Eka Suryatin
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tuturan Bermakna Budaya sebagai Pembelajaran Kearifan Lokal Masyarakat Banjar: Studi Etnopedagogi Rissari Yayuk; Derri Riss Riana; Jahdiah Jahdiah; Eka Suryatin; Dede Hidayatullah
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 11, No 2 (2022): Ranah: jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v11i2.5196

Abstract

This study discusses the form of Banjarese speech which contains a lexicon of local culture and local wisdom that can be taught behind the speech of cultural meaning. The purpose of the study is to describe the form of Banjarese speech which contains a lexicon of local culture and the form of local wisdom that can be taught behind the speech of cultural meaning. This study uses qualitative descriptive method with an ethnopedagogic approach. The research techniques are observation, documentation, and interviews. Data collection techniques are listening, recording, and getting involved in the research. The research steps are observation, data collection, data selection, presentation, analysis, and conclusions. The data source, speech that contains a lexicon with cultural meaning in the Banjar community, in Banjarmasin City, Banjar Regency, and Hulu Sungai Selatan. Data collection is from March 2021 to April 2022. Data validity is through triangulation of sources, theories, and methods. The study results that Banjarese speech that contains a lexicon of local cultural meanings include supporting parts for housing, livelihoods, literary arts, language, daily activities, and activities supporting equipment. The forms of local wisdom that can be taught behind these cultural speeches include creative, economic independence, politeness, entertainment and educative, health, hygiene, and adaptive. This finding shows that daily speech can be a source of learning local wisdom with cultural value for the Banjar community and others, both formal and non-formal, one of which is for local content material for students. AbstrakPenelitian ini membahas tentang wujud tuturan berbahasa Banjar yang memuat leksikon bermakna budaya lokal dan wujud kearifan lokal yang dapat diajarkan di balik  tuturan bermakna budaya tersebut. Tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan wujud tuturan lisan berbahasa Banjar yang memuat leksikon  bermakna budaya lokal dan wujud kearifan lokal yang dapat diajarkan di balik tuturan bermakna budaya tersebut. Metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnopedagogi. Teknik penelitian observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik pengambilan data, antara lain simak, catat, dan libat. Langkah penelitian yang dilakukan, yaitu observasi, pengambilan data, pemilihan data, penyajian, analisis, dan simpulan. Sumber data, tuturan yang memuat leksikon bermakna budaya pada masyarakat Banjar, di Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, dan Hulu Sungai Selatan. Waktu pengambilan data mulai dari bulan Maret 2021 sampai dengan April 2022. Validitas data melalui triangulasi sumber, teori, dan metode. Hasil penelitian, yaitu tuturan berbahasa Banjar yang memuat leksikon bermakna budaya lokal meliputi bagian pendukung tempat tinggal, mata pencaharian, seni sastra, bahasa, aktivitas keseharian, dan peralatan pendukung aktivitas. Adapun wujud kearifan lokal yang dapat diajarkan di balik tuturan bermakna budaya tersebut meliputi kreatif, mandiri ekonomi, kesantunan, hiburan, dan edukasi kesehatan, kebersihan, dan adaptif. Temuan ini menunjukkan bahwa tuturan sehari-hari dapat menjadi sumber pembelajaran kearifan lokal bernilai budaya bagi masyarakat Banjar dan lainnya, baik formal maupun nonformal, salah satunya untuk materi muatan lokal bagi anak didik.
The Meaning of the Word Makan in the Banjarese Language as a Treasure of Language Culture Rissari Yayuk; Eka Suryatin; Siti Jamzaroh
Humanus: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora Vol 22, No 1 (2023)
Publisher : Pusat Kajian Humaniora FBS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/humanus.v22i1.119439

Abstract

The diversity of meanings of a word indicates the treasure of people's knowledge system in the language. This research is to reveal the meaning of one of the words in question, namely, makan, in the Banjar language. The research problem is the meaning of the makan word as a language and cultural treasure in the Banjar people. The study objective is to describe the form of the word makan as a language and cultural wealth in the Banjar people. This research applies qualitative descriptive research methods with observation, note-taking, and documentation techniques. Data collection techniques are uninvolved conversation observation techniques and interviews. The research steps are observation, data collection, sorting, presentation, analysis, and conclusion. The theory related to this research is a semantic, pragmatic, anthropolinguistic approach. The data source is the speech of the Banjar people, who use the word makan. Data collection was in Banjar and Hulu Sungai Selatan Regencies. The collection of data was from June 2021—April 2022. Triangulation of data applies several sources and theories. The data analysis uses miles and Huberman models. The study results show 11 forms of the meaning of eating, swallowing, requiring, utilizing, functioning, damaging, eroding, hurting feelings, spending time, being deceived, and many experiences. The 11 meanings consist of denotations and connotations. The connotation consists of the synecdoche totum pro parte, metaphor, and personification. In conclusion, the results will provide the referral educational material on scientifically documented regional language cultures amid the influence of national and international language dominance.
LEKSIKON, BENTUK DAN FUNGSI RUANG, SERTA MAKNA ORNAMEN RUMAH ADAT BANJAR “BUBUNGAN TINGGI” Eka Suryatin; Derri Ris Riana; Rissari Yayuk; Jahdiah; Budi Agung Sudarmanto
Naditira Widya Vol. 16 No. 2 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 2 Oktober Tahun 2022
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah adat Banjar “Bubungan Tinggi” mempunyai bentuk dan bagian-bagian khas yang berbeda dari rumah adat yang lainnya. Meskipun penelitian tentang rumah adat Banjar sudah banyak dilakukan, belum ada yang membahas leksikon-leksikon rumah adat “Bubungan Tinggi” dalam kajian ilmu etnosemantik secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi suatu benda berdasarkan sosial kultural masyarakat penutur bahasa. Secara lebih rinci adalah memahami penggambaran leksikon konstruksi utama bangunan “Bubungan Tinggi” berdasarkan bentuk dan fungsi, wujud leksikon ruangan rumahnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan teknik identifikasi sesuai dengan aspek yang diteliti, menyeleksi data, mengklasifikasi, menyesuaikan data, membahas, dan terakhir menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah “Bubungan Tinggi” bercirikan arsitektur rumah panggung, dengan bubungan atap yang tinggi, serta memiliki dua anjung di bagian kiri dan kanan bangunan. Konstruksi utama bangunan memiliki bentuk dan fungsi masing-masing yang khas yang tampak pada leksikon tihang, lantai, lalungkang, lawang, lis, tawing, tataban, atap, dan tangga. Leksikon lain yang signifikan tampak pada bentuk dan fungsi ruangan-ruangannya, yaitu palatar, panampik, palidangan, anjung, padapuran. Selanjutnya, motif ukiran flora dan kaligrafi yang digunakan dalam ornamen rumah “Bubungan Tinggi” pun mempunyai leksikon, dengan makna simbolis sebagai bagian dari makna semantis yang melambangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Banjar. Leksikon”Bubungan Tinggi” perlu diperkenalkan kembali kepada masyarakat khususnya generasi muda, sebagai upaya untuk merevitalisasi kembali rumah adat dan maknanya, agar tidak punah dan tergantikan dengan rumah-rumah modern.The Banjar traditional house "Bubungan Tinggi" has distinctive shapes and parts that are different from other traditional houses. Although much research has been done on Banjar traditional houses, none has discussed the lexicons of “Bubungan Tinggi,” in the study of ethnosemantics particularly. This research aims to determine the description of an object based on the socio-culture of its language speakers. A more elaborate objective is to understand the lexicon depiction of the main construction of the "Bubungan Tinggi" based on the form and function, as well as the lexicon of space within the house. The research uses a qualitative descriptive method, where data collection was carried out by interviews, observation, and literature study. Data processing was carried out using identification techniques according to the aspects studied, selecting data, classifying, adjusting data, discussing, and finally inferring. The study resulted that the "Bubungan Tinggi" house is characterized by the architecture of a stilt house, with a high roof, and has two annexes each on the left and right of the building. The main construction of the building has its distinct form and function which can be seen in the lexicon of pillars, floors, windows, doors, frames, walls, plinths, roofs, and stairs. Other significant lexicons are seen in the form and function of the rooms, which refer to the terrace, small room, family room, annex, and kitchen. Furthermore, the floral and calligraphic carving motifs used in the “Bubungan Tinggi” house ornaments also have lexicons, with symbolic significance as part of the semantic meaning that refers to the socio-cultural life of the Banjar people. The lexicons of "Bubungan Tinggi" of the Banjar traditional house need to be reintroduced to the public, especially the younger generation, as an effort to revitalize the traditional house and its meaning; hence the “Bubungan Tinggi” will not become extinct and is replaced by modern houses.