Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Rekonstruksi penampang zona rawan longsor di daerah Pidada, Bandar Lampung, menggunakan metode tomografi seismik refraksi I Dani*; R Z Sinambela; I B S Yogi
Prosiding Seminar Nasional Ilmu Teknik Dan Aplikasi Industri Fakultas Teknik Universitas Lampung Vol. 3 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.974 KB) | DOI: 10.23960/prosidingsinta.v3i.5

Abstract

Daerah Pidada merupakan salah satu daerah yang terletak di Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung yang masuk dalam kategori sebagai daerah dengan potensi pergerakan tanah menengah-tinggi. Penelitian rekonstruksi zona lemah di daerah Pidada ini dilakukan dengan metode tomografi seismik refraksi dalam upaya mengidentifikasi keberadaan bidang gelincir penyebab terjadinya tanah longsor. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis zona lemah dengan memanfaatkan waktu tempuh gelombang seismik tercepat. Lokasi pengambilan data yang dipilih terletak di tepi jalan Raya Suban, ± 400 meter arah Barat Laut Kantor Kelurahan dengan panjang lintasan 110 meter dan 24 buah penerima dengan jarak antar penerima 5 meter. Sementara jarak antar sumber adalah 10 meter dimulai dari -2.5 meter dari penerima pertama dengan total jumlah sumber yang digunakan adalah 13 buah menggunakan palu seberat 5 kg. Analisa kuantitatif tomografi dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan statistik, antara lain pengukuran rata-rata dari selisih antara waktu tempuh kalkulasi hasil inversi tomografi dengan waktu tempuh observasi dari pengukuran di lapangan, penghitungan standar deviasi, variansi dari data misfit dan waktu tempuh residual. Rekonstruksi data seismik di daerah Pidada, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung bertujuan untuk mengidentifikasi zona lemah yang menjadi bidang gelincir longsor. Hasil rekonstruksi menunjukkan zona lemah berada pada kedalaman 5-15 meter dan tidak menerus dari atas bukit ke bawah. Hal ini diperkirakan akibat adanya tubuh batuan yang keras di tengah lintasan yang masih mampu menahan masa longsoran.