Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Studi Komparasi Metode Penyelesaian Mukhtalif Al-Hadīs antara Muhaddisin dan Fuqaha Zakiul Fuady Muhammad Daud; Irwanto Irwanto
Islamika Inside: Jurnal Keislaman dan Humaniora Vol 7 No 1 (2021): JUNI
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (FUAH) UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1447.784 KB) | DOI: 10.35719/islamikainside.v7i1.128

Abstract

Abstract: Outwardly, there are hadith that seem contradictory between one hadith and another. It happened not because of the inconsistency of the Prophet Muhammad in giving his words but because of the method of hadith researchers in understanding them. In resolving these contradictory hadiths, there are several methods used by scholars. This paper aims to determine the methods used by hadith scholars and fiqh scholars in completing these hadiths and to compare the methods they use. This research is a literature review using content analysis as a data analysis technique. The results of this study indicate that hadith and fiqh scholars have the same sequence of methods in resolving contradictory hadith, they are al-jam'u (compromising), nasakh (abrogating), tarjih (confirming), and tawaqquf methods (moratorium). Only does Imam Abu Hanifah has a different order, they are nasakh, tarjih, al-jam'u, and tawaqquf. The comparison of the methods used by the two groups of scholars, both hadith and fiqh scholars agreed to prioritize the al-jam'u method as an attempt not to paralyze one hadith with other hadiths. However, in contrast to Imam Abu Hanifah, who prioritized the nasakh method rather than the al-jam'u method, consequently there were hadiths that were not used.
ANALISIS AL-ASHIL WA AD-DAKHIL PADA CATATAN KAKI TERJEMAHAN ALQUR’AN KEMENTERIAN AGAMA EDISI PENYEMPURNAAN 2019 Irwanto Irwanto
Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam Vol. 12 No. 1 (2022): Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam
Publisher : Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/liwauldakwah.v12i1.1240

Abstract

Baik riwayat maupun nalar sebagai unsur substantif utama tafsir berpotensi terpapar infiltrasi yang menciderai orisinilitas penafsiran itu sendiri. Terjemahan Alquran sebagai suatu kegiatan mengalihkan bahasa Alquran dari Bahasa Arab ke bahasa sasaran tidak terlepas dari kontribusi tafsir didalamnya, karenanya, keterpaparan tafsir terhadap infiltrasi memberikan dampak kepada terjemahan Alquran, dan ini berefek kepada pemahaman masyarakat yang kurang tepat terhadap Alquran. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana bentuk orisinilitas (al-asil) dan infiltrasi (al-dakhil) dalam penafsiran Alquran serta bagaimana orisinilitas dan infiltrasi masuk dalam terjemahan Alquran Kementerian Agama edisi penyempurnaan 2019, sehingga hal ini dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan terjemahan di masa yang akan datang. Penelitian ini merupakan penelitian sumber dengan jenis penelitian kepustakaan (library research), objek penelitiannya adalah terjemahan Alquran Kementerian Agama, pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan menggunakan sumber data primer dan sekunder, kemudian data dianalisis dengan pendekatan analisis isi (content analysis). Hasil penelitian ini, pertama, orisinilitas penafsiran Alquran meliputi menafsirkan Alquran dengan Alquran, Hadis dan asar yang maqbul serta penggunaan nalar yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syara’ dan keilmuan; kedua, infiltrasi dalam penafsiran meliputi menafsirkan Alquran dengan riwayat israiliyat yang bertentangan dengan prinsip Alquran dan hadis, Hadis palsu dan semi palsu serta nalar yang menyimpang; ketiga, al-asil pada catatan kaki terjemahan Alquran Kementerian Agama merupakan suatu yang dominan, dan penjelasan didalamnya berdasarkan kepada penafsiran Alquran dengan Alquran, Hadis yang sahih, dan riwayat sahabat serta tabi’in yang dapat diterima, selain itu penalaran yang digunakan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip islam, kebahasaan dan tafsir. Al-dakhil pada catatan kaki tersebut sangat sedikit ditemukan dan hanya terbatas pada aspek riwayat karena menggunakan riwayat yang lemah dan israiliyat.