Sulkhan, Khumaid Akhyat
Kajian Budaya Dan Media, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Jurnal Kawistara : Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora

Relasi Kuasa dan Pertautan Identitas dalam Novel Entrok dan Maryam Karya Okky Madasari: sebuah Kajian Interseksionalitas Khumaid Akhyat Sulkhan
Jurnal Kawistara Vol 11, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.v11i3.70244

Abstract

Sastra, dalam berbagai wujudnya, seringkali menjadi instrumen bagi seorang pengarang untuk menyuarakan perlawanan terhadap struktur kekuasaan sekaligus membidik relasi identitas yang tidak setara di tengah masyarakat. Selama satu dekade terakhir, salah satu sosok yang dikenal oleh para aktivis, pelajar, maupun media di Indonesia, sebagai pengarang dengan narasi-narasi perlawanan serta potret sosial dari masyarakat yang diwarnai konflik identitas adalah  Okky Madasari. Berkaitan dengan hal itu, penelitian ini hendak mengkaji ide relasi kuasa dan identitas yang ada di dua Novel karya Okky Madasari, Entrok (2010) dan Maryam (2012). Studi ini menggunakan pembacaan interseksionalitas dan serta metode pendekatan naratif dengan tujuan untuk memahami bagaimana sekaligus mengapa Okky menarasikan konflik berbalut persimpangan identitas yang tidak setara dan bagaimana ia menawarkan menawarkan konsep kebebasan dalam kedua novel tersebut sebagai bagian dari ideologi pengarangnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidaksetaraan identitas para tokoh dalam kedua novel itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan serta perbedaan kelas yang mewakili kekuatan ekonomi, sehingga bentuk konfliknya bisa berubah pada situasi dan waktu tertentu. Sementara itu, ia menawarkan kebebasan dari segala bentuk intervensi terhadap subjektivitas manusia sebagai jalan keluar. Namun demikian, orang-orang yang digambarkan memiliki kesempatan untuk memperjuangkan kebebasan atau bernegosiasi dengan persoalan identitas serta struktur kekuasaan yang ada, hanyalah mereka yang berpendidikan tinggi dan kuat secara ekonomi.