Chandrika Eka Larasati, Chandrika Eka
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efisiensi Teknik Sampling dalam Penentuan Indeks Keanekaragaman Polychaeta di Padang Lamun Pantai Sire, Lombok Utara Rahman, Ibadur; Nurliah, Nurliah; Larasati, Chandrika Eka
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i2.30533

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang berperan sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat pembesaran dan daerah pemijahan bagi sejumlah besar biota asosiasinya, termasuk polychaeta. Selain mengambil manfaat dari tumbuhan lamun, polychaeta juga berperan terhadap kesuburan substrat lamun karena kemampuannya dalam menguraikan serasah dan meningkatkan kadar oksigen dalam sedimen melalui aktivitas bioturrbasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman polychaeta di padang lamun Pantai Sire, Lombok Utara menggunakan 2 (dua) teknik sampling yang berbeda. Pengamatan data lamun dilakukan menggunakan kuadran 50x50 cm2, dengan 3 (tiga) transek dimana masing-masing terdapat 10 titik pengamatan. Pengambilan sampel polychaeta dilakukan menggunakan alat Ekman Grab dan PVC sediment corer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) jenis lamun dan 17 famili polychaeta di perairan padang lamun Pantai Sire, dimana Capitellidae merupakan jenis dengan rerata kelimpahan tertinggi (1.046±32,34  - 1.430±37,82 individu/m2). Hasil uji-t menunjukkan bahwa perbedaan teknik sampling berpengaruh terhadap total kelimpahan polychaeta di padang lamun, dimana teknik sampling menggunakan PVC sediment corer memiliki hasil yang lebih optimal dibandingkan mengunakan Ekman Grab. Hal tersebut menandakan bahwa alat PVC sediment corer lebih efisien digunakan untuk pengambilan sampel polychaeta di lamun karena sesuai dengan karakteristik substrat lamun yang berpasir. Sedangkan alat Ekman Grab lebih baik digunakan pada substrat berlumpur dan pada perairan yang cenderung dalam. Seagrass bed is one of the ecosystems that act as a place to live, foraging for food, rearing and spawning areas for a large number of associated biota, including polychaeta. Apart from taking advantage of seagrass, polychaeta also plays a role in the fertility of seagrass substrate because of its ability to break down litter and increase oxygen levels in the sediment through bioturbation activity. This study aims to determine the diversity index of polychaeta in seagrass bed at Sire Beach, North Lombok using 2 different sampling techniques. Seagrass data observation was carried out using a 50x50 cm2 quadrant, with 3 transects, each of which had 10 observation points. Polychaeta samples were taken using the Ekman Grab and the PVC sediment corer. The results showed that there were 5 specieses of seagrass and 17 families of polychaeta in seagrass of the Sire Beach, where Capitellidae was the species with the highest average abundance (1,046 ± 32.34 - 1,430 ± 37.82 individuals / m2). The t-test result shows that the different sampling techniques have a correlation to the total abundance of polychaeta, where PVC sediment corer has more optimal results than using Ekman Grab. This indicates that the PVC sediment corer is more efficient to use for polychaeta sampling in seagrass because of its suitability to the characteristics of sandy seagrass substrate. Meanwhile, the Ekman Grab is better to use on muddy substrates and in a deep water. 
Keanekaragaman Jenis Lamun Di Perairan Gili Gede, Lombok Barat Rahman, Ibadur; Nurliah, Nurliah; Himawan, Mahardika Rizki; Jefri, Edwin; Damayanti, Ayu Adhita; Larasati, Chandrika Eka
Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i4.32282

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut yang penting karena berfungsi sebagai habitat beragam jenis, sebagai pemerangkap substrat perairan, peredam gelombang, pendaur ulang zat hara, dan sebagai penyerap sejumlah besar karbon dari atmosfer (blue cabon). Dewasa ini kondisi kesehatan ekosistem lamun senantiasa mengalami penurunan/degradasi, padahal ekosistem lamun menopang sejumlah besar kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya bahkan beberapa di antaranya berdampak langsung terhadap manusia. Maka dari itu, perlu dilakukan kajian mengenai kondisi padang lamun yang hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan penataan kawasan perairan agar tetap berorientasi pada upaya pelestarian ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji stuktur komunitas lamun di perairan Gili Gede, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Pengamatan jenis dan persentase penutupan lamun menggunakan kuadran transek berukuran 50cm x 50cm. Pengukuran nilai parameter kualitas air dilakukan secara insitu di lapangan dan di Laboratorium Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Sekotong, Lombok Barat. Hasil penelitian menujukkan bahwa komunitas padang lamun di perairan Gili Gede tersusun atas 4 (empat) jenis, yaitu: Halophilla pinifolia, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Thalassia hemperichii dengan persentase penutupan berkisar antara 17-47%, dan rerata penutupan sebesar 35%. Jenis lamun Enhalus acoroides merupakan jenis yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam komunitas padang lamun di perairan Gili Gede.  Seagrass is an important marine ecosystem because of its function as habitat for various species, as substrate trapper, wave reducer, nutrient recycler, and as an absorber of large amounts of carbon from the atmosphere (blue cabon). Today, the condition of seagrass ecosystems is constantly decreasing, even though seagrass ecosystems support a large number of other living things, some of which have a direct impact on humans. Therefore, it is necessary to conduct a study on seagrass community structure whose the results can be taken into consideration in making policies related to the arrangement of water areas so that it remain oriented towards ecosystem conservation efforts. This study aims to examine the structure of the seagrass community in Gili Gede, Sekotong District, West Lombok Regency. Observation of the type and percentage of seagrass cover using a 50cm x 50cm transect quadrant. The analysis of water quality parameter was carried out at the Laboratory of Marine Cultivation Fisheries Center (BPBL) Sekotong, West Lombok. The results showed that the seagrass communities in Gili Gede were composed of 4 (four) species, namely: Halophilla pinifolia, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, and Thalassia hemperichii with a cover percentage ranging from 17-47%, and an average cover of 35%. The seagrass species, Enhalus acoroides, is the species that has the highest contribution to the seagrass community in Gili Gede 
DIVERSITY OF GASTROPODS IN MANGROVE ECOSYSTEM OF POTON BAKO HAMLET, JEROWARU DISTRICT, EAST LOMBOK REGENCY, NTB Ahmad, Wira Nata Kusumah; Larasati, Chandrika Eka; Damayanti, Ayu Adhita
Jurnal Perikanan Unram Vol 14 No 2 (2024): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v14i2.689

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis Gastropoda dan indeks keanekaragaman, keseregaman dan dominansi pada ekosistem mangrove di Dusun Poton Bako. Pengambilan sampel dilakukan di 2 Stasiun berbeda dengan menggunakan transek garis dan kuadrat dan meliputi pengambilan Gastropoda serta data parameter pendukung seperti suhu, salinitas, pH dan substrat dilakukan secara langsung. Berdasarkan komposisi kelimpahan jenis Gastropoda yang didapatkan 13 Famili, 21 Genus, 32 spesies. Menghasilkan total jumlah biota yang didapatkan 606 individu tersebar di Stasiun 1 sebanyak 289 ind dan Stasiun 2 sebanyak 319 ind. Adapun jenis Terebralia sulcata yang paling banyak di temukan pada setiap Stasiun. Hasil dari penelitian ini menggambarkan kondisi ekologis pada Stasiun 1 dengan indeks keanekaragaman (H’=2,23) tergolong sedang, indeks keseragaman (E= 0,72) tergolong tinggi dan indeks dominansi (D= 0,15) tergolong rendah. Sedangkan kondisi ekologis pada Stasiun 2 dengan indeks keanekaragaman (H’=1,44) tergolong sedang, indeks keseragaman (E= 3,94) tergolong tinggi dan indeks dominansi (D= 0,46) tergolong tinggi.