Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT SANGIHE “BUKIDE BATU” DAN “GUMANSALANGI” DAN IMPLIKASINYA BAGI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH Yolkhya Lawendatu; Donal M Ratu; Wimsje R. Palar
KOMPETENSI Vol. 2 No. 12 (2022): KOMPETENSI: Jurnal Bahasa dan Seni
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah :1) Mendeskrispsikan nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat Sangihe “Bukide Batu” dan “Gumansalangi’ dan 2) mendeskripsikan Implikasi hasil penelitian bagi pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat Sangihe “Bukide Batu” dan “Gumansalangi”.Penelitian ini menggunakan teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan ceriat rakyat “Bukide Batu” terdapat nilai budaya berupa simbol, sikap, dan kepercayaan. Simbol tersebut menggambarkan kehormatan dan kekeramatan, yakni “Putri Sangiang” dan “Bukide Batu”. Simbol yang kedua “Bukide Batu” sebuah tempat di perbukitan yang adalah pusat kerajaan Tabukan. Bukide Batu menyimbolkan kejayaan kerajaan Tabukan. Bukit itu memiliki kekuatan gaib yang melindungi dan menangkal setiap serangan yang datang. Nilai budaya yang bertalian dengan sikap dalam cerita rakyat “Bukide Batu” adalah tanggung jawab dan keberanian. Sementara nilai buruk, yang bertentangan dengan norma budaya masyarakat adalah kelicikan dan tidak menghormati. 2. Nilai budaya dalam cerita Rakyat “Gumansalangi adalah simbol dan sikap. Simbol merujuk pada ayah “Pangeran Gumansalangi”. Ayah Pangeran Gumansalangi menyimbolkan ketegasan mendidik dan memerintah sebagai raja. Naga menyimbolkan teror ketakutan, karena hewan ini diyakini dapat menyemburkan api dari mulutnya yang dapat menghanguskan apa saja. Simbol lain yang ditampilkan dalam cerita rakyat “Gumansalangi” adalah sebuah tempat yang bernama “Salurang”. Salurang memiliki arti “pengagungan” karena di tempat ini Pangeran Gumansalangi dan Putri Konda disambut, dimuliakan, dan diagungkan, kemudia diganti namanya menjadi “Medelu” yang berarti “bagaikan Guntur” dan “Mekila” yang berarti “bagaikan kilat”. Nilai budaya mengenai sikap yang tercermin dari cerita rakyat ini tampak pada sifat tokoh cerita. Dalam cerita ini sikap tegas dan adil ditampakkan oleh Raja Mindanau dan keberanian yang tampak pada tokoh-tokoh cerita yang adalah anak dan cucu Pangeran Gumansalangi membangun kerajaan sekalipun mendapat banyak tantangan.