This Author published in this journals
All Journal Lembaran Antropologi
Gusti Nur Asla Shabia
Alumni Departemen Antropologi, Universitas Gadjah Mada

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Revolusi Mengitari Tani: Solidaritas Komunitas SOLAWI di Freiburg Gusti Nur Asla Shabia
Lembaran Antropologi Vol 1 No 2 (2022)
Publisher : Department of Anthropology Faculty of Cultural Sciences Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (887.306 KB) | DOI: 10.22146/la.4357

Abstract

Solidarische Landwirtschaft (SOLAWI) atau “Pertanian ber-Solidaritas” merupakan gerakan pertanian dan pangan alternatif di Jerman yang menekankan kerjasama langsung antara produsen dan konsumen untuk mendanai satu kegiatan pertanian dengan prinsip solidaritas. Secara global, gerakan ini dikenal sebagai Community Supported Agriculture (CSA). Meskipun bentuk dan pengejawantahan di setiap negara berbeda, gerakan ini bertolak dari visi serupa: melangsungkan praktik pertanian dan sistem pangan alternatif dari sistem pangan global yang selama ini dipandang memiskinkan para petani skala kecil dan menimbulkan kerusakan ekologis dan krisis iklim. SOLAWI menghendaki proses yang berpihak ke kesejahteraan petani dan keberlanjutan alam: di mana pasar harusnya mengitari pertanian dan bukannya sebaliknya. Melalui studi etnografi saya pada dua komunitas SOLAWI di Freiburg, Jerman, tulisan ini ingin menelusuri: (1) Bagaimana orang-orang di dalam SOLAWI mempraktikkan dan mengalami solidaritas? dan (2) Mengapa solidaritas bernilai signifikan bagi keberlangsungan SOLAWI sendiri? Pertanyaan terakhir bertolak dari pengamatan saya bahwa meskipun solidaritas dipakai sebagai basis gerakan, praktik-praktik solidaritas memiliki fungsi ekonomi dalam mempertahankan anggota-anggota di dalam SOLAWI dan menjaga keberlanjutan komunitas. Temuan dalam penelitian saya menunjukkan bahwa ekonomi solidaritas menjadi kritik para aktor ekonomi tertentu atas ekonomi yang berorientasi profit dan eksploitatif yang mereka pandang sebagai suatu kegagalan dari proses modernisme. Selain itu, para anggota lebih menghendaki ranah-ranah non-ekonomis yang mereka temukan dalam SOLAWI dan bersedia untuk “mempertukarkannya” dengan sebentuk dukungan finansial.