Sri Rulianah
Chemical Engineering Department, Politeknik Negeri Malang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Tahu Menggunakan Bakteri Indigeneous Prayitno Prayitno; Sri Rulianah; Hilman Nurmahdi
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol. 4 No. 2 (2020): October 2020
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.891 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v4i2.141

Abstract

Air limbah tahu merupakan bahan pencemar apabila dibuang ke lingkungan perairan karena dapat menimbulkan bau busuk, penyakit dan menurunkan konsentrasi oksigen terlarut. Pada sisi lain, air limbah tahu dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yaitu biogas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi, volume substrat dan waktu pengadukan terhadap produksi biogas dan gas metana. Variabel yang digunakan dalam percobaan, antara lain: volume starter (10%, 20%, 30% dan 40% (v/v)); waktu pengadukan (1 hari, 7 hari, dan 14 hari), waktu fermentasi (5 hari, 10 hari, 15 hari, 20 hari, dan 25 hari). Penelitian dilakukan dengan menggunakan digester yang memiliki volume 50 liter yang diisi dengan starter berupa bakteri indigeneous dan limbah cair tahu pada persen volume tertentu. Selanjutnya  digester dialiri gas N2 hingga digester berada pada kondisi anaerobik kemudian dilakukan pengadukan (1 hari, 7 hari, 14 hari) atau  tanpa pengadukan. Pada setiap 5 hari hingga 25 hari dilakukan pengambilan sampel dan pengukuran volume biogas dan gas metana (CH4) yang dihasilkan menggunakan alat gas analyzer. Hasil percobaan menunjukkan bahwa volume biogas dan gas metana terbanyak dihasilkan pada waktu fermentasi 20 hari, dengan pengadukan 14 hari, dan volume starter 30% dapat menghasilkan biogas dan gas metana (CH4) masing – masing sebesar 5.000 ml dan 540 ml. Tofu wastewater is a pollutant when discharged into the aquatic environment because it can cause foul odors, diseases and reduce the concentration of dissolved oxygen. On the other hand, tofu wastewater can be used as an alternative energy source, namely biogas. The study aims to determine the effect of fermentation time, starter volume and stirring time on biogas and methane gas production. Variables used in the experiment included: volume of starter (10, 20, 30, and 40% (v/v)); stirring time (1, 7, and 14 days), fermentation time (5, 10, 15, 20, and 25 days). The research was conducted using a digester that has a volume of 50 liters filled with starter as much as 10, 20, 30 and 40% (v/v). Then the digester is flowed with N2 gas until the digester is in anaerobic condition then stirring (1, 7, and 14 days) or without stirring. Every 5 days to 25 days a sample is taken and the amount of biogas and methane gas (CH4) produced is measured directly using a gas analyzer. The experimental results show that the highest volume of biogas and methane gas produced during fermentation time of 20 days, with a stirring of 14 days, and a volume of starter of 30% which can produce biogas and methane gas (CH4) respectively of 5,000 ml and and 540 ml.
Review: Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol dengan Metode Fed Batch pada Proses Hidrolisis Christyfani Sindhuwati; Asalil Mustain; Yasinta Octaliya Rosly; Andika Soharmat Aprijaya; Mufid Mufid; Ade Sonya Suryandari; Hardjono Hardjono; Sri Rulianah
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol. 5 No. 2 (2021): October 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.956 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v5i2.224

Abstract

Peningkatan kebutuhan energi terutama bahan bakar minyak yang tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber energi tak terbarukan akan mengakibatkan kelangkaan energi. Pembuatan bahan bakar terbarukan merupakan solusi untuk mengatasi kelangkaan tersebut, salah satunya bioetanol. Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan bahan baku yang cocok untuk pembuatan bioetanol karena jumlahnya yang melimpah dan mengandung lignoselulosa. Bioetanol dapat diperoleh melalui proses fermentasi dengan metode yang digunakan adalah Fed Batch Simultaneous Saccharification Fermentation. Pretreatment berupa size reduction dan delignifikasi direkomendasikan sebelum proses hidrolisis enzimatik dan fermentasi secara serentak. Metode pengumpanan Fed Batch pada High Total Solid Loading (HTSL) direkomendasikan sebagai strategi pengumpanan pada proses hidrolisis enzimatik dengan jumlah frekuensi yang tinggi memberikan hasil kadar etanol lebih tinggi. The enhancement of energy needs, especially fuel, that is not complemented by the availability of non-renewable energy sources, would affect the deficient of energy. The production of renewable fuel such as bioethanol is a solution to overcome that deficiency. One of the substrates that are appropriate to be processed into bioethanol is Oil Palm Empty Fruit Bunch (OPEFB) because of abundant and lignocellulosic biomass. Bioethanol can be produced through the fermentation process by Fed-Batch Simultaneous Saccharification Fermentation method. Size reduction and delignification for pretreatment are recommended before the simultaneous enzymatic hydrolysis process and fermentation. Using the fed-batch as a feeding method of High Total Solid Loading (HTSL) is recommended for feeding strategy in hydrolysis enzymatic process with high frequency that can produce a higher yield of ethanol.