsentrasi 600 ppm, 400 ppm, 200 ppm masing masing 24 . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui metabolit sekunder ekstrak etanol daun sungkai, kelarutan ekstrak etanol daun sungkai, dan nilai SPF ekstrak etanol daun sungkai. Metode penelitian yang digunakan yaitu ekstraksi dengan metode maserasi, kemudian dilakukan uji kelarutan serta uji aktivitas Hasil penelitian yang di dapatkan adalah metabolit sekunder ekstrak daun sungkai mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, tannin, dan steroid dengan rendemen ekstrak yang di dapat sebesar 23,33%. Kelarutan ekstrak daun sungkai pada pelarut etanol sebesar 84%, dalam aquades 62%, dan dalam n-heksan 55%. Nilai SPF ekstrak daun sungkai pada konsentrasi 200, 300, 400, 500, 600,700, dan 800 ppm masing-masing sebesar 15,46 ; 15,82 ; 19,29 ; 20,91 ; 24,36 ; 25,75; dan 27,00 sehingga termasuk kategori proteksi ultra.
Observasi Klinik Penggunaan Obat Sariawan pada Remaja: Clinical Observation on the Use of Oral Thrush Medication for Adolescent Sitti Mujahida Tahir; Niken Indriyanti; Siti Rouchmana
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 18 (2023): Proc. Mul. Pharm. Conf.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/mpc.v18i1.723

Abstract

Thrush is a disease of the oral mucosa that is often experienced by the public. There are various options in curing thrush such as using synthetic drugs containing antiseptics or analgesics. In healing canker sores itself can also use other alternatives such as the use of natural materials that have a function as analgesics. This study aims to determine the types of canker sore treatments used by adolescents today and the effectiveness of these treatments. The method of this study is observational with the number of respondents to date is 70 respondents selected based on inclusion criteria. The results showed that there were 22 respondents who used drugs containing vitamin c. In addition there were also Triamsinolon acetonide 1 mg, Povidone Iodine, phenol crystal 14%, Policrusulen, Borax Glycerine gom 10%, Nystatin, Dequalinium chloride, with alternative treatments such as, drugs containing Glycyrrhizae Glabra Radix and Sophorae Tonkinesis Radix, Betel Black, Salt, Honey, Tomatoes, Aloe Vera Extract, Tamarind. The effectiveness of treatment is seen from the duration of treatment where the average duration of the entire treatment is 6-7 days. It was concluded that the most common treatment used by respondents was treatment containing vitamin c either in the form of drinks or in the form of chips, while the most effective treatment in terms of the duration of canker sores was the alter treatment. Keywords: Medicine, Thrush, Recurrent Aphthous Stomatitis, Effectiveness Abstrak Sariawan merupakan penyakit pada mukosa mulut yang sering dialami oleh masyarakat. Terdapat berbagai pilihan dalam menyembuhkan sariawan seperti menggunakan obat sintetik yang mengandung antiseptik ataupun analgesik. Pada penyembuhan sariawan ini sendiri dapat juga menggunakan alternatif lain seperti penggunaan bahan alam yang memiliki fungsi sebagai analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam pengobatan sariawan yang digunakan remaja saat ini serta efektivitas dari pengobatan tersebut. Metode dari penelitian ini adalah observasional dengan jumlah responden hingga saat ini adalah 70 responden yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 22 responden yang menggunankan obat yang mengandung vitamin c. Selain itu terdapat juga Triamsinolon acetonide 1 mg, Povidone Iodine, phenol crystal 14%, Policrusulen, Borax Glycerine gom 10%, Nystatin, Dequalinium chloride, dengan pengobatan alternatif seperti, obat yang mengandung Glycyrrhizae Glabra Radix dan Sophorae Tonkinesis Radix, Sirih Hitam, Garam, Madu, Tomat, Ekstrak lidah buaya, Asam Jawa. Efektivitas pengobatan dilihat dari durasi pengobatan dimana durasi rata-rata dari keseluruhan pengobatan adalah 6-7 hari. Maka didapatkan kesimpulan bahwa pengobatan terbanyak yang digunakan oleh responden adalah pengobatan yang mengandung vitamin c baik berupa minuman maupun dalam bentuk keping, sedangkan efektivitas pengobatan memiliki rata-rata durasi pengobatan 6-7 hari. Kata Kunci: Obat, Sariawan, Stomatitis Aftosa Rekuren, Efektivitas
Uji Efektivitas Ekstrak Daun Cemba (Senegalia rugata) terhadap Penyembuhan Luka Sayat pada Kelinci (Oryctogalus cuniculus): Testing the Effectiveness of Cemba (Senegalia rugata) Leaves Extract on Cure Incision Wounds Healing in Rabbits (Oryctolagus cuniculus) Dewi Rahmadina; Novita Eka Putri Kartab; Niken Indriyanti
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 5 No. SE-1 (2023): Spesial Edition J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v5iSE-1.2056

Abstract

Wound medicine is a pharmaceutical preparation that helps speed up wound healing. Wound medications such as povidone-iodine contain antiseptics to prevent infection. Povidone iodine has bactericidal activity, low toxicity, and affordable price. However, in some cases, povidone-iodine can cause allergies. Cemba leaves (Senegalia rugate) are an endemic plant empirically used to heal open wounds. This study aims to determine the yield of cemba leaf extract, the ability of cemba leaf extract to heal cuts, and the concentration of cemba leaf extract, which can provide the best activity as a wound healer. This test uses rabbits as subjects which will be given treatment in the form of a control test of cemba leaf extract with an ointment base concentration variant of 5%, 10%, and 15%; for the comparison control, a negative control is used in the form of the base, positive control in the form of betadine ointment, and standard control. Based on the research that has been done, it was found that the yield of cemba leaf extract was 31.82%. The results of the phytochemical screening showed that cemba leaf extract contained secondary metabolites in the form of alkaloids, flavonoids, tannins, steroids, and saponins. The test results showed that a 5% cemba leaf extract and positive control concentration could heal wounds on the 10th day. Keywords: Cemba leaf, Povidone iodine, Cut wound healing, Phytochemical screening Abstrak Obat luka adalah sediaan farmasi yang membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Obat luka seperti povidone iodine mengandung antiseptik untuk mencegah infeksi. Povidone iodine memiliki aktivitas bakterisidal, toksisitasnya rendah, dan harganya terjangkau. Akan tetapi pada beberapa kasus, povidone iodine dapat menimbukan alergi. Daun cemba (Senegalia rugata) adalah tanaman endemik yang secara empiris dimanfaatkan sebagai penyembuh luka terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil rendemen dari ekstraksi daun cemba, kemampuan ekstrak daun cemba sebagai penyembuh luka sayat, konsentrasi ekstrak daun cemba yang dapat memberikan aktivitas paling baik sebagai penyembuh luka sayat. Pengujian ini menggunakan kelinci sebagai subjek yang akan diberikan perlakuan berupa kontrol uji ekstrak daun cemba dengan varian konsentrasi basis salep yaitu 5%, 10%, dan 15%, untuk kontrol pembanding digunakan kontrol negatif berupa basis, kontrol positif berupa salep betadine, dan kontrol normal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan besar rendemen ekstrak daun cemba sebesar 31,82%. Hasil skrinning fitokimia yang dilakukan, diketahui ekstrak daun cemba mengandung metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin, steroid, dan saponin. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak daun cemba konsentrasi 5% dan kontrol positif  dapat menyembuhkan luka pada ± hari ke-10. Kata Kunci: Daun cemba, Povidone iodine, Penyembuhan luka sayat, Skrinning fitokimia