S. Sagap
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Bujang Damai: Pendidikan Sosial Nir Kekerasan Melayu Jambi untuk Pendidikan Kader Muda Moderat Indonesia S. Sagap; Arfan Aziz; Sya'roni Sya'roni
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 10, No 02 (2021): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v10i02.1380

Abstract

Transmisi Islam di Jambi, Sumatera, selama ini dilakukan oleh guru-guru ngaji kampung yang mendapat pendidikan agama di Seberang Kota Jambi, Padang, Jawa, hingga ke Mekkah dan Madinah. Pendidikan oleh para guru mengajarkan kedamaian Islam, yang disebut oleh seorang informan penelitian dengan idiom Bujang Damai. Selain guru-guru lama, Jambi juga menerima paham Islam terkini akibat usaha perluasan gerakan Islam transnasional, serta paham keagamaan yang disebar melalui media baru. Ketiganya mewarnai pendidikan kader muda organisasi mahasiwa Islam di Jambi. Pada tiga jalur itu, literatur keagamaan dan aksi identitas mereka penting untuk dilihat. Tulisan ini akan mengelaborasi idiom Bujang Damai sekaligus identitas tentang perdamaian yang berasal dari tradisi Melayu Jambi. Idiom yang digali melalui wawancara pada akhir 2019 dengan 12 orang aktivis organisasi mahasiswa Islam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMMI), di tengah penggaungan sikap moderasi beragama dewasa ini. Penelitian berargumen bahwa paham keagamaan yang damai dan moderat masih menjadi materi utama pendidikan kader pada ketiga organisasi mahasiswa Islam, didukung oleh literatur keagamaan yang menunjang. Walau aksi identitas menyikapi isu aktual keagamaan dilakukan dan dianggap pembeda dari organisasi mahasiswa Islam lain, menjadi Bujang Damai atau Pemuda Pendamai, memelihara kerukunan dan kesatuan negara Republik Indonesia tetap menjadi identitas dan tujuan bersama. Artikel ini menyarankan memperbanyak kolaborasi dan ruang-ruang dialog antar organisasi kaum muda, merawat modal sosial bersama yang damai dan moderat, dalam menghadapi ideologi transnasional dan disrupsi yang mencemaskan akibat revolusi teknologi.
Bujang Damai: Pendidikan Sosial Nir Kekerasan Melayu Jambi untuk Pendidikan Kader Muda Moderat Indonesia S. Sagap; Arfan Aziz; Sya'roni Sya'roni
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 10 No. 02 (2021): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v10i02.1380

Abstract

Transmisi Islam di Jambi, Sumatera, selama ini dilakukan oleh guru-guru ngaji kampung yang mendapat pendidikan agama di Seberang Kota Jambi, Padang, Jawa, hingga ke Mekkah dan Madinah. Pendidikan oleh para guru mengajarkan kedamaian Islam, yang disebut oleh seorang informan penelitian dengan idiom Bujang Damai. Selain guru-guru lama, Jambi juga menerima paham Islam terkini akibat usaha perluasan gerakan Islam transnasional, serta paham keagamaan yang disebar melalui media baru. Ketiganya mewarnai pendidikan kader muda organisasi mahasiwa Islam di Jambi. Pada tiga jalur itu, literatur keagamaan dan aksi identitas mereka penting untuk dilihat. Tulisan ini akan mengelaborasi idiom Bujang Damai sekaligus identitas tentang perdamaian yang berasal dari tradisi Melayu Jambi. Idiom yang digali melalui wawancara pada akhir 2019 dengan 12 orang aktivis organisasi mahasiswa Islam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMMI), di tengah penggaungan sikap moderasi beragama dewasa ini. Penelitian berargumen bahwa paham keagamaan yang damai dan moderat masih menjadi materi utama pendidikan kader pada ketiga organisasi mahasiswa Islam, didukung oleh literatur keagamaan yang menunjang. Walau aksi identitas menyikapi isu aktual keagamaan dilakukan dan dianggap pembeda dari organisasi mahasiswa Islam lain, menjadi Bujang Damai atau Pemuda Pendamai, memelihara kerukunan dan kesatuan negara Republik Indonesia tetap menjadi identitas dan tujuan bersama. Artikel ini menyarankan memperbanyak kolaborasi dan ruang-ruang dialog antar organisasi kaum muda, merawat modal sosial bersama yang damai dan moderat, dalam menghadapi ideologi transnasional dan disrupsi yang mencemaskan akibat revolusi teknologi.