Priatna Kesumah
Politeknik Pajajaran ICB Bandung, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DAMPAK PERUBAHAN KOMUNIKASI INTERNAL DI INDUSTRI PERHOTELAN DI KOTA BANDUNG SELAMA MASA PANDEMI Era Purike; Priatna Kesumah
Cross-border Vol. 5 No. 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The hospitality industry is one of the industries that has been hit hard during the pandemic. According to the chairman of the Indonesian Hotel and Restaurant Association (PHRI) during the pandemic, 62 hotels were sold in Bandung. Due to the decline in hotel occupancy rates during the pandemic due to large-scale restrictions. The hotel industry that survives is also required to implement strict health protocols which have an impact on reducing face-to-face interactions between hotel employees. The research was conducted through a limited survey. Researchers also observe and interview in which respondents answered questions that had been prepared by the researcher. The results showed that the majority of respondents answered that information system changes made by minimizing physical or face-to-face contact had caused misunderstandings in carrying out agreed tasks in online forums such as WhatsApp and other online communication features such as Zoom and Google Meet. The impacts that respondents complain about are communicators who misplace themselves in situations faced by other people, multiple interpretations messages, misunderstood messages, individuals less respect and not ready to listen to work-related complaints. It causes mistakes made by workers in the hotel industry which have an impact on the services provided to customers.
Wisata Heritage Dan Kalangan Milenial Muda Di Kota Bandung Era Purike; Nur Azizah; Kunto Ajibroto; Priatna Kesumah; Nana Sujana
TUTURAN: Jurnal Ilmu Komunikasi, Sosial dan Humaniora Vol. 1 No. 1 (2023): Februari: TUTURAN
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1355.311 KB)

Abstract

Sebanyak 54,8% wisatawan domestik berasal dari kelompok usia 15-34 tahun. Salah satu kota wisata yang diminati oleh 33% kalangan milenial muda yang berusia 15-28 tahun adalah Kota Bandung. Bandung yang dikenal sebagai Paris van Java yang menjadi pusat mode memberikan magnet tersendiri bagi generasi milenial. Selain menjadi pusat mode, Bandung juga memiliki banyak nilai sejarah yang menarik untuk diulas. Untuk mengetahui pemahaman generasi milenial terhadap wisata sejarah yang ada di Indonesia, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Hal ini dimaksudkan agar responden lebih bebas mengungkapkan pengetahuan, pengalaman dan pemikiran mereka terhadap wisata sejarah yang ada di Kota Bandung. Sebesar 87,5% generasi milenial menyatakan bahwa wisata heritage di Kota Bandung merupakan wisata yang menarik. Sebesar 93,8% kalangan milenial memahami arti penting dari wisata heritage. Mereka tertarik untuk menjelajahi cerita di balik monumen, bangunan, dan situs yang mereka kunjungi, dan ingin terlibat dengan komunitas lokal untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang hal tersebut.Hambatan pemasaran wisata heirtage adalah: (1) Kurangnya edukasi public (2) Atraksi seni dan budaya yang membosankan (3) Kurangnya tempat (spot) swafoto di lokasi wisata heritage (4) Komunikasi pemasaran yang tidak sesuai. Jika factor-faktor tersebut dapat diatasi dan disesuaikan dengan karakteristik kalangan milenial, maka wisata heritage dapat menjadi pasar yang sangat potensial memutar perekonomian.