Tanaman brokoli (Brassica oleracea L. var. italica) dikenal oleh masyarakat karena banyak manfaat untuk kesehatan. Akan tetapi produksi nasional brokoli menurun akibat semakin sempitnya luas lahan di dataran tinggi. Upaya yang harus dilakukan yaitu dengan pengembangan usahatani di lahan kering, akan tetapi adanya beberapa kendala seperti suhu yang tinggi dan ketersediaan air rendah, maka dilakukan rekayasa lingkungan mikro melalui sistem tumpangsari untuk mendapatkan hasil tanaman brokoli yang optimal. Penelitian dilaksanakan di Agro Techno Park Universitas Brawijaya Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang pada bulan Januari-Mei 2020. Metode penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 3 ulangan. Jarak tanam ditempatkan sebagai petak utama terdiri dari 3 taraf yaitu J1: 75 cm x 25 cm, J2: 60 cm x 25 cm dan J3: 45 cm x 25 cm. Sedangkan waktu tanam tanaman jagung ditempatkan sebagai anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu T-7: 7 hari sebelum penanaman tanaman brokoli, T0: bersamaan dengan waktu tanam tanaman brokoli dan T+7: 7 hari setelah penanaman tanaman brokoli. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F). Apabila terdapat pengaruh diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jarak tanam 60 cm x 25 cm dengan waktu penanaman tanaman jagung 7 hari setelah tanaman brokoli (T+7) diperoleh bobot konsumsi brokoli tertinggi dibandingkan dengan waktu penanaman yang lain, yaitu sebesar 6,67 ton ha-1. Nisbah Kesetaraan Lahan menunjukkan tumpangsari antara tanaman jagung dengan tanaman brokoli pada semua jarak tanam lebih efisien dibandingkan dengan monokultur.