p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal POROS TEKNIK INTEKNA
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Unjuk Kerja Thermosyphon Dengan Variasi Fluida Kerja Fachrudin, Arif Rochman
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 18 No 2 (2018): Vol 18 No 2 (2018): Jurnal INTEKNA, Volume 18, No. 2, Nov 2018: 67-131
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Thermosyphon merupakan alat penukar panas yang berupa pipa yang terdiri dari 3 bagian utama yaitu : evaporator (bagian bawah tabung), adiabatik dan kondensor (bagian atas tabung). Bagian evaporator merupakan bagian yang menerima panas dan menyerapnya untuk dibawa kebagian kondensor, yaitu bagian yang melepas panas ke lingkungan. Bagian adiabatik terletak diantara evaporator dan kondensor sebagai bagian yang memisahkan bagian evaporator dan kondensor yang terisolasi bagian luar sehingga tidak ada pertukaran temperatur dengan lingkungan. Fluida kerja diisikan kedalam thermoshypon yang berfungsi untuk membawa panas dari evaporator ke kondensor. Panas dari lingkungan diserap evaporator dan bergerak keatas tabung karena adanya perbedaan densitas antara uap dan liquid hingga kesisi kondensasi (kondensor) dan panas dilepaskan. Pada sisi kondensasi uap terkondensasi menjadi liquid dan bergerak kebawah kembali ke evaporator karena gaya gravitasi. Dalam penelitian ini, thermosyphon dibuat dari tembaga dengan diameter 9,52 mm dan panjang 400 mm dengan panjang kondensor 144 mm. Daerah evaporator sebagai sisi yang dikenai sumber panas, bagian adiabatik diisolasi sehingga tidak ada pertukaran panas dengan lingkungan dan daerah kondensor dipasang heat sink yang bertujuan untuk membuang panas dari thermosyphon ke lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasi fluida kerja, yaitu air, aseton, metanol dan ethanol. Data yang diperlukan adalah temperatur pada evaporator (Te), temperatur bagian kondensor (Tk1, Tk2,Tk3) dan temperatur udara (Tu). Thermosyphon diberi temperatur 40°C, 60 °C, 80°C, 100°C dan 120 °C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tahanan thermal paling kecil pada jenis fluida aseton untuk semua temperatur. Pada fluida aseton, semakin tinggi temperatur, maka semakin besar fluks kalor dan daya output. Proses pada eksperimen ini daya output terbesar dan kapasitas terbesar terjadi pada fluida Aseton temperatur 120° C yaitu 24,5 W. Fluks kalor juga tertinggi pada fluida aseton pada temperatur 120° C yaitu 22W/cm2
PENGARUH PANJANG KONDENSOR TERHADAP KINERJA TERMAL HEAT PIPE Fachrudin, Arif Rochman
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 20 No 01 (2020): Jurnal INTEKNA, Volume 20, No. 1, Mei 2020: 01-52
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/intekna.v20i01.815

Abstract

Heat pipe merupakan salah satu alat penukar kalor yang memungkinkan pemindahan sejumlah kalor melalui luas permukaan yang sangat kecil. Heat Pipe mempunyai peran penting dalam sistem pendinginan salah satunya dalam komponen elektronika. Dengan sistem pendinginan maka temperatur komponen akan terjaga sehingga terhindar dari kerusakan kerusakan yang diakibatkan dari panas yang berlebih (over heating). Heat pipe terdiri dari tiga bagian, yaitu evaporator, adiabatis dan kondensor. Kedalam pipa itu diberi fluida kerja yang berfungsi membawa panas dari evaporator dan melepaskannya di kondensor. Di bagian Evaporator, panas dari komponen yang didinginkan diserap dan dipindahkan ke ujung yang lain yaitu bagian Kondensor untuk dilepas panasnya dilingkungan. Heat pipe mempunyai prinsip yang hampir sama dengan thermosyphon, perbedaannya adalah di heat pipe menggunakan dinding wick. Kegiatan penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana kinerja termal dari heat pipe sebagai penukar kalor dengan variasi panjang kondensor. Heat Pipe didesain dengan variasi panjang kondensor sebesar 44 cm ,66 cm,88 cm,110 cm dan 132 cm.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Tahanan thermal tertinggi pada panjang kondensor terpendek pada tempeatur 400C (14 C/W) dan terendah pada panjang kondensor terpanjang pada temperatur 1200 C(1 C/W). Pada semua temperatur, semua variasi panjang kondensor maka daya output dan fluks kalor akan semakin besar. Pada panjang kondensor ukuran yang sama dengan evaporator, semakin tinggi temperatur, maka semakin besar fluks kalor dan daya output. Proses pada eksperimen ini paling efektif pada panjang kondensor 1,25 kali (132 cm) dari panjang panjang evaporator, karena setelahnya nilai tahanan termal dan daya output akan mengalami kecernderungan tetap.
Analisis Performa Turbin Angin Darrieus-H Naca 3412 Dengan Variasi Kecepatan Angin Dan Panjang Chord Fachrudin, Arif Rochman; Astuti, Fina Andika Frida
POROS TEKNIK Vol. 13 No. 2 (2021)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/porosteknik.v13i2.1157

Abstract

Energi listrik di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, namun kapasitas terpasangnya masih kecil karena belum tergarap dengan baik. Salah satu sumber energi terbarukan adalah energi angin yang dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin dan pembangkit listrik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh panjang chord dan kecepatan angin terhadap daya turbin yang dibangkitkan oleh turbin Angin Sumbu Vertikal Darrieus-H Naca 3412. Variasi kecepatan angin yang digunakan adalah 3.4 m / s; 3,6 m / dtk; 4,0 m / dtk; 4,4 m / s dan 4,6 m / s dan variasi panjang chord 100 mm, 130 mm, 150 mm, 170 mm dan 200 mm. Hasil dari penelitian ini adalah semakin panjang chord maka daya turbin semakin besar dan semakin besar kecepatan angin maka daya turbin yang dihasilkan akan semakin besar. Daya turbin terbesar terjadi pada panjang chord terbesar yaitu 200 mm dan pada kecepatan angin terbesar 4,5 m/s yaitu 37,559 Watt.