Faris Alaudin
Departemen Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SUARA-SUARA PEREMPUAN DARI TIMUR INDONESIA: REFLEKSI ATAS BELENGGU PATRIARKI DALAM ISINGA DAN TARIAN BUMI Faris Alaudin
MABASAN Vol. 16 No. 2 (2022): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v16i2.595

Abstract

Dorothea Rosa Herliany dan Oka Rusmini muncul sebelum geger kelahiran sastra wangi dengan membawa narasi problematik kesetaraan gender melalui Isinga (2015) dan Tarian Bumi (2007). Baik Isinga maupun Tarian Bumi menampilkan warna lokalitas perempuan timur Indonesia. Irewa, tokoh utama perempuan dalam Isinga, mewakili suara perempuan Papua, sedangkan Telaga, tokoh utama perempuan dalam Tarian Bumi, menjadi wakil dari suara perempuan Bali. Penelitian ini berupaya untuk membaca praktik-praktik ketidakadilan gender berbasis pranata sosial yang diterima oleh tokoh perempuan dalam dua novel tersebut. Isinga dan Tarian Bumi dikaji lebih jauh dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan kritik sastra feminis, terutama terkait dengan bias gender yang memosisikan perempuan sebagai yang inferior. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Melalui analisis secara deskriptif analitis, Isinga dan Tarian Bumi menampilkan perasaan-perasaan tokoh utama perempuan yang terkungkung dalam budaya patriarki. Dengan begitu, melalui Irewa dan Telaga, Herliany dan Rusmini tengah berusaha menyuarakan isi hati perempuan yang selama ini terkungkung oleh kultur patriarki.
Membaca Praktik Pengelolaan Tari Topeng Lengger Wanasaban: Antara Aset dan Industri Budaya Faris Alaudin
Arif: Jurnal Sastra dan Kearifan Lokal Vol 2 No 2 (2023): Arif: Jurnal Sastra dan Kearifan Lokal
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/Arif.022.09

Abstract

Tari topeng lengger, yang berkembang di wilayah geografi budaya Wonosobo, sintas sebagai pertunjukan seni tradisi yang populer. Menjamurnya grup kesenian topeng lengger di Wonosobo menjadikan daya saing mereka dalam berebut pasar makin ketat saja. Grup Kesenian Rukun Putri Budhaya, yang menjadi patron kesenian topeng lengger di Wonosobo, tidak luput dari arus dinamika seni tradisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik pengelolaan tari topeng lengger grup kesenian Rukun Putri Budhaya dalam menegosiasi pasar. Metode etnografi dan pendekatan kajian tradisi lisan digunakan sebagai kacamata dalam menganalisis praktik pengelolaan topeng lengger sebagai modal budaya oleh Rukun Putri Budhaya. Sebagai hasil, Rukun Putri Budhaya menjadikan tari topeng lengger sebagai aset budaya sekaligus industri budaya. Melalui Sanggar Ciptaning, Rukun Putri Budhaya hadir untuk menyebarluaskan tradisi topeng lengger sebagai aset budaya. Selain itu, lewat gelaran wisuda lengger, Rukun Putri Budhaya mengomodifikasi topeng lengger untuk dikomersialisasikan.