Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Potensi Penerapan Prinsip Produksi berdasarkan Konsep Six Sigma pada Salah Satu Perusahaan Beton Precast di Indonesia Yulia Widyaningsih; Puti Farida Marzuki
Jurnal Teknik Sipil Vol 30 No 1 (2023): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2023.30.1.12

Abstract

Abstrak Beton precast yang digunakan pada proyek konstruksi rawan dari permasalahan cacat produk seperti crack, chipping, honeycombing, ataupun bleeding. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kualitas dengan standar kualitas dan metode yang tepat, salah satunya adalah Six Sigma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan prinsip manajemen kualitas, tingkat kualitas proses produksi, dan menentukan potensi penerapan prinsip produksi berdasarkan konsep Six Sigma. Penelitian mengambil studi kasus pada satu perusahaan beton precast di Indonesia, dilakukan dengan menelaah tingkat penerapan prinsip manajemen kualitas dan melakukan pengukuran kualitas proses produksi. Dalam penelitian dilakukan identifikasi standar beton precast dari berbagai negara untuk dipilih dan digunakan pada kuesioner pengukuran kualitas proses produksi. Selanjutnya, studi menunjukkan bahwa prinsip manajemen kualitas belum sepenuhnya diterapkan di perusahaan terkait karena ada kekurangan pada beberapa indikator penting. Berdasarkan pengukuran kualitas proses produksi, perusahaan memiliki frekuensi permasalahan kualitas produk dengan kategori “Sangat Rendah” dengan proses produksi perusahaan “Baik” dan adanya penerapan standar beton precast dengan kategori “Sangat Mudah”. Selain itu perusahaan juga dinilai sebagai “Potensi Tinggi” dalam penerapan konsep Six Sigma yang didukung dari kondisi kesiapan dan kondisi eksisting perusahaan. Namun, dalam hal ini perusahaan perlu memperdalam penggunaan alat bantu manajemen kualitas terutama alat bantu statistik. Kata-kata Kunci: Six sigma, manajemen kualitas, beton precast. Abstract Precast concrete used in construction projects is prone to product defects such as cracking, chipping, honeycombing, or bleeding. Therefore, quality management is needed based on the appropriate standards of quality and methods, one of which is Six Sigma. This study aims to determine the level of application of quality management principles, the level of quality of the production process, and determine the potential application of production principles based on the Six Sigma concept. The study took a case study on a precast concrete company in Indonesia, carried out by examining the level of application of quality management principles and measuring the quality of the production process. In this study, the identification of precast concrete standards from various countries to be selected and used in the questionnaire for measuring the quality of the production process was carried out. Further, the study shows that the principles of quality management have not been fully implemented at the company because there are deficiencies in several important indicators. Based on the measurement of the quality of the production process, the company has a frequency of product quality problems with the "Very Low" category with the company's production process "Good" and the application of precast concrete standards with the "Very Easy" category. In addition, the company has graded as "High Potential" in the application of the Six Sigma concept which is supported by the readiness and existing conditions of the company. However, in this case the company needs to deepen the use of quality management tools, especially statistical tools. Keywords: Six sigma, quality management, precast concrete.  
INTERFACE MANAGEMENT PADA INTER-PUBLIC INFRASTRUCTURES SYSTEM RUANG MILIK JALAN Ipak Neneng Mardiah Bukit; Puti Farida Marzuki; Rizal Zainuddin Tamin; Iwan Inrawan Wiratmadja
JURNAL TEKNIK SIPIL Vol 12, No 1 (2023): Volume 12 Nomor 1 Mei 2023
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jts.v12i1.30814

Abstract

Abstract: The public right of way is a place for utility infrastructure facilities such as clean water pipes, electicity cable, and telecommunication fiber optic cable involving multi-independent stakeholders. Indonesian cities in general have no utility ducting system along its roads, thus utility facilities are placed in and adjacent to the public right of way as overhead and underground line. Stakeholders’ activities during operational and maintenance phase of the existing road potentially damage nearby infrastructures, causing repeated repair all over the year, and lead to service disturbance, traffic disruption, and users complaint due to lack of communication skill and lack of stakeholders’ coordination. This paper describes inter-public infrastructure management using soft system based interface management to reduce the effect of poor communication and coordination amongst stakeholders. Managing interface is conducted within four stages of concept and procedure, namely: interface identification, interface simplification, interface priority, and interface matching. The result of discussion concluded that the road authority needs to pay more attention to user/community complaint toward service disturbance by improving coordination and communication system among stakeholders in order to reduce infrastructure damage.Keywords : coordination, communication, interface management, public infrastructures, soft system.Abstrak: Ruang milik jalan (rumija) menjadi tempat infrastruktur utilitas seperti air bersih, kelistrikan, dan telekomunikasi yang melibatkan multi-stakeholders yang berasal dari organisasi-organisasi yang independen. Kota-kota di Indonesia pada umumnya belum memiliki fasilitas bersama untuk infrastruktur utilitas sehingga diletakkan di sepanjang jalan baik sebagai saluran udara maupun saluran bawah tanah. Kegiatan pekerjaan utilitas terjadi sepanjang masa operasional dan pemeliharaan jalan berpotensi merusak infrastruktur lain yang ada didekatnya, menyebabkan perbaikan terus menerus sepanjang tahun, dan mengakibatkan gangguan pelayanan, kemacetan lalulintas, dan keluhan masyarakat akibat dari lemahnya komunikasi dan koordinasi antar stakeholders. Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan inter-public infrastructure system rumija dengan interface management system berbasis soft system thinking sehingga dampak dari lemahnya komunikasi dan koordinasi dalam interfaces dapat dikurangi. Pengelolaan interface dilakukan dengan empat langkah konsep dan prosedur, yaitu; identifikasi interface, penyederhanaan interface, prioritas interface, dan interface matching. Hasil pembahasan menyimpulkan masalah interface yang harus diberi perhatian lebih yaitu terjadinya keluhan masyarakat terhadap gangguan pelayanan dengan memperbaiki sistem koordinasi dan komunikasi antar stakeholders sehingga kerusakan infrastruktur dapat dikurangi. Kata kunci : interface management, infrastruktur publik, komunikasi, koordinasi, soft system.