Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

TRANSFORMASI SOSIAL DAN PERILAKU REPRODUKSI REMAJA Alit Laksmiwati, Ida Ayu
Jurnal Studi Jender SRIKANDI Vol. 3, No. 1 Januari 2003
Publisher : Jurnal Studi Jender SRIKANDI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.258 KB)

Abstract

Perkembangan perilaku reproduksi atau perilaku seks remaja dalam suatu masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor sosial. Masuknya kebudayaan yang merubah tata nilai, antara lain disebabkan oleh komunikasi global dan perubahan/inovasi teknologi. Sebaliknya faktor kreativitas internal yang berbentuk perubahan intelektual merupakan faktor penting dalam menentukan perkembangan perilaku reproduksi. Setiap bentuk perilaku memiliki makna tertentu yang ditujukan untuk kebutuhan tertentu. Remaja dapat memiliki variasi perilaku yang ditujukan untuk tujuan hidup yang beragam.Perilaku reproduksi terwujud dalam hubungan sosial antara pria dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita tersebut dalam waktu yang lama menyebabkan munculnya norma-norma dan nilai-nilai yang akan menentukan bagaimana perilaku reproduksi disosialisasikan. Berbagai bentuk perilaku yang diwujudkan lazimnya sejalan dengan norma-norma yang berlaku. Ada perilaku yang diharapkan dan sebaliknya ada perilaku yang tidak diharapkan dalam hubungan sosial masyarakat; begitu pula hubungan antara pria dan wanita dalam perilaku reproduksi. Perilaku reproduksi dalam hal ini adalah mengacu kepada perilaku seks pranikah di kalangan remaja. Perilaku seks remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor.Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja terdiri dari faktor di luar individu dan faktor di dalam individu. Faktor di luar individu adalah faktor lingkungan di mana remaja tersebut berada; baik itu di lingkungan keluarga, kelompok sebaya ( peer group ), banjar dan desa. Sedang faktor di dalam individu yang cukup menonjol adalah sikap permisif dari individu yang bersangkutan. Sementara sikap permisif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam suatu kelompok yang tidak permisif terhadap perilaku reproduksi sebelum menikah akan menekan anggotanya yang bersifat permisif. Dengan demikian kontrol sosial akan mempengaruhi sikap pemisif terhadap kelompok tersebut.
PARTISIPASI LEMBAGA DESA ADAT DALAM PENANGANAN PENDUDUK PENDATANG DI KELURAHAN SUMERTA, DENPASAR Ida Ayu Alit Laksmiwati
PIRAMIDA Vol. 2, No. 2 Desember 2006
Publisher : Puslit Kependudukan dan Pengembangan SDM Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.069 KB)

Abstract

Abstract The growth of Balinese population is increasing. In 1980 ? 1990 period the population growth is 1,18 % a year. It is moving up to 1,26 % in 1990 ? 2000 period. During 1990 ? 2000, from the nine regencies/city in Bali, the population growth of Denpasar City is higher than other regencies even higher than population growth of Bali, with is constitutes 3,20 %. The influence factors of population growth is consist of natural increase ( includes the number of birth and death ) and social increase with migration. The Denpasar population growth is not depending on natural increase component ( The government of Denpasar City, 2001) The registration data of migrant in Denpasar influence positively to the population growth. It means the number of in migrant is higher than the number of out migrant. In 1999 the number of net migrant in Denpasar is 5,448, 6,253 in 2000, and about 19,589 in 2001. The increase of migrant from 2000 to 2001 are about three times more. During this period the institution which has an authority to do the population registration at Denpasar City is the official staff of district (desa/kelurahan). However since several years, the participation of the traditional institution (banjar/desapakraman) has been involved with the establishment of some rules of Denpasar City, that is The Denpasar Regency?s Rule No : 5 year of 2000, and The Denpasar Regency?s Rule No : 14 year of 2002. Before the establishment of its, the participation of traditional institution at Sumerta area in handling migrant has been done. But the authority which is possessed only in the level of controlling. After the establishment of the regency?s rules, the authority of traditional institution spread wider. The authority of traditional institutional staffs are doing controlling, coordinating, and giving information to the migrant. Next, traditional institutional staffs have an authority to give recommendation to the migrant, even though they can register as inhabitants in this area.
STUDI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAS BADUNG A.R. As-syakur; I.W. Suarna; I.W. Sandi Adnyana; I.W. Rusna; I.A. Alit Laksmiwati; I.W. Diara
Bumi Lestari Journal of Environment Vol 10 No 2 (2010)
Publisher : Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Land use change in a watershed could affect the ecological system, hydrological system and water quality, meanwhile land use change study is needed to conduct especially in Badung watershed. The purpose of this research is to calculate land use changes from 1992 to 2008 and predicted hectarege of land use in 2015 and 2020. Methods of this research are comparing the four land use maps obtained from Bakosurtanal (1992 and 2000), Interpretation of Landsat ETM+ image (2003), and interpretation of ALOS/AVNIR-2 image (2008). On-screen method is used to ALOS/AVNIR-2 image data interpretation. The equation obtained from logarithmic regression is used to predict the land use area. The results of this research showed that the land use in Badung Watershed region has changes from 1992 to 2008. Settlement land use has the largest changes, where the area is increase. The speed of land use change of settlement reached 46,45 ha per year, while the ricefield land use reached 38,91 ha per year. Predicted settlement area in 2015 and 2020 is 2056,83 ha and 2108,83 ha, while the ricefield is 1386,79 ha and 1343,66 ha.
DAMPAK PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN DAN BUDAYA SUBAK : STUDI KASUS DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI I Nyoman Wardi; I.A Alit Laksmiwati; I Gusti Alit Gunadi; Abd Rahman As-syakur
Bumi Lestari Journal of Environment Vol 14 No 2 (2014)
Publisher : Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research aims to reveal the trens population growth over the 10 years (2002-2012) inTabanan Regency, as well as their impact on the land conversion of subak as well as otherchanges in environmental and cultural aspects of subak. Research conducted through thestages of data collection and data analysis. The technique of data collection was done bythe library research, observation, and structured interviews with questionnaires and indepthinterviews (depth interview).The data collected was analyzed by descriptivequalitativeand quantitative analysis with the help of cross-tables and analysis of satelliteimagery.Resultsof the study showed, the number of inhabitants of TabananRegency in 2012 reached441.900people, consisting of 220. 002-sex guy men and 221.898 women. The livelihoods ofinhabitants,mostly working in the agricultural sector (110.449people) and plantations(45,326people). Based on analysis conducted, it was revealed that within the last 10 years(2002-2012)population growthreached26,10% or = 2.61% per year.The highest growthoccurredin the district of Kediri 5,76%, then followed by district of  Baturiti 5.13%, Marga4.05%,and district of  Tabanan,3,69%. The lowest population growthoccurredin districtPenebel0.34%, then followed by the district of Kerambitan 0,56% and district of EastSelemadeg0.82%. The population growth seems to be more of a factor caused by migration(peoplecoming) 62,24% (1294 inhabitants) (from the difference in population that comes3293with people out 1999 inhabitants), if compared with population growth naturallyonlyachieve 37,76% (785 inhabitants).Thepopulation growth indirectly affects the occurrence of changes in the environment andcultureof subak. In the past 10 years occurred the shrinking land subak (fields) 672,89 ha,or2.95% of the total area of paddy fields in 2002 (22.842 fare ha). Other environmentaleffects,i.e. reduced water supply and the breakdown in some irrigation farmers, pollutionandthe impact of irrigation channel blockage by garbage plastic and aesthetic degradationofthe environment. Socio-cultural impact of subak, which tendency to the occurrence ofsocialconflict, disruption in the silent  ritual of rice fields (penyepian carik) and theabandonment of cultural heritage (pura subak) due to the occurrence of function fields intohousing and tourism facilities.The protection needs to be done to the environment and subak culture through the populationgrowth control with government policy, the formulation of customary law of subak (awigawig),and improve the welfare of farmers through the development of ecotourism that basedonsubak ecosystem.
Mata Air sebagai Kawasan Suci (Sebuah Kearifan Lokal dalam Pelestarian Sumber Daya Alam) Ida Ayu Alit Laksmiwati
Bumi Lestari Journal of Environment Vol 4 No 1
Publisher : Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kearifan lokal merupakan kebijakan manusia dan komunitas dengan bersandar padafilosofi, nilai-nilai, etika, cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional untukmengelola sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber dayabudaya secaraberkelanjutan. Salah satu kearifan lokal dalam masyarakat Bali adalah adanya persepsitentang kawasan-kawasan suci. Dalam masyarakat Bali terdapat berbagai perangkatkepercayaan tradisional yang merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem kepercayaanAgama Hindu yang terbukti memberikan nilai positif bagi kelestarian dan pelestarianlingkungan.Berdasarkan pandangan Hindu sumber-sumber air atau tempat yang banyak menampungair dianggap sebagai salah satu tempat suci. Air yang murni (suci) baik dari kelembutan (mataair), danau, campuhan (pertemuan dua buah sungai atau anak sungai) loloan (pertemuansungai dengan laut) mempunyai kekuatan yang menyucikan.Air merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan Hindu. Untukmembuat tirta, air biasanya diambil dari mata air tertentu. Pada saat-saat tertentu (misalnyaHari Raya Nyepi) masyarakat Hindu melakukan upacara melasti ke sumber-sumber air,seperti danau, campuhan, atau ke laut.Air sungai atau mata air dalam fungsinya sebagai tirta, dalam prosesi upacara dipakaiuntuk memerciki bagian kepala, tubuh, dan kemudian diminum. Karena itu, air sungai ataumata air harus tetap bersih dan tidak tercemar. Karena fungsinya tersebut masyarakat selaluberusaha untuk menjaga agar kondisi atau kualitas air tetap terjaga. Jadi secara sadar atau puntidak mereka telah melakukan penjagaan dan konservasi terhadap lingkungan mata air.Bagi krama subak air sangat bermakna dalam kehidupan mereka . Secara teknis airmerupakan sumber daya yang sangat penting bagi mereka agar dapat melaksanakan aktivitaskehidupan bertani. Secara religius mata air diyakini sebagai sumber kesejahteraan mereka.Hal ini dapat dilihat melalui aktivitas-aktivitas keagamaan yang dilakukan petani selaluberorientasi pada pura-pura yang terletak pada sumber-sumber air utama, yaitu Pura UlunSuwi dan Pura Ulun Danu.
HUBUNGAN KEPADATAN KENDARAAN DENGAN GAS KARBON MONOKSIDA UDARA AMBIEN DAN KARBOKSIHEMOGLOBIN JURU PARKIR DI JALAN GAJAH MADA DENPASAR I M BULDA MAHAYANA; I W BUDIARSA SUYASA; I D A ALIT LAKSMIWATI
ECOTROPHIC : Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science) Vol 4 No 1
Publisher : Master Program of Environmental Science, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.477 KB)

Abstract

Gajah Mada street is the main road in Denpasar to access traditional market in Badung and Kumbasari Market. It iscrowded street with many vehicles pass through it. As a result, this could increase the level of emission gas such asambient monoxide carbon gas which could affect the concentration of carboxyhemoglobin, exposure time and subjectivecomplaints of sample.his was a cross sectional study of 12 parking man. Data was mainly collected from measurements including thedensity of vehicles, vehicles type, oil fuel type, vehicle age, ambient monoxide carbon gas, carboxyhaemoglobin,exposure time and subjective complaints of sample.The study found that the average of vehicle density mean per day was 91.338 unit or 3.805,8 unit per hour (veryhigh). The biggest type of vehicle percentage was motorbike 81%, followed by vehicles using premium fuel 93,7%. Theage of vehicles below 10 years was 55%. The mean of monoxide carbon gases concentration was 585,96 ?g/m³ per day(mean). The mean of weather situation including humidity was 82,7%, temperature 27,6ºC, eastward wind direction, faircloudy an wind speed about 1,76 m/second. The average of carboxyhaemoglobin concentration in 12 parking man was3.8% (very low). The mean of exposure time was 125 minutes. It was noted that there were 9 samples (75%) withcomplaints and 3 samples (25%) without any complaints.The study concluded that the highest numbers or vehicle density it is very high categories. Monoxide carbon gasconcentration it is mean categories and was under threshold limit value. The highest numbers or vehicle density and Monoxide carbon gas concentration between 14.00-16.00 pm and. There was a significant correlation between vehicledensity and ambient monoxide carbon gas. The measurement of carboxyhaemoglobin concentration it is very lowcategories. It also found that the exposure time correlated with the level carboxyhaemoglobin of parking mansignificantly.It is suggested that the Government of Denpasar City should implement free parking area particularly in crowdedtraffic time, develop city garden and propose the community to use low fuel emission for vehicles.
Pengaruh Budaya Pop Korea terhadap Gaya Hidup Remaja di Kota Denpasar, Bali Ni Made Febriana Sara Dwiyanti; Ida Bagus Gde Pujaastawa; Ida Ayu Alit Laksmiwati
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 2 No. 2: Februari 2023
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Fenomena menyebarnya budaya pop Korea dikenal dengan istilah Korean Wave atau Hallyu. Berbagai macam produk budaya pop Korea, mulai dari drama hingga musik pop Korea (K-Pop) digemari oleh masayarakat di seluruh dunia, dan tak terkecuali para remaja di Kota Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui faktor yang memengaruhi remaja di Kota Denpasar dalam mengonsumsi budaya pop Korea, 2) menjelaskan gaya hidup remaja di Kota Denpasar sebagai penggemar budaya pop Korea. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif interpretatif dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa mobilitas spasial antarnegara, teknologi multimedia, investasi perusahaan asing, dan ideologi konsumerisme menjadi faktor-faktor yang memengaruhi remaja di Kota Denpasar dalam mengonsumsi budaya pop Korea. Selain itu juga menunjukan adanya beberapa aktivitas yang berkaitan dengan fansgirling sebagai gaya hidup para remaja penggemar budaya pop Korea di Kota Denpasar.
Fungsi dan Makna Tradisi Dai pada Masyarakat Ndora Elisabeth Kolo; Anak Agung Ngurah Anom Kumbara; Ida Ayu Alit Laksmiwati
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 2 No. 2: Februari 2023
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Subetnik Ndora seringkali diperhadapkan masalah ekologi seperti iklim kering dan letak geografis desa yang berada kaki Gunung Manungae (habitat babi hutan), menjadi salah satu ancaman terjadinya gagal panen. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi dai dan memahami fungsi serta makna tradisi dai pada masyarakat Subetnik Ndora. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, melalui cara observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil temuan penelitian ini berupa proses pelaksanaan tradisi dai yang dikelompokkan ke dalam tiga tahapan yaitu tahapan persiapan, tahapan dai, dan tahapan penyelesaian. Temuan lain dari penelitian ini juga berupa fungsi dan makna yang terkandung dalam tradisi dai. Fungsi yang dimaksudkan berupa tradisi dai sebagai pengendalian hama (fungsi manifest), serta fungsi-fungsi lain yang mengikuti fungsi tersebut (fungsi laten) yaitu fungsi ekologi, fungsi ekonomi, fungsi identitas sosial, dan fungsi gender. Pelaksanaan tradisi dai memberikan dampak positif dalam menciptakan solidaritas sosial yang tercermin melalui keterlibatan masyarakat dalam rangkaian tahapan pelaksanaannya, mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkeadilan baik itu terhadap sesama maupun terhadap lingkungan, serta memberikan dampak bagi keseimbangan ekosistem dan pelestarian dalam konteks lingkungan maupun upacara budaya yang memiliki nilai kearifan lokal.
Karakteristik Adopter Media Pemasaran Berbasis Internet di Kalangan Pelaku Usaha Mikro di Kota Denpasar Dimas Fadhilah Akbar; Ida Bagus Gde Pujaastawa; Ida Ayu Alit Laksmiwati
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 2 No. 2: Februari 2023
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan sistem teknologi dalam kebudayaan masyarakat Indonesia telah mengalami perubahan dan kemajuan yang cukup signifikan. Dalam bidang ekonomi misalnya dewasa ini telah dikenal media pemasaran berbasis internet, baik melalui marketplace maupun media sosial. Penelitian ini membahas mengenai karakteristik kelompok adopter media pemasaran berbasis internet di kalangan pelaku usaha mikro di Kota Denpasar yang dianalisis dengan menggunakan teori kategorisasi adopter dalam inovasi. Penelitian ini ditulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian etnografi dan netnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara dan studi kepustakaan. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dengan model etnografi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Kelompok innovator, early adopter dan early majority memiliki kemiripan dalam aspek pendidikan dan generasi, yaitu cenderung memiliki pengetahuan mengenai perkembangan internet dan termasuk dalam kelompok umur digital native, sehingga ketiga kelompok tersebut cenderung cepat dalam mengadopsi inovasi pemasaran berbasis internet. Kelompok late majority dan laggard cenderung terlambat dalam mengadopsi media pemasaran berbasis internet dikarenakan kelompok tersebut didominasi oleh generasi digital immigrant yang kurang memiliki pengetahuan mengenai internet dan cenderung menentukan keputusan inovasi berdasarkan tekanan dari pihak lain.
Karakteristik Adopter Media Pemasaran Berbasis Internet di Kalangan Pelaku Usaha Mikro di Kota Denpasar Dimas Fadhilah Akbar; Ida Bagus Gde Pujaastawa; Ida Ayu Alit Laksmiwati
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 2 No. 2: Februari 2023
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v2i2.1350

Abstract

Perkembangan sistem teknologi dalam kebudayaan masyarakat Indonesia telah mengalami perubahan dan kemajuan yang cukup signifikan. Dalam bidang ekonomi misalnya dewasa ini telah dikenal media pemasaran berbasis internet, baik melalui marketplace maupun media sosial. Penelitian ini membahas mengenai karakteristik kelompok adopter media pemasaran berbasis internet di kalangan pelaku usaha mikro di Kota Denpasar yang dianalisis dengan menggunakan teori kategorisasi adopter dalam inovasi. Penelitian ini ditulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian etnografi dan netnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara dan studi kepustakaan. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dengan model etnografi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Kelompok innovator, early adopter dan early majority memiliki kemiripan dalam aspek pendidikan dan generasi, yaitu cenderung memiliki pengetahuan mengenai perkembangan internet dan termasuk dalam kelompok umur digital native, sehingga ketiga kelompok tersebut cenderung cepat dalam mengadopsi inovasi pemasaran berbasis internet. Kelompok late majority dan laggard cenderung terlambat dalam mengadopsi media pemasaran berbasis internet dikarenakan kelompok tersebut didominasi oleh generasi digital immigrant yang kurang memiliki pengetahuan mengenai internet dan cenderung menentukan keputusan inovasi berdasarkan tekanan dari pihak lain.