Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Migrasi Dan Performansi Jaringan Cdma Menuju E-gsm 850 Mhz Hasil Merger Dua Operator Selular Di Bandung Andi Ghina Haura; Nachwan Mufti; Dadan Nur Ramadan
eProceedings of Engineering Vol 2, No 3 (2015): Desember, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Melihat peluang bisnis telekomunikasi di Indonesia yang semakin berkembang menjadikan lahan ini semakin ketat persaingannya. Berbagai upaya dilakukan operator untuk meningkatkan layanan dan kualitas termasuk dalam pemanfaatan frekuensi agar lebih efisien. Dimana efisiensi yang dilakukan oleh beberapa operator, yaitu dengan penggabungan sumber daya frekuensi antar operator. Salah satu  kasus adalah operator Telkom Flexi  menutup bisnis di  sektor CDMA (Code Division Multiple Access) miliknya, proses pemindahan atau konsolidasi Telkom Flexi akan dilakukan secara bertahap terhadap infrastruktur dan layanan. Telkom melakukan konsolidasi operator Telkom Flexi ke operator Telkomsel dan dalam penelitian ini dilakukan pemindahan frekuensi dan bandwidth. Dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi dan rekonstruksi pada jaringan E-GSM 850Mhz di operator Telkomsel/ Telkom Flexi di Bandung. Sebelumnya di daerah ini telah beroperasi sistem seluler dari kedua operator tersebut sehingga dalam penelitian ini kondisi existing tersebut akan diolah dengan metode konvensional berupa optimasi coverage dari segi radio access. Dari penelitian ini didapatkan bahwa hasil coverage dan capacity, merger kedua operator cukup baik dimana hasil prediksi dari Flexi cukup bagus, dan hasil prediksi dari   Telkomsel kurang baik, persentase Telkomsel berada di bawah Flexi dan dari penggabungan kedua operator tersebut memiliki hasil prediksi 99,6% , flexi megimbangi Telkomsel yang kurang baik. Hasil Rx Level dan C/I dari penggabungan berada di antara - 70dBm sampai -65 dBm. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini merupakan rekomendasi untuk diimplementasikan pada jaringan sebenarnya dan menghasilkan kualitas yang baik dalam melayani pelanggan Telkom Flexi dan Telkomsel. Kata Kunci : DCS1800, GSM 900, E-GSM 850 Mhz, RXLEV, C/I, coverage.
Implementasi Jaringan Heterogen Untuk Optimasi Jaringan Lte Release 10 Studi Kasus Di Kecamatan Sukajadi Nahla Dewi Sartika; Nachwan Mufti; Budi Syihabuddin
eProceedings of Engineering Vol 5, No 1 (2018): April 2018
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

LTE Advanced atau LTE Release 10 yang dikembangkan oleh 3GPP untuk menyediakan bitrates yang lebih tinggi dari LTE Release sebelumnya. Meningkatnya populasi dan tingginya mobilitas di daerah Sukajadi menjadikan performansi jaringan yang diterima oleh pelanggan menjadi rendah, sehingga perlu dilakukan optimasi jaringan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan performansi jaringan tersebut adalah dengan menerapkan jaringan heterogen. Jaringan heterogen merupakan suatu jaringan seluler dengan meletakkan small cell ke dalam macro cell. Penelitian yang dilakukan menggunakan skenario implementasi jaringan heterogen dan physical tuning & power configuration sebagai skenario optimasi jaringan LTE Advanced studi kasus di Kecamatan Sukajadi. Optimasi dilakukan dengan meninjau mean throughput, RSRP, SINR dan rejected user. Dengan menggunakan data hasil drive test maka akan diketahui daerah mana yang mengalami low RSPR, low SINR, dan low throughput. Setelah itu dilakukan optimasi jaringan dengan menggunakan software Atoll 3.3. Dengan menerapkan dua skenario tadi diharapkan dapat meningkatkan performansi jaringan LTE-Advanced di wilayah Sukajadi. Performansi jaringan eksisting mengalami peningkatan setelah dilakukan proses optimasi. Nilai mean throughput meningkat dari 17,2 Mbps menjadi 37,27 Mbps, dengan target KPI minimal 20 Mbps. Parameter persebaran nilai rata-rata RSRP jika ditinjau dari persentase nilai yang berada di atas threshold -105 dBm, persebaran nilai RSRP mengalami peningkatan dari 69,39% menjadi 91,62%. Parameter persebaran persentase nilai yang berada di atas threshold senilai 5 dB, mengalami peningkatan dari 69,93% menjadi 98,43%. Jumlah user yang ditolak di jaringan mengalami penurunan dari 5,4% menjadi 0,2%. Parameter yang ditinjau dalam penelitian ini dapat memenuhi target KPI, menunjukkan bahwa skenario optimasi yang dilakukan berhasil mengatasi permasalahan low RSRP, low SINR, dan low throughput.
Analisis Unjuk Kerja Penjadwalan Terdistribusi Spatial Time Division Multiple Access Pada Wireless Mesh Network Maulida Fitriani; Nachwan Mufti; Tody Ariefianto
eProceedings of Engineering Vol 3, No 2 (2016): Agustus, 2016
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada WMN, scheduling adalah salah satu aspek yang paling penting yang akan berdampak pada performansi sistem. Terdapat dua mekanisme scheduling, yakni centralized scheduling dan distributed scheduling. Penjadwalan distributed terbagi menjadi 2 yaitu coordinated distributed dan uncoordinated distributed. Tugas akhir ini menyajikan unjuk kerja algoritma skema dasar yang merupakan algoritma untuk coordinated distributed scheduling. Penggunaan STDMA merupakan solusi dari terbatasnya jumlah slot untuk pengalokasian node. Skema perancangan sistem dalam Tugas Akhir ini dimulai dengan pembangkitan node secara acak. Node yang dibangkitkan ini memiliki letak yang dibuat random setiap kali pembangkitan. Kemudian pada node yang dibangkitkan tersebut akan dihitung jarak dari masing-masing node. Setelah itu akan dilakukan penghitungan SNR dari masing- masing node yang telah dibangkitkan. Dari nilai SNR tersebut, akan dipilih modulasi yang akan digunakan untuk masing-masing node. Setelah memilih modulasi, kemudian setiap node akan dijadwalkan dengan skema dasar. Skema dasar   memungkinkan  pengalokasian   minislot   kosong   secara   terurut.   Adapun   penggunaan   STDMA   sendiri memungkinkan  setiap  slot  tersebut  dapat  ditempati  oleh  beberapa  node.  Tahap  terakhir  adalah  dilakukannya penghitungan throughput, dan fairness index dari sistem ini. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai throughput terbesar untuk skenario random modulasi adalah 20,586 kbps (TDMA) dan 24,761 kbps (STDMA). Modulasi paling efektif adalah modulasi BPSK dan 16QAM(3/4) d engan nilai throughput untuk modulasi BPSK adalah 21,00 kbps (STDMA) dan 25,32 kbps (STDMA) untuk modulasi 16QAM(3/4) pada jumlah node 6 hingga 9. Pada kondisi kanal random modulasi, nilai fairness index paling fair didapat pada jumlah node 3. Nilainya adalah sebesar 0,8122(TDMA) dan 0,7199 (STDMA). Pada kondisi kanal yang lain, nilai fairness index paling fair adalah pada saat menggunakan modulasi QPSK(3/4) dengan nilai 0,7562 dengan skema dasar menggunakan TDMA dan 16QAM(3/4) dengan nilai 0,7771 untuk skema dasar menggunakan STDMA. Kedua nilai ini diraih pada saat jumlah node adalah 6. Kata kunci: Wireless Mesh Network, distributed scheduling, STDMA, skema dasar, skema multigrant, throughput, fairness index
Analisis Koeksistensi Jaringan Lte Unlicensed Dan Wi-fi Pada Frekuensi 5ghz Arum Rachmapramita; Nachwan Mufti; Budi Syihabuddin
eProceedings of Engineering Vol 4, No 3 (2017): Desember, 2017
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkatnya permintaan pengguna layanan akses internet menyebabkan terjadinya peningkatan trafik. Dengan alasan tersebut peningkatan kapasitas harus dilakukan untuk memenuhi permintaan pengguna layanan dan memenuhi peningkatan trafik yang terjadi. Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas adalah penggunaan spektrum frekuensi secara maksimal, disisi lain spektrum frekuensi merupakan sumber daya yang terbatas. Dengan alasan kebutuhan permintaan kapasitas dan terbatasnya spektrum frekuensi yang tersedia, maka sebuah teknologi tidak hanya menggunakan spektrum frekuensi lisensi tetapi juga spektrum frekuensi non-lisensi. Penggunaan spektrum frekuensi non lisensi menyebabkan sebuah teknologi baru harus dapat beradaptasi dan berkoeksistensi dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya. Pada penelitian ini, dibahas koeksistensi antara teknologi LTE-Unlicensed dan Wi-Fi yang menggunakan spektrum frekuensi non-lisensi 5GHz. LTE-U dan Wi-Fi dapat berkoeksistensi satu sama lain pada area geografis yang sama atau LTE-U eNodeB dapat ditempatkan berdampingan dengan Wi-Fi AP. Koeksistensi antara kedua teknologi ditinjau dari interferensi adjacent channel (ACIR) antara LTE-U eNodeB dan Wi-Fi Access Point. Skenario yang digunakan pada tugas akhir ini adalah LTE-U eNode B sebagai penginterferensi dan Wi-Fi AP sebatai terinterferensi dan sebaliknya pada indoor dan outdoor deployment dengan kondisi LOS dan NLOS. Berdasarkan hasil perhitungan dan simulasi sistem koeksitensi antara LTE-U eNodeB dan Wi-Fi Access Point didapatkan jarak minimal antara agar tidak terjadi interferensi adjacent channel adalah 24m-76m dengan deploymet indoor dan kondisi LOS, sedangkan dengan deployment outdoor 78m-194m kondisi LOS dengan Interference threshold 18dB dan 20,3dB. Dengan jarak 78m disimulasikan dengan software Atoll rata-rata nilai CINR adalah 15dB. Untuk simulasi dengan software RPS, dengan jarak 24m didapatkan nilai SIR rata-rata adalah 0,62dB.Kata Kunci: Spektrum Frekuensi Non-Lisensi, Koeksistensi, LTE-U, Wi-Fi, ACIR