Fatihatur Rohmah
Institut Dirosat Islamiyah Al Amien Prenduan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

AL-DAKHÎL DALAM TAFSÎR YÃ SÎN HAMAMI ZADAH Moh. Jufriyadi Sholeh; Fatihatur Rohmah
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.721

Abstract

Kehidupan manusia bergantung pada hukum-hukum Alquran dan akan selalu bergantung kepadanya, serta merujuk pada keyakinan umat Islam bahwa Alquran sâlih li kulli zamân wa makân, jadi sampai sekarang Alquran tetap dikaji dan ditafsiri untuk mengatasi perkembangan peradaban dunia. Akan tetapi seiring dengan perkembangan tersebut terdapat penafsiran yang tidak sesuai dengan syarat-syarat menafsirkan Alquran, oleh karena itu muncullah term al-Dakhîl dalam penafsiran Alquran, yaitu penafsiran yang tidak memiliki landasan yang valid dalam agama dan ilmiah, baik dari Alquran, hadis{, pendapat sahabat dan tabi’in, maupun dari akal sehat yang memenuhi kriteria dan prasyarat ijtiha>d. Dengan adanya term tersebut maka akan digunakan untuk mendeteksi adanya penyusupan penafsiran dalam kitab Tafsîr Yâ Sîn karya Hamami Zadah, yang mana kitab tersebut banyak dikaji di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dalam penelitian ini akan berbicara mengenai bentuk-bentuk al-Dakhîl dari berbagai sumbernya (kisah Israiliyyat, Hadis Mardud, Pendapat Sahabat yang tidak valid, dan Pendapat rasio yang tidak diterima) serta dengan menjelaskan alasan atau argumen mengapa sumber-sumber tersebut ditolak. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau library research, kemudian pada fokus pembahasannya menggunakan metode tahlîlî yaitu meneliti sumber data sesuai dengan urutan ayat yang ada pada kitab tersebut. Serta pengkroscekkan terhadap penelitian sebelumnya yaitu Al-Dakhîl dalam Tafsîr Yâ Sîn Karya Hamami Zadah oleh Siti Zahrotul Awwaliyah. Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam Tafsîr Yâ Sîn ini terdapat dua bentuk al-Dakhîl. Pertama, al-Dakhîl bil-Ma’thûr yang berupa Kisah Isrâîliyyât, yaitu kisah Ashâbul Qoryah di mana pada penafsiran tersebut yang dimaksud Qoryah adalah negri Antakiyah yang mana pendapat itu sama dengan pendapat Ibnu Kasir yang menukil riwayat dari Ibn Ishaq dan dalam sanadnya terdapat perawi yang masih diperdebatkan kualitasnya yaitu Ka’ab al-Ahbar dan Wahb ibn Munabbih. Hadis Mardûd, terdapat tujuh hadis yang mana para ulama’ berbeda pendapat tentang kualitasnya akan tetapi dari ketujuh hadis tersebut tidak ada hadis yang Maqbûl. dan pendapat Sahabat yang tidak valid, yaitu penafsiran tentang orang mu’min pada hari akhir. Kedua, al-Dakhîl bil-Ra’yi yang berupa pendapat akal yang tidak dapat diterima yaitu penafsiran tentang tata surya (tempat matahari serta besarnya matahari, bumi, dan bulan), di mana penafsiran tersebut tidak sinkron dengan pengetahuan tentang tata surya yang sudah masyhur di ranah saintifik.
AL-DAKHÎL DALAM TAFSÎR YÃ SÎN HAMAMI ZADAH Moh. Jufriyadi Sholeh; Fatihatur Rohmah
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.721

Abstract

Kehidupan manusia bergantung pada hukum-hukum Alquran dan akan selalu bergantung kepadanya, serta merujuk pada keyakinan umat Islam bahwa Alquran sâlih li kulli zamân wa makân, jadi sampai sekarang Alquran tetap dikaji dan ditafsiri untuk mengatasi perkembangan peradaban dunia. Akan tetapi seiring dengan perkembangan tersebut terdapat penafsiran yang tidak sesuai dengan syarat-syarat menafsirkan Alquran, oleh karena itu muncullah term al-Dakhîl dalam penafsiran Alquran, yaitu penafsiran yang tidak memiliki landasan yang valid dalam agama dan ilmiah, baik dari Alquran, hadis{, pendapat sahabat dan tabi’in, maupun dari akal sehat yang memenuhi kriteria dan prasyarat ijtiha>d. Dengan adanya term tersebut maka akan digunakan untuk mendeteksi adanya penyusupan penafsiran dalam kitab Tafsîr Yâ Sîn karya Hamami Zadah, yang mana kitab tersebut banyak dikaji di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dalam penelitian ini akan berbicara mengenai bentuk-bentuk al-Dakhîl dari berbagai sumbernya (kisah Israiliyyat, Hadis Mardud, Pendapat Sahabat yang tidak valid, dan Pendapat rasio yang tidak diterima) serta dengan menjelaskan alasan atau argumen mengapa sumber-sumber tersebut ditolak. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau library research, kemudian pada fokus pembahasannya menggunakan metode tahlîlî yaitu meneliti sumber data sesuai dengan urutan ayat yang ada pada kitab tersebut. Serta pengkroscekkan terhadap penelitian sebelumnya yaitu Al-Dakhîl dalam Tafsîr Yâ Sîn Karya Hamami Zadah oleh Siti Zahrotul Awwaliyah. Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam Tafsîr Yâ Sîn ini terdapat dua bentuk al-Dakhîl. Pertama, al-Dakhîl bil-Ma’thûr yang berupa Kisah Isrâîliyyât, yaitu kisah Ashâbul Qoryah di mana pada penafsiran tersebut yang dimaksud Qoryah adalah negri Antakiyah yang mana pendapat itu sama dengan pendapat Ibnu Kasir yang menukil riwayat dari Ibn Ishaq dan dalam sanadnya terdapat perawi yang masih diperdebatkan kualitasnya yaitu Ka’ab al-Ahbar dan Wahb ibn Munabbih. Hadis Mardûd, terdapat tujuh hadis yang mana para ulama’ berbeda pendapat tentang kualitasnya akan tetapi dari ketujuh hadis tersebut tidak ada hadis yang Maqbûl. dan pendapat Sahabat yang tidak valid, yaitu penafsiran tentang orang mu’min pada hari akhir. Kedua, al-Dakhîl bil-Ra’yi yang berupa pendapat akal yang tidak dapat diterima yaitu penafsiran tentang tata surya (tempat matahari serta besarnya matahari, bumi, dan bulan), di mana penafsiran tersebut tidak sinkron dengan pengetahuan tentang tata surya yang sudah masyhur di ranah saintifik.