Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pemanfaatan ampas tebu dan kulit pisang dalam pembuatan kertas serat campuran Yosephine Allita; Victor Gala; Aning Ayu Citra; Ery Susiany Retnoningtyas
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 2 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.2.6

Abstract

The utilization of sugarcane baggase and banana peel for mixed-fiber-paper production Mixed fiber paper, also known as composite paper, is a paper made of two different fibers that aims to strengthen the paper. In this study, mixed fiber paper for packaging purposes was made by utilizing bagasse pulp and used newsprint pulp. As a binder, banana peel may be used since it contains starch and fiber. The objectives of this research were to study the effect of bagasse pulp composition and newsprint pulp, as well as to determine the mass amount of binder used in producing mixed fiber paper which has both tear resistance and tensile strength suitable for packaging paper. Mixed fiber paper was made by varying the ratio of bagasse pulp and newsprint pulp as follows: 0:100, 10:90, 30:70, 50:50, 70:30, 90:10, and 100:0. The study also carried out variation in binder concentration from banana skin flour of 15, 25, 35, 45, and 55 g/4 L. As results, mixed fiber papers produced in this study have met the requirement of Indonesia National Standard (SNI) of base paper for wrapping (SNI 14-6519-2001). Mixed fiber paper with composition of 30% bagasse pulp and 35 g/4 L banana peel binder concentration has tear resistance of 4,018 kN/m and tensile strength of 20,5 N, although the grammage of all papers is above the standard. Keywords: mixed fiber paper, bagasse pulp, banana peel binder, packaging paperAbstrakKertas serat campuran (atau kertas komposit) merupakan kertas yang terbuat dari dua jenis serat berbeda yang bertujuan untuk memperkuat kertas tersebut. Dalam penelitian ini, pulp ampas tebu dan pulp kertas koran bekas digunakan untuk membuat kertas serat campuran dengan tujuan aplikasi kertas kemasan. Sebagai binder, digunakan kulit pisang yang mengandung pati dan serat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari komposisi pulp ampas tebu dan pulp kertas koran, serta untuk mengetahui massa binder yang digunakan agar dihasilkan kertas serat campuran dengan ketahanan sobek dan kekuatan tarik yang paling sesuai untuk aplikasi kertas kemasan. Proses yang digunakan untuk membuat pulp ampas tebu adalah proses acetosolv. Kertas serat campuran dibuat dengan variasi komposisi pulp ampas tebu dan pulp kertas koran dengan perbandingan 0:100, 10:90, 30:70, 50:50, dan 70:30. Selain itu, dilakukan juga variasi konsentrasi binder kulit pisang sebanyak 15, 25, 35, 45, dan 55 g/4 L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kertas serat campuran yang dihasilkan telah memenuhi standar kertas dasar kertas bungkus berlaminasi sesuai SNI 14-6519-2001. Kertas serat campuran yang dibuat dengan komposisi pulp ampas tebu 30% dan konsentrasi binder 35 g/4 L menghasilkan ketahanan sobek sebesar 4,018 KN/m dan kekuatan tarik sebesar 20,5 N walaupun gramatur kertas lebih besar dari standar yang ditetapkan.Kata kunci: kertas serat campuran, pulp ampas tebu, binder kulit pisang, kertas kemasan
Fermentasi substrat padat dan substrat cair untuk produksi asam laktat dari kulit pisang dengan Rhizopus oryzae Ery Susiany Retnoningtyas; Aning Ayucitra; Fandy Maramis; Ong Wei Yong; Frengky W. Pribadi; Nelsi K. Tanti
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 4 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2013.12.1.5

Abstract

Solid substrate and liquid substrate fermentation for lactic acid production from banana peel by Rhizopus oryzae.Indonesia is one of the major banana producing countries in the world. There are many varieties of banana grown in Indonesia. While the fruit is valuable for consumption, banana peels mostly are discarded as waste. In fact, banana peels are high in nutrition, thus they are potential to be converted into other valuable products such as lactic acid. The objective of this research was to study the effect of fermentation methods, i.e. solid substrate fermentation and liquid substrate fermentation, in the production of lactic acid from banana peel waste by the fungus Rhizopus oryzae. There were three steps involved in this research: (1) preparation of fermentation medium, (2) banana peel fermentation, and (3) lactic acid purification and recovery by using Amberlite IRA-400 resin. In solid substrate fermentation, dried banana peels were firstly crushed, while in liquid substrate fermentation, fresh banana peels were extracted by water. Following this, banana peel powder and extract banana peel were inoculated with Rhizopus oryzae and incubated at 30oC for 144 h. As results, the yield of lactic acid produced from solid substrate fermentation (0.79 g lactic acid/g starch) was higher than that from liquid substrate fermentation (0.15 g lactic acid/g starch).Keywords: lactic acid, liquid fermentation, solid state fermentation, banana peel, Rhizopus oryzaeAbstrakSebagai negara tropis, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil pisang terbesar. Berbagai macam jenis pisang dapat tumbuh di Indonesia. Konsumsi buah pisang yang tinggi diikuti dengan melimpahnya kulit pisang. Kandungan nutrisi dari kulit pisang ini berpotensi untuk dikonversi menjadi produk lain yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti asam laktat. Asam laktat banyak digunakan di industri pangan, farmasi maupun kosmetik. Pada penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode fermentasi yaitu fermentasi substrat padat dan fermentasi substrat cair dalam memproduksi asam laktat dari kulit pisang dibantu Rhizopus oryzae. Penelitian ini terbagi dalam 3 tahap yaitu: (1) pembuatan media fermentasi, (2) fermentasi kulit pisang dan (3) pemurnian asam laktat dengan resin amberlite IRA-400. Untuk metode fermentasi substrat padat, kulit pisang kering digrinder hingga menjadi serbuk sedangkan untuk fermentasi substrat cair, kulit pisang yang masih segar diekstrak dengan pelarut air. Selanjutnya serbuk kulit pisang dan ekstrak kulit pisang siap untuk diinokulasi dengan Rhizopus oryzae dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 144 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield asam laktat yang dihasilkan dari fermentasi substrat padat lebih tinggi (0,79 g asam laktat / g pati) dibandingkan yield asam laktat dari fermentasi substrat cair (0,15 g asam laktat /g pati).Kata kunci: asam laktat, fermentasi substrat cair, fermentasi substrat padat, kulit pisang, Rhizopus oryzae
BIOSINTESA SENYAWA FENOLIK ANTIOKSIDAN DARI LIMBAH KULIT PISANGKEPOK (Musa acuminata balbisiana C.) SECARA FERMENTASI SUBMERGED MENGGUNAKAN RHIZOPUS ORYZAE Andre Siswaja; Adhitia Gunarto; Ery Susiany Retnoningtyas; Aning Ayucitra
Reaktor Volume 15 No.4 Oktober 2015
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.005 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.15.4.224-230

Abstract

BIOSYNTHESIS OF PHENOLIC ANTIOXIDANT COMPOUNDS FROM KEPOK BANANA PEEL WASTE (Musa acuminata balbisiana C.) USING SUBMERGED FERMENTATION  BY RHIZOPUS ORYZAE. Phenolic antioxidant compounds can be formed through a process of biosynthesis with the help of microorganism. Kepok banana peel waste contains nutrients that support the growth of Rhizopus oryzae producing phenolic antioxidant compounds through its secondary metabolism. The objective of this research was to study the effects of fermentation time, concentration of Kepok banana peel extracts, and concentration of (NH4)2SO4 on Total Phenolic Content (TPC) of extracts substrate. Total Antioxidant Capacity (TAC) of extracts with the highest TPC value was also measured. TPC of extracts were analyzed by Folin-Ciocalteu method whilst TAC by 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. Rhizopus oryzae was grown on a substrate containing kepok banana peel extract (500 g of kepok banana peel/L of water and 1000 g of kepok banana peel/L of water), (NH4)2SO4, and other nutrients. Results showed that extracts with the highest phenolic content were obtained after 72 hours fermentation on substrate containing 32.69 mg/mL of glucose (concentration of kepok banana peel 1000 g/L of water) and 0.25% w/v (NH4)2SO4. The substrate had TPC of 582.07 mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/L extract with TAC of 88.37%. Keywords: biosynthesis; kepok banana peel; phenolic antioxidant; Rhizopus oryzae Abstrak Senyawa fenolik antioksidan dapat terbentuk melalui proses biosintesa dengan bantuan Rhizopus oryzae menggunakan substrat limbah kulit pisang kepok. Limbah kulit pisang kepok belum banyak dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi rendah. Di sisi lain, kulit pisang kepok mengandung sejumlah nutrisi yang dapat mendukung pertumbuhan Rhizopus oryzae dalam memproduksi senyawa fenolik antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu fermentasi, konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok, dan konsentrasi (NH4)2SO4 terhadap perolehan senyawa fenolik, serta mempelajari Total Antioxidant Capacity (TAC) untuk ekstrak dengan perolehan senyawa fenolik tertinggi. Dalam penelitian ini, Rhizopus oryzae ditumbuhkan pada substrat ekstrak kulit pisang kepok dengan variasi 500 g kulit pisang kepok/L air dan 1000 g kulit pisang kepok/L air serta penambahan (NH4)2SO4 dengan variasi konsentrasi. Total Phenolic Content (TPC) diukur menggunakan metode Folin-Ciocalteu, sedangkan Total Antioxidant Capacity (TAC) dianalisis dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPC tertinggi terkandung dalam konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 1000 g/L air dengan  penambahan 0,25% b/v (NH4)2SO4) yaitu 582,07 mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/L ekstrak dengan TAC 88,37% setelah fermentasi 72 jam. Kata kunci: biosintesa; kulit pisang kepok; fenolik  antioksidan; Rhizopus oryzae
APLIKASI CRUDE ENZIM SELULASE DARI TONGKOL JAGUNG (Zea mays L) PADA PRODUKSI ETANOL DENGAN METODE SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION AND FERMENTATION (SSF) Ery Susiany Retnoningtyas; Antaresti Antaresti; Aylianawati Aylianawati
Reaktor Volume 14, No. 4, OKTOBER 2013
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.162 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.14.4.272-276

Abstract

Tongkol jagung yang melimpah sebagai produk samping dari hasil pengolahan industri jagung pipilan, memberikan peluang untuk dimanfaatkan sebagai substrat dalam produksi crude enzim selulase. Crude enzim selulase dari tongkol jagung selanjutnya diaplikasikan pada produksi etanol dengan memanfaatkan tongkol jagung juga dengan metode simultaneous saccharification and fermentation (SSF). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh volume crude enzim selulase terhadap kadar etanol, kinerja crude enzim selulase dalam memproduksi etanol dan membandingkan kinerjanya dengan crude enzim komersial. Penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu : pretreatment tongkol jagung, dan fermentasi. Tongkol jagung yang sudah dikeringkan, dihaluskan hingga menjadi serbuk dengan ukuran 12 mesh, dan diberi perlakuan hidrolisis dengan uap panas (steam explosion) selama 60 menit. Serbuk tongkol jagung difermentasi,dengan penambahan nutrisi, crude enzim selulase dan jamur Saccharomyces cerevisiae. Proses fermentasi dilakukan pada suhu 30oC selama 120 jam, sedangkan pengamatan dilakukan setiap 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan produksi etanol yang dihasilkan dengan menggunakan crude enzim selulase dan crude enzim komersial berturut-turut adalah 1,28 dan 2,89 %.
Antimicrobial Activity of Kaffir Lime Peel Extract against Streptococcus mutans Rosalie Purwanto; Jeni Pabontong; Ery Susiany Retnoningtyas; Wenny Irawaty
Reaktor Volume 18 No. 4 December 2018
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.052 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.18.04.235-240

Abstract

Kaffir lime peels contain polyphenols as natural antioxidant and antimicrobial agent. The aims of this study were to (1) extract phenolics compounds from kaffir lime peels using water, ethanol 70% and ethanol 96% as the solvent, and (2) assess the antibacterial activity of the extract against Streptococcus mutans which is the main cause of dental caries. Research methodology includes preparation and extraction of polyphenols from kaffir lime peels, preparation of mouthwash based-kaffir lime peels extracts and evaluation the mouthwash ability to inhibit the growth of Streptococcus mutans. The results show water exhibited the best solvent to extract polyphenols among the three solvents. The total phenolics content in the water extract was observed at 11.42±0.48 mg GAE/g, whilst in the two ethanolic extracts were 10.91±0.87 and 8.87±0.53 mg GAE/g for ethanol 70 and 96%, respectively. Consequently, the water-based extract performed the highest antimicrobial activity. The highest inhibition zone was demonstrated by 100% extract of concentration extract variation. Although the inhibition zone of the mouthwash was smaller than the commercial product, the extract has the potential to be developed as a safe mouthwash for long-term usage.Keywords: dental caries; kaffir lime; mouthwash; peel; phenolic; Streptococcus mutans
Pemanfaatan Sabut Kelapa Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Komposit Alternatif Yessica Arini Paskawati; . Susyana; . Antaresti; Ery Susiany Retnoningtyas
Widya Teknik Vol 9, No 1 (2010)
Publisher : Widya Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.036 KB) | DOI: 10.33508/wt.v9i1.1293

Abstract

Sabut kelapa adalah bagian penting dari buah kelapa dengan porsi 35% dari seluruh berat buah kelapa. Serat sabut kelapa memiliki kandungan selulose cukup tinggi sehingga serat tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pulp, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bahan kertas komposit yang terdiri dari campuran pulp serat sabut kelapa dan pulp pembentuk HVS. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu hidrolisis dan konsentrasi NaOH terhadap kadar alfa seluluse, dan mempelajari karakteristik kertas komposit. Pertama, pulp yang dibuat dari serat sabut kelapa dengan variasi waktu hidrolisis dan kosnentrasi NaOH. Selanjutnya pulp dari serat sabut kelapa yang memiliki tingkat alfa selulose tertinggi dicampur dengan pulp dari limbah kertas digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas komposit. Kemudian kertas komposit yang terbentuk diuji karakteristiknya meliputi: kuat tarik, kemampuan menyerap tinta, kemampuan ditulisi, dan keawetan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pulp dengan kualitas yang diinginkan yaitu pulp dengan kandungan alfa selulose 94,24% dicapai dengan kondisi operasi: waktu hidrolisis 4 jam dan konsentrasi NaOH 6%. Selain itu, kertas dengan kualitas yang relatif baik dicapai dengan komposisi campuran pulp serat sabut kelapa:pulp dari limbah kertas HVS = 20:80. Kertas tersebut memiliki kuat tarik = 65,28x106N/m2 dan kertas tersebut bisa ditulisi.
Penurunan kadar sianida pada umbi gadung (Dioscorea hispida) dengan proses fermentasi menggunakan kapang Rhizopus Oryzae Darwin Junaidi; Mario Christofer Kresna Pratama Santoso; Ery Susiany Retnoningtyas; Sandy Budi Hartono
Widya Teknik Vol 14, No 1 (2015)
Publisher : Widya Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.166 KB) | DOI: 10.33508/wt.v14i1.1736

Abstract

Umbi gadung merupakan tanaman umbi – umbian yang jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hingga saat ini umbi gadung masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Umbi gadung memiliki kandungan sianida yang tinggi, sehingga jika dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan keracunan hingga kematian. Pada penelitian pendahuluan terhadap bahan baku, umbi gadung memiliki kandungan sianida sebesar 424,92 ppm. Maka sianida harus dikurangi dengan melakukan metode fermentasi menggunakan Rhizopus oryzae agar umbi gadung dapat dikonsumsi oleh manusia dan tidak menyebabkan keracunan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu fermentasi dan volume nutrient yaitu 5,7,9 ml dalam proses penurunan kadar sianida dan pengaruh fermentasi terhadap kandungan protein , lemak dan pati pada umbi gadung. Mula-mula umbi umbi gadung dicuci bersih dan dikupas kulitnya terlebih dahulu, kemudian dipotong dengan ukuran (2 cm x 1 cm x 0,5 cm). Setelah itu, potongan umbi gadung disterilisasi dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan nutrient yang sudah ditambah inokulum Rhizopus oryzae dan difermentasi selama 5 hari. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan penurunan sianida terbaik dengan volume nutrien 9 ml, kandungan sianida setelah fermentasi menjadi 69,48 ppm. Sedangkan untuk kandungan protein naik dari 0,0133 g/g gadung menjadi 0,0263 g/g gadung, lemak naik dari 0,0048 g/g gadung menjadi 0,0133 g/g gadung dan untuk pati turun dari 0,167 g/g gadung menjadi 0,1586 g/g gadung
Koagulasi Protein dari Ekstrak Biji Kecipir dengan Metode Pemanasan Welly Surya Naga; Berlian Adiguna; Ery Susiany Retnoningtyas; Aning Ayucitra
Widya Teknik Vol 9, No 1 (2010)
Publisher : Widya Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.036 KB) | DOI: 10.33508/wt.v9i1.1292

Abstract

Dalam rangka penyediakan tambahan gizi bagi kehidupan manusia diperlukan produk makanan yang mengandung protein. Daging merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung protein kadar tinggi. Daging dapat berasal dari hewan (hewani) maupun biji-bijian (nabati). Biji kecipir dapat digunakan sebagai bahan pembuatan daging nabati. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkoagulasi protein dari biji kecipir sebagai bahan pembuatan daging nabati. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh waktu, suhu, dan tekanan pada koagulasi protein biji kecipir dan mencari kondisi proses yang relatif baik. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi serbuk biji kecipir seberat 30 gram dengan menggunakan 300 ml akuades di dalam tangki yang dilengkapi pengaduk. Slurry dalam tangki diaduk dengan kecepatan 150 rpm selama 60 jam pada suhu 60oC dan ekstraksi dilakukan sebanyak 4 tahap. Filtrat hasil ekstraksi diambil 100 ml untuk dilakukan proses koagulasi. Variabel yang diteliti adalah suhu (50–70oC), waktu (1–3 jam), dan tekanan (vakum dan 1 atm). Jumlah protein dalam padatan protein dianalisis memakai makro kjeldahl. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pada kisaran 50-60oC yield protein semakin meningkat, tetapi pada suhu 70oC dan tekanan 1 atm yield protein berkurang. Selain itu, semakin lama waktu yang digunakan untuk koagulasi dan semakin rendah tekanan yang digunakan, maka yield protein yang didapat semakin besar.
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Babi Herman Setiawan; Anita Puspitasari; Ery Susiany Retnoningtyas; . Antaresti
Widya Teknik Vol 9, No 2 (2010)
Publisher : Widya Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.53 KB) | DOI: 10.33508/wt.v9i2.1414

Abstract

Dewasa ini sedang dikembangkan pembuatan biodiesel sebagai bahan kabar aletrnatif guna mengantisipasi menipisnya cadangan minyak bumi. Salah satu bahan baku untuk memproduksi biodiesel yaitu lemak babi. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi katalis basa dan suhu reaksi serta jenis asam yang akan menghasilkan yield biodiesel tertinggi. Terhadap lemak babi mula-mula dilakukan proses rendering untuk menghasilkan minyak babi, dan juga untuk menghilangkan pengotor dan air yang terkandung di dalam minyak babi. Kemudian terhadap lemak babi dilakukan proses acid-pretreatment yaitu proses reaksi dengan katalis asam sebelum digunakan katalis basa dalam reaksi transesterifikasi dengan tujuan untuk menurunkan kadar Free Fatty Acid (FFA) sampai pada batas yang diijinkan maksimal 0,5 %b/b. Salah satu komponen yang terdapat pada lemak babi adalah trigliserida yang merupakan suatu ester. Trigliserida ini sendiri jika direaksikan dengan alkohol akan menghasilkan suatu ester dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi transesterifikasi dan ester yang dihasilkan merupakan sebuah mono ester. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah katalis basa yang diperlukan dalam reaksi transesterifikasi adalah 2 %b/b, dengan yield biodiesel tertinggi yang bisa dicapai sebesar 84,45 %. Suhu yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi untuk menghasilkan yield tertinggi biodiesel adalah 80OC.
PENGARUH SUHU DAN WAKTU FERMENTASI BIOETANOL DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PERLAKUAN AWAL STEAM EXPLOSION Delftria Rasubala; Anita Yuliviana; Ery Susiany Retnoningtyas; Aylianawati Aylianawati
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 6 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Tongkol jagung merupakan limbah pertanian dengan kandungan selulosa yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dan waktu fermentasi terhadap jumlah bioetanol yang dihasilkan. Ada 3 tahap proses penelitian ini, yaitu: (1) perlakuan awal serbuk tongkol jagung, (2) pembuatan crude enzyme dan (3) fermentasi pembentukan bioetanol. Tongkol jagung sebagai bahan baku dihancurkan dan dikeringkan hingga mencapai ukuran 12/20 mesh, kemudian diberi perlakuan awal dengan steam explosion disertai perendaman HCl 1%. Fermentasi pembentukan bioetanol dilakukan dengan metode simultaneous saccharification and fermentation (SSF) menggunakan Saccharomyces cerevisiae pada suhu 30, 35, dan 40oC, sedangkan waktu fermentasi 24, 48, 72, 96 dan 120 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bioetanol yang dihasilkan pada suhu feremnatasi 35 oC lebih tinggi (0,214 g bioetanol/g tongkol jagung) dibandingkan dengan pada suhu 30 oC (0,190 g bioetanol/g tongkol jagung) pada waktu fermentasi 120 jam. Kata kunci: bioetanol, tongkol jagung perlakuan awal, SSF, suhu fermentasi, waktu fermentasi