Sumper Mulia Harahap, Sumper Mulia
Lecturer Od Syariah And Law Sciences Faculty At IAIN Padangsidimpuan Jl. T. Rijal Nurdin Km.4,5 Sihitang Padangsidimpuan 22733

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman

EPISTEMOLOGI KEKUASAAN DALAM SISTEM POLITIK ISLAM Mulia Harahap, Sumper
FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : IAIN Padangsidimpuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.986 KB) | DOI: 10.24952/fitrah.v8i1.337

Abstract

Abstract: The Concept of  the government has given a serious dialogue among Muslim thinkers and caused a variety of perceptions and not only in the theoretical, conceptual, but also entered the area of practical politics that they often bring discord and disunity among Muslims. In Islamic political thought, talking state and government by Islamic political theorists lead to two goals. First, to find the ideals of Islam on the country or establishing government (emphasizing the theoretical and formal aspects) is by trying answering the question "what kind of country is according to Islam?”. Second, to do the idealization of the Islamic perspective on the process of implementation of state or government (emphasizing practical aspects and substantial) is by trying answering the question "how are the contents of the state according to Islamic paradigm? If the first approach is based on the assumption, it means that Islam has a particular concept of state and government. The second approach is based on the assumption, it means that Islam does not carry a particular concept of the shape of a country or a government but only carry the basic principles in the form of ethical and moral values. The above explanation encourages scholars to continue to assess the Islamic political system that can regulate peoples lives and the state in accordance with the principles contains in the teachings of the quran -justice, consultation, equation – tradition (Sunnah), consensus and analogy. Because by nature, a man is a zoon politicon.Keywords: kekuasaan, politik Islam, Abstrak: Peraturan pemerintah telah memberikan dialog serius antara Cendikia Muslim dan menyebabkan berbagai persepsi dan tidak hanya di teoritis, konseptual, tetapi juga memasuki wilayah politik praktis yang sering membawa perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Dalam pemikiran politik Islam, berbicara negara dan pemerintahan oleh ahli teori politik Islam menyebabkan dua Tujuan. Pertama, untuk menemukan cita-cita Islam pada negara atau mendirikan pemerintah (menekankan aspek teoritis dan formal) adalah dengan mencoba menjawab pertanyaan "apa negara ini menurut Islam?". Kedua, untuk melakukan idealisasi dari perspektif Islam pada proses pelaksanaan negara atau pemerintah (menekankan aspek praktis dan substansial) adalah dengan mencoba menjawab pertanyaan "bagaimana isi negara menurut paradigma Islam? Jika pendekatan pertama didasarkan pada asumsi, itu berarti bahwa Islam memiliki konsep tertentu negara dan pemerintahan. Pendekatan kedua didasarkan pada asumsi, itu berarti bahwa Islam tidak membawa konsep tertentu dari bentuk sebuah negara atau pemerintahan, tetapi hanya membawa prinsip-prinsip dasar dalam bentuk nilai-nilai etika dan moral. Penjelasan di atas mendorong para sarjana untuk terus mengkaji sistem politik Islam yang bisa mengatur kehidupan masyarakat dan negara sesuai dengan prinsip-prinsip mengandung dalam ajaran Alquran -justice, konsultasi, persamaan - tradisi (Sunnah), konsensus dan analogi. Karena dengan alam, manusia adalah zoon politicon.Kata Kunci: kekuasaan, politik Islam
MUHAMMAD RASYID RIDHA ANTARA MODERNISME DAN TRADISIONALISME Harahap, Sumper Mulia
FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Vol 8, No 2 (2014)
Publisher : IAIN Padangsidimpuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.1 KB) | DOI: 10.24952/fitrah.v8i2.351

Abstract

AbstractModernism in Western society presupposes mind, flow, movement and efforts to revamp understanding, customs, and so long institutions to suit the new environment brought by advances in science and modern technology. This idea emerges in the Western with the aim of adjusting the teachings found in Catholicism and Protestantism with modern science. The flow of ideas and eventually lead to the emergence of secularism in Western societies. Islamic modernists are as people who commit a conscious effort to formulate the values and principles of Islam (Islamic values) in accordance with modern thinking or integrate the ideas and institutions into modern Islam. It is regarded as an attempt to make Islam flexible and people can play a role in the current flowing modernity tightly. This effort is to create latitude for Muslims and can get out of a claim, stagnant, not grounded and conservative.Meanwhile, Islamic traditionalism, sometimes called traditional Islam, is covering a broad sense. Traditional Islam is believed to be authentic. It contains the sanctity of tradition, eternity, truth is certain; perennial wisdom, and also the application of sustainable principles of eternal on diverse conditions of space and time. A traditionalist can be defined as a person who has committed the sharia is the source of all religious teachings and morality. Rashid Rida (1865-1935) is known as a traditionalist thinkers because of his ideas and his desire to establish a caliphate institutions. It lived during the Islamic world is facing the rise of Western imperialism and colonialism while traditional Islamic political order is disintegrating. After the defeat of the Ottoman dynasty in World War I and the advent of Kemalism in Turkey, the Turkish Grand National Assembly decided in 1924 to dissolve the caliphate. These events led to a crisis of identity and give political meaning for Muslims, and encourage the rise of Islamic movements such as the movement Salafiah and the Caliphate. Keywords: Muhammad Rashid Rida, Modernism, Traditionalism AbstrakModernisme dalam masyarakat Barat mengasumsikan pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah pemahaman, kebiasaan, dan lembaga begitu lama untuk menyesuaikan dengan lingkungan baru yang dibawa oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Ide ini muncul di Barat dengan tujuan menyesuaikan ajaran ditemukan di Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan modern. Aliran ide dan akhirnya menyebabkan munculnya sekularisme dalam masyarakat Barat.Modernis Islam adalah sebagai orang yang melakukan upaya sadar untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam (nilai-nilai Islam) sesuai dengan pemikiran modern atau mengintegrasikan ide-ide dan institusi dalam Islam modern. Hal ini dianggap sebagai upaya untuk membuat Islam fleksibel dan orang dapat berperan dalam arus yang mengalir modernitas erat. Upaya ini adalah untuk menciptakan lintang bagi umat Islam dan bisa keluar dari klaim, stagnan, tidak beralasan dan konservatif.Sementara itu, tradisionalisme Islam, kadang-kadang disebut Islam tradisional, meliputi arti luas. Islam tradisional diyakini otentik. Ini berisi kesucian tradisi, keabadian, kebenaran yang pasti; kebijaksanaan abadi, dan juga penerapan prinsip-prinsip berkelanjutan abadi pada kondisi yang beragam ruang dan waktu. Sebuah tradisionalis dapat didefinisikan sebagai orang yang telah melakukan syariah adalah sumber dari semua ajaran agama dan moralitas.Rasyid Ridha (1865-1935) dikenal sebagai pemikir tradisionalis karena ide-idenya dan keinginannya untuk mendirikan sebuah lembaga kekhalifahan. Ini hidup pada dunia Islam menghadapi munculnya imperialisme Barat dan kolonialisme sementara pesanan politik Islam tradisional hancur. Setelah kekalahan dari dinasti Ottoman dalam Perang Dunia I dan munculnya Kemalisme di Turki, Turki Grand Majelis Nasional memutuskan pada tahun 1924 untuk membubarkan kekhalifahan. Peristiwa ini menyebabkan krisis identitas dan memberikan makna politik bagi umat Islam, dan mendorong munculnya gerakan-gerakan Islam seperti gerakan Salafi dan Khilafah. Kata Kunci : Muhammad Rasyid Ridha, Moderenisme, Tradisonalisme