This Author published in this journals
All Journal Al Muhafidz
Hafid Nur Muhammad
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al-Multazam Kuningan

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

MAKNA AL-QAMISH PADA KISAH NABI YUSUF DALAM AL-QURAN : (Kajian Tematik: Surat Yusuf) Ridho Adi Anggara; Salwa Haliza Asshiddiqii; Muh. Makhrus Ali Ridho; Hafid Nur Muhammad
Al Muhafidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2023): Available online since 24 Februari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al Multazam Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57163/almuhafidz.v3i1.66

Abstract

Usaha dan upaya dari Orientalis adalah menjauhkan Al-Qur’an dari Muslim, dengan menyebarkan isu-isu keraguan kebenaran Al-Qur’an. Mereka beranggapan bahwa Al-Qur’an merupakan hasil karya dari Nabi Muhammad bukan perkataan Allah SWT, didalamnya menceritakan banya kisah-kisah yang menyesatkan. Pemahaman tersebut bertolak belakang dengan beberapa kisah dalam Al-Qur’an jika dipelajari, dipahami secara benar. Dan kisah-kisah dalam Al-Qur’an bisa diambil hikmah dan pelajarannya. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji perbedaan makna qamish dalam surat Yusuf. Untuk itu medode deskriptif dan analitis akan digunakan untuk mendeskriptifkan makna qamish dari pengertiannya. Selanjutnya dengan menganalisa perbedaan dari masing-masing makna qamish pertama, kedua dan ketiga. Hasilnya bahwa qamish pertama adalah baju kebohongan, baju yang dibawa oleh saudara Yusuf yang dilumuri darah, bukanlah dari darah serigala, qamish kedua merupakan baju kesaksian, ketika Nabi Yusuf difitnah melakukan kemaksiatan, maka baju tersebut menjadi saksi karena robek dari bagian belakang yang menunjukan akan besarnya fitnah perempuan, dan qamish ketiga adalah baju kebahagiaan, baju tersebut dapat menyembuhkan mata Nabi Ya’qub dari kebutaan yang menjadikan baju ini sebagai buah akan kesabaran Ya’qub setelah musibah menimpanya.