Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perubahan Paradigma: Era Pembelajaran Daring Siswa SD YPPK ST. Petrus Ayawasi Maybrat Hetwi Marselina Saerang; Herry Sumual; Elni Jeini Usoh; Viktory Nicodemus Joufree Rotty
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7531

Abstract

Merebaknya virus covid-19 atau lebih dikenal dengan corona mengguncangkan semua sendi kehidupan termasuk pendidikan di atas Tanah Papua. Virus ini tidak memandang usia, pangkat, jabatan. Apa pun dia, siapa pun dia, semua memiliki peluang untuk terserang. Virus ini memaksa kehidupan sosial harus berubah, termasuk metode pembelajaran yang mengantar orang asli Papua mengalami perubahan paradigma kehidupan. Selama ini, pendidik di Papua selalu menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu tatap muka di kelas antara guru dengan murid atau dosen dengan mahasiswa. Proses pembelajaran, diskusi, tanya-jawab, dan bimbingan semua berlangsung tatap muka. Sekarang harus menggali diri kepada metode belajar dalam jaringan atau disingkat daring (online). Lompatan itu bukanlah berarti apa-apa untuk dunia pendidikan di Tanah Papua, terutama bagi tenaga pengajar yang masih muda-muda, karena mereka memang generasi yang tumbuh pada era digital atau jaringan. Sementara tenaga pengajar yang sudah lanjut usia dipaksa harus berlari menyesuaikan diri dengan cara baru itu. Walaupun tampak kedodoran, mereka harus siap untuk ikut perubahan. Untuk tingkat SD masih sedikit tertolong karena orang tua mereka, terutama ibu-ibu, selalu mendampingi anaknya belajar. Walaupun orang tuanya tidak begitu menguasai penggunaan perangkat, mereka masih bisa diajak bekerja sama untuk membimbing anak-anaknya. Akan tetapi, menjadi persoalan tersendiri bagi anak-anak, bahwa ternyata tidak semua ibu bisa menjadi pendamping yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan, cara ibunya mengajar membuat mereka tertekan secara psikologis, malah ada yang berontak dengan membuat puisi agar corona cepat berlalu supaya bisa bertemu guru. Sementara itu, guru SMP dan SMA mengeluh karena ada topik-topik tertentu yang sulit didaringkan. Alasannya, transformasi kognisi bisa dilakukan dengan daring, sementara transformasi afeksi masih banyak kendala yang dihadapi. Tentu ini merupakan tantangan tersendiri antara guru dan murid yang sudah beda zaman dan tantangan. Media daring menjadi titik perubahan jati diri dan sistem pembelajaran.
The leaders’ role in leading and managing organisational change in higher education institutions Elni Jeini Usoh; Frandy Efraim Fritz Karundeng
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol 9, No 2 (2023): JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/020231635

Abstract

The survival of an organisation does not only depend on continuous change to encounter the rapid shifting in marketplace and organisational alliances, but also to adjust their operational process. The purpose of this study is to examine the role of the leader in the process of leading and managing organisational change, with some parts focused on higher education institutions. This study utilized research literature review to support author’s notions and arguments. The research result found that the critical function of higher education institutions has been changed to a more pragmatic role, universities have changed their previous role not only to serve society, but also more focus on supporting the economy and promoting the quality of life of its citizens. The main role of the higher institution leader in this situation is as mediator between policy and practice. In conclusion, organisational change is an inevitable process in contemporary organisations, including higher education institutions. The key findings suggest that the leaders should create and share vision, develop a strong partnership from those who can contribute to change, improve competence, and reinforce new structure and culture which appropriate to the new environment, by encouraging motivation, communication, participation, empowerment and commitment.