Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA LAMANYA TIRAH BARING DENGAN KEJADIAN DEEP VENOUS THROMBOSIS PADA PASIEN STROKE Sukron, Sukron
Masker Medika Vol 7 No 2 (2019): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Stroke merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian di dunia diantara penyakit-penyakit berbahaya lainnya seperti kanker dan jantung. permasalahan atau komplikasi pada pasien stroke yaitu adanya abnormalitas tonus (hipotonus) pada manisfestasinya penderita akan mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuhnya sehingga dapat menyebabkan terjadinya deep venous thrombosis/DVT. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lamanya tirah baring dengan kejadian deep venous thrombosis/DVT pada pasien stroke di ruang penyakit dalam Pada Pasien Stroke Di RS. Muhammadiyah Palembang. Metode: Penelitian ini menggunakan metode survei analitik observasional melalui pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke yang di rawat di Ruang penyakit dalam RS. Muhammadiyah Palembang dengan sampel 30 pasien. 1 Mei sampai dengan 30 Juli 2019. Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling dan dilakukan dengan accidental sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik uji mann whithey dengan tingkat kepercayaan (pvalue = 0,05). Hasil: Rata-rata lamanya tirah baring 8,57 hari, median 7,00 hari, standar deviasi 6,218 hari. Tirah baring tercepat tercepat 1 hari dan terlama 30 hari. Dari hasil estimilasi interval diyakini 95% rata-rata lamanya tirah baring antara 6,24-10,89 hari. Jumlah responden yang mengalami kejadian deep venous thrombosis/DVT lebih rendah (16,7%) dibandingkan responden yang tidak mengalami deep venous thrombosis/DVT (83,3%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara lamanya tirah baring dengan kejadian deep venous thrombosis/DVT (pvalue=0,001). Peneliti menyarankan kepada perawat untuk lebih memperhatikan agar dilakukannya mobilisasi secara rutin pada pasien stroke yang tirah baringnya lama minimal setiap 1-2 jam untuk menghindari resiko terjadinya deep venous thrombosis/DVT. Background: Stroke is one of the three leading causes of death worldwide among other dangerous diseases such as cancer and heart disease. Problems or complications in stroke patients with abnormal tone in patients will have weakness on one side of his body that can cause deep vein thrombosis / DVT. Objective : This study aims to determine the relationship between duration of bed rest with the incidence of deep venous thrombosis / DVT in stroke patients at Muhammadiyah Hospital. Method: Methods in this study used survey methods of analytic approach to cross-sectional observational. The population in this study was all stroke patients admitted at Muhammadiyah Hospital with a sample of 30 patients. The research was conducted at 1 May to 30 July 2019. Sampling technique is a non-probability sampling and sampling conducted by coincidence. Data obtained in this study is processed using a statistical test with a confidence level man whithey test (P value = 0.05). Result:The study found the average duration of 8.57 days of rest in bed, which averaged 7.00 days, standard deviation of 6.218 days. The fast bedrest was one day and longest was 30. From the 95% interval estimation believe that the average length of between 6.24 to 10.89 days bedrest. The number of respondents who experienced incidence of deep venous thrombosis / DVT lower (16.7%) than respondents who did not experience deep venous thrombosis / DVT (83.3%). Conclusion: Based on the results of statistical tests indicate that there is a relationship between duration of bed rest with the incidence of deep venous thrombosis / DVT (p value = 0.001). The researchers suggested to the nurse for more attention to the mobilization routinely performed in patients with stroke who his lay long sleep at least every 1-2 hours to avoid the risk of deep venous thrombosis / DVT.
SENSITIVITAS KAKI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Sukron, Sukron
Masker Medika Vol 8 No 1 (2020): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52523/maskermedika.v8i1.389

Abstract

Latar Belakang : Meningkatnya angka penyakit diabetes melitus tipe 2 khususnya di Indonesia bersamaan dengan meningkatnya komplikasi salah satunya diabetic foot ulcer yang juga merupakan faktor terjadinya gangguan sensitivitas pada kaki. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengukur sensitivitas kaki dengan menggunkan monofilmen test. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode Deskripti Analitik dengan pendekatan kuantitatif. Teknik sampling menggunakan convenience sampling pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang berjumlah 60 responden. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pasien diabetes melitus tipe 2 berusia 59,45 tahun dan sebagaian besar berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan sebesar 33,3% SD dan 33,3% SMA. Rerata responden juga menderita diabetes melitus tipe 2 selama 3,58 tahun dengan sebagian besar responden tidak berkerja dan tidak berolahraga. Serta tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2yang tidak ada rasa dengan frekuensi tertinggi yaitu pada dorsal kaki sebanyak 25 orang (41,67%), metatarsal head ke-1 sebanyak 23 orang (38,33%), Midfoot bagian Medial sebanyak 22 orang (36,67), jari tengah sebnayk 21 orang (35%), metatarsal head ke-3 sebanyak 20 orang (33,33%), Midfoot bagian lateral sebanyak 20 orang (33,33%), Tumit sebanyak 18 orang (30%), jari kelingking sebanyak 18 orang (30%), metatarsal haed ke-2 sebanyak 17 orang (28,33%), dan terendah yaitu padajempol kaki dengan frekuensi 12 responden (20%). Kesimpulan : sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe II yaitu terendah pada dorsal kaki. Background: The increasing number of type II diabetes mellitus, especially in Indonesia together with the increase in complications, one of which is diabetic foot ulcer, which is also a factor in sensitivity to the feet. Prevention can be done by measuring foot sensitivity by using a monofilment test. Objective: To find out the description of the level of sensitivity of the foot in patients with type II diabetes mellitus patients in Muhammadiyah Hospital Palembang. Method of Researvh: This research is a research with Analytic Descriptive method with quantitative approach. The sampling technique uses convenience sampling in patients with type II diabetes mellitus at Muhammadiyah Hospital Palembang, amounting to 60 respondents. Result of Research: The results showed that the average type II diabetes mellitus patients were 59.45 years old and most were male with education level of 33.3% elementary school and 33.3% high school. The average respondent also suffered from type II diabetes mellitus for 3.58 years with most respondents not working and not exercising. And the level of sensitivity of the foot in patients with type II diabetes mellitus that does not have the highest frequency is the dorsal foot of 25 people (41.67%), the first metatarsal head of 23 people (38.33%), Midfoot of the Medial section of 22 people (36.67), middle fingers 21 people (35%), 3rd metatarsal head as many as 20 people (33.33%), lateral midfoot as many as 20 people (33.33%), Heel as many as 18 people ( 30%), the pinky finger was 18 people (30%), the second metatarsal haed were 17 people (28.33%), and the lowest was the big toe with a frequency of 12 respondents (20%). Conclusion: Foot sensitivity in type II diabetes mellitus patients is lowest in the dorsal foot.
Pola Pencegahan Primer Stroke Oleh Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang: Studi Deskriptif Afriza Rianti; Sukron Sukron; Yulius Tiranda
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 4, No 2 (2019): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jkm.v4i2.3127

Abstract

Background: Hypertension can lead stroke complications if not handled optimally. Disruption of blood flow causes the diameter of blood vessels of shrink, resulting in a lack of oxygen and glucose supply to the brain. Prevention is one of the best strategies to reduce the incidence of stroke. One of them is by implementing primary preventions such as regulating healthy food consumption, getting enouh rest, checking health regurarly, arranging nutrition diets, maintaining ideal body weight, doing physical activities regurarly, stop smoking, and avoiding drinking alcohol. Objective: To describe the primary preventions of stroke by hypertensive patients in Muhammadiyah Hospital of Palembang in 2019. Method: This was quantutative descriptive study using survey design. Result: Most of the respondents limited their consumption of foods containing excess salt (64.4%) and consumed protein foods regurarly such as fish (93.2%); all respondents consumed vegetables and fruits (100%), checked their health every month and did not consume alcohol. Conslusion: Primary prevention of stroke by hypertensive patients was considered as good category since they had a fairly healthy and good life behavior.
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Siti Maskanah; Suratun Suratun; Sukron Sukron; Yulius Tiranda
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 4, No 2 (2019): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jkm.v4i2.3128

Abstract

Objective: To find out the relationship between the physical activity and blood pressure hypertensive patients of Muhammadiyah Hospital of Palembang. Methode: Cross sectional method was used with the number of sample of 67 hypertensive patients taken by using purposive sampling technique: The Fisher Exact test was used to analyze the relationship between physical activity and blood pressure.Results: The result showed that most of the activities carrie d out were moderate activities (67,2%). The result pf the analysis showed that there was a significant relationship between physical activity and systole and diastolic blood pressure with each p value of 0,003, OR: 6,458 and p value 0, 013, OR: 144.  Conclusion: There was a significant relationship between phsical activity and blood pressure. It is expected that health workers be able to play an active role and involve families in optimizing phsical activity for patient with hypertension.
PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN APLIKASI AUGMENTED REALITY TERHADAP PEMAHAMAN ANATOMI TUBUH MANUSIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN Efroliza Efroliza; Sukron Sukron
Jurnal 'Aisyiyah Medika Vol 6, No 1: Februari 2021 Jurnal 'Aisyiyah Medika
Publisher : stikes 'aisyiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/jam.v6i1.572

Abstract

Latar Belakang: Perkembangan tekhnologi yang semakin canggih, dunia kini memasuki  era revolusi industri 4.0, yakni menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, bigdata, robotic dan  revolusi digital. Sehingga media pembelajaran merupakan hal penting dalam membentuk hasil belajar mahasiwa, Anatomi tubuh manusia merupakan ilmu dasar keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan. Peningkatan pemahaman mahasiswa kita bisa menggunakan media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi Augmented Reality dengan media aplikasi Augmented Reality yang akan  menampilkan animasi 3D yang ditampilkan secara virtual pada perangkat mobilephone. Tujuan: Tujuan penelitian  ini adalah untuk menerapkan media pembelajaran aplikasi  Augmented Reality  anatomi tubuh manusia pada mahasiswa keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang. Metode: Penelitian kuantitatif dengan rancangan quasy ekperimen one group pre dan post test dengan sampel 31 responden dari masing-masing kelompok. Waktu penelitian tanggal 24 Agustus sampai 10 September 2020 di STIKes Muhammadiyah Palembang.  Analisis data menggunakan Uji T-test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh media pembelajaran aplikasi Augmented Reality terhadap pemahaman anatomi tubuh manusia pada mahasiswa keperawatan dengan p-value 0,000 yang menunjukkan ≤ 0,05. Saran: Hasil jurnal dapat diaplikasikan ke dalam media pembelajaran di kelas maupun praktikum, untuk penelitian selanjutnya untuk membuat 3D animasi kelainan sistem pada anatomi tubuh manusia.Kata Kunci: Media, Aplikasi Augmented Reality, Anatomi tubuh
PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP TINGKAT SENSITIVITAS KAKI KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Sukron Sukron; Efroliza Efroliza
Jurnal 'Aisyiyah Medika Vol 6, No 1: Februari 2021 Jurnal 'Aisyiyah Medika
Publisher : stikes 'aisyiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/jam.v6i1.560

Abstract

Latar Belakang: Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya adalah kerusakan neuropati yang berupa hilangnya sensitivitas kaki. Salah satu terapi non farmakologi untuk mengatasi hilangnya sensitivitas kaki adalah senam kaki diabetes yang bertujuan untuk melancarkan peredaran darah. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes menggunakan koran terhadap sensitivitas kaki klien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Metode: Penelitian ini bersifat kuantitatif melalui pendekatan Pre – Eksperimental dengan rancangan One group pretest and postest. Penelitian ini dilaksanakan pada 1juli sampai dengan 16 Agustus 2020 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Sampel pada penelitian menggunakan metode Non probability sampling yaitu sebanyak 45 responden  dengan  instrumen  penelitian  berupa  pengukuran  dengan  benang monofilament test. Hasil : penelitian ini menunjukkan bahwa rata – rata skor tingkat sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam kaki diabetes adalah 3,44 dan rata – rata skor tingkat sensitivitas  kaki  setelah  dilakukan  senam  kaki  diabetes  adalah  4,56. Analisa menggunakan Uji Wilcoxon menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara senam kaki diabetes menggunkan koran terhadap tingkat sensitivitas kaki klien diabetes melitus tipe 2 (p = 0,000). Saran: Diharapkan kepada Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammdiyah Palembang sebaiknya dapat memberikan terapi non farmakologi seperti senam kaki untuk meningkatkan sensitivitas kakiklien diabetes melitus tipe 2. Kata Kunci       : Diabetes Melitus Tipe 2, Sensitivitas Kaki, Senam Kaki Diabetes
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT TK II DR AK GANI PALEMBANG Sukron Sukron
Masker Medika Vol 9 No 1 (2021): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52523/maskermedika.v9i1.455

Abstract

Latar Belakang: Stroke dapat mengganggu fungsi kontrol tubuh yang mengakibatkan tubuh tidak bisa bergerak sebagaimana mestinya serta menyebabkan gangguan pada daya ingat, penurunan persepsi terhadap suatu keadaan, atau bahkan kehilangan semua kemampuan yang biasa dilakukan Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan kualitas hidup pada pasien pasca stroke. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian survei analitik menggunakan rancangan cross-sectional, teknik pengambilan sampel adalah tehnik non probability sampling dengan pendekatan purposive sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 39 orang. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya melakukan analisa data dengan uji statistik Chi Square. Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian didapatkan 59% pasien pasca stroke memiliki kualitas hidup baik, 59% responden berjenis kelamin laki-laki, 79.5% responden berusia antara 46-65 tahun, 61.5% responden menikah, dan 53.8% responden memiliki tingkat pendidikan dasar. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan antara kualitas hidup dengan jenis kelamin (p Value = 0.536), tidak ada hubungan antara kualitas hidup dengan usia (p Value = 0.235), tidak ada hubungan antara kualitas hidup dengan status marital (p Value = 0.817), dan ada hubungan antara kualitas hidup dengan tingkat pendidikan (p Value = 0.001). Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara kualitas hidup pasien pasca stroke dengan jenis kelamin, usia dan status marital responden. Ada hubungan antara kualitas hidup pasien pasca stroke dengan tingkat pendidikan responden.
Health service for diabetic foot ulcer patients during covid-19 pandemic Hermawati Hermawati; Yulius Tiranda; Sukron Sukron
Media Keperawatan Indonesia Vol 4, No 4 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2638.047 KB) | DOI: 10.26714/mki.4.4.2021.311-322

Abstract

In early 2020, the whole world was shocked by the COVID-19 pandemic, which impacted all aspects of life. One was changes in the service system and health care for patients with diabetic foot ulcers (DFU). Wound care in DFU patients should be routine but while minimizing hospital visits to reduce the risk of exposure to COVID-19. The objective of this study was to explore the health services provided to DFU patients during the COVID-19 pandemic at the hospital. This study used a literature review approach with six electronic databases, namely National Library, PubMed, Science Direct, ProQuest, Springer Nature, and Wiley, in 2019-2021. The keyword used were health service, diabetic foot ulcer and COVID-19. around 669 articles identified, 12 articles met the inclusion. The articles reviewed were obtained from the result of discussion and validations between researcher and supervisors following the Prisma Guideline. Health services for DFU patients during the COVID-19 pandemic may be conducted through several stages including a) online consultation or telemedicine as the first stage, b) continued with triage process, and c) screening for individual patients needs. Health services for DFU patients during the COVID-19 pandemic have changed according to the following conditions. The first procedure was to conduct an online consultation (telemedicine) to assess the client’s condition related to complaints, then proceed with the triage process to prioritize care and service needs. The health of each patient and screening to check for symptoms of COVID-19 as well as carried out additional screening, CT Thorax and Swab if the patient had to go to the hospital.
PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK DAN TERAPI MUROTAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI BEDAH MAYOR Sukron Sukron
Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol 9, No 1 (2018): Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan
Publisher : STIKES 'Aisyiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/bi.v9i1.115

Abstract

Latar belakang: Kecemasan pada pasien preoperasi arus diatasi, karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis seperti meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan penyulit saat operasi berupa perdarahan dan menghambat penyembuhan post operasi. Tujuan: Mengetahui perbedaan efektivitas terapi musik klasik dan terapi murotal terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi bedah mayor di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2018. Metode: Disain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment pretest and post test control group desain. Populasi seluruh pasien pre operasi bedah mayor di Rumah sakit Muhammadiyah Palembang, Metode pengumpulan data menggunaan kuesioner APAIS dengan sampel sebanyak 32 responden yang dibagi kedalam dua kelompok intervensi. Hasil: Kecemasan sebelum terapi musik klasik pada pasien pre operasi bedah mayor adalah 20,25 dan setelah terapi musik klasik 18,56, sebelum terapi murottal 21,69, setelah terapi murottal 20.00. Dari hasil analisi Ada perbedaan signifikan tingkat kecemasan sebelum dan setelah mendengarkan terapi musik klasik (p-value 0,009), dan sebelum dan setelah mendengarkan terapi murottal (p-value 0,014) namun tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pasien yang mendengarkan musik klasik dan mendengarkan murottal (p-value 0,107) Kesimpulan: Terapi musik klasik dan terapi murotal sangat efektif digunakan dalam menurunan tingkat kecemasan dan bisa menjadi bahan acuan bagi rumah sakit untuk memberikan intervensi keperawatan bagi pasien yang akan menjalani tindakan operasi mayor.Kata Kunci: Kecemasan, Musik Klasik, dan Terapi Murotal
Terapi Komplementer yang Berpengaruh Terhadap Penurunan Teknanan Darah Pasien Hipertensi di Indonesia: Literature Review Weny Kusuma; Yulius Tiranda; Sukron Sukron
JKM : Jurnal Keperawatan Merdeka Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Keperawatan Merdeka
Publisher : Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.924 KB) | DOI: 10.36086/jkm.v1i2.1010

Abstract

Latar Belakang: Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi merupakan bentuk pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi. Pengobatan atau perawatan pelayanan kesehatan tradisional komplementer dilakukan dengan menggunakan keterampilan, ramuan, atau kombinasi dengan memadukan antara keterampilan dan ramuan. Terapi komplementer yang ahkir-ahkir ini berkembang di Indoneisa dalam penatalaksanaan hipertensi akan tetapi belum banyak yang melakukan review mengenai terapi komplementer pada pasien hipertensi. Tujuan: Untuk mengetahui jenis terapi kompelemter penurunan tekanan darah hipertensi. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan menggunakan 3 database elektronik seperti google scholar, pubmed, perpusnas, antara tahun 2012-2020. Kata kunci yang digunakan yaitu hipertensi, terapi komplementer, Indonesia. Dari 791 artikel yang diidentifikasi, 25 yang dilakukan review. Artikel yang direview didapatkan dari hasil diskusi dan validasi antara peneliti dan pembimbing dengan menggunakan Prisma Guideline. Hasil: Dari literaturee review ini bahwa terapi komplementer seperti: (Rebusan dan Jus: infused air mentimun, jus mentimun, buah pisang, jus tomat, rebusan daun alpukat, rebusan daun sirih), yoga, meditasi, musik klasik, tekuk dan hipnotis, terapi SEFT, relaksasi otot progresif, teknik nafas dalam, pijat refleksi, dance movement terapi, mases kaki, hidroterapi, terapi tertawa, terapi akupresure, terapi akupuntur. menunjukan hasil signifikan terhadap penurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Kesimpulan: Terdapat 15 terapi komplementer dapat digunakan dan dipercaya untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di Indonesia.