Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

GEGURITAN NALADAMAYANTI ANALISIS PENOKOHAN I Wayan Sugita
Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu Vol 4 No 1 (2017): Volume 4, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.187 KB) | DOI: 10.25078/gw.v4i1.1541

Abstract

Tokoh utama (protagonis) diduduki oleh Raja Nala, sedangkan tokoh antagonis diperankan oleh Dewi Damayanti. Penokohan Raja Nala mengalami perubahan atau dilukiskan secara dinamis, secara fisik, semula tampan, kemudian berubah menjadi cacat, kurus, dan kotor, akhirnya kembali tampan sesuai dengan rangkaian peristiwa yang dialaminya. Raja Nala secara psikologis diceritakan berwatak jujur, adil, bijaksana, dan setia. Perilaku Raja Nala didorong oleh faktor kekuasaan dan seks, yakni ia berusaha merebut kembali cinta kasihnya dengan Dewi Damayanti yang telah ditinggalkannya di tengah hutan. Beliau mengalami kesedihan dan kesengsaraan karena tidak mampu mengendalikan pikirannya dan mengingkari kesetiaannya kepada Dewi Damayanti. Pernikahan dengan Raja Nala merupakan pertemuan jodoh yang serasi, harmonis, dan sangat setia. Kesetiaan Dewi Damayanti diuji oleh Catur Dewata.
PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER I Wayan Sugita
Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu Vol 5 No 2 (2018): Volume 5, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1083.86 KB) | DOI: 10.25078/gw.v5i2.1634

Abstract

The current Indonesian national education still faces various problems. The education achievement is still below the expected target. The teaching and learning process at school has not been able to shape the graduates as whole persons who reflect the character and the culture of the nation. The education process still emphasizes andfocuses its outcome on the cognitive aspects. Meanwhile, the affective aspects of the learners which will become the strong basis to live in the community have not been developed optimally. Therefore, education on character and the culture of the nation must be developed at school. The school as the center of change must make serious efforts to provide education based on the character and the culture of the nation. The character and culture of the nation developed at school must be adjusted to the local, regional, and national character and culture. Hence, education on the character and culture of the nation should be developed based on the local wisdom.
WACANA KESENIAN GENJEK I Wayan Sugita
Kalangwan Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Vol. 8 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.938 KB) | DOI: 10.25078/kalangwan.v8i1.1583

Abstract

Kesenian genjek ini tergolong jenis kesenian tradisional Bali yang memadukan antara seni suara dengan seni musik tradisional Bali yang dapat digolongkan sebagai etnomusikologi. Genjek sebagai salah satu kesenian tradisional yang memadukan antara kesenian musik tradisional dengan seni suara ini juga mempunyai ekspresi, nilai, dan pesan yang ingin disampaikan lewat syairsyair lagu yang dinyanyikan itu. Nilai dan pesan itu dapat berupa kritik sosial, percintaan, nasihat, dan bahkan mungkin ada yang bersifat religius. Dalam tulisan ini dicoba untuk mengkaji bentuk, fungsi, dan makna pada wacana kesenian genjek dengan menggunakan teori ethnography speaking oleh Dell Hymes (1972). Adapun sumber data tulisan ini adalah data lisan yang telah direkam dalam bentuk kaset rekaman dan telah banyak diperjualbelikan di toko-toko kaset. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa bentuk wacana kesenian genjek di Bali ini berupa syair lagu yang dikemas dengan menggunakan bahasa Bali. Pemilihan bentuk bahasanyadisesuikan denganpesannilaiyangingindisampaikan.Fungsiwacanakeseniangenjek ini selain sebagai hiburan, juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan terhadap gejala kemasyarakatan yang sedang berkembang. Makna wacana kesenian genjek ini adalah untuk memperoleh kesadaran warga masyarakat dan dapat melakukan introspeksi diri dalam berperilaku sosial.