Syaeful Rokim
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hidayah Bogor

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah

ADAB PENDIDIK DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI AYAT 60-82 (Studi Tafsir Tematik) Riri Rafiani Fitri; Syaeful Rokim; Rumba Triana
Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah Vol 1, No 02 (2021): Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah
Publisher : STAI Al-Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.604 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adab seorang pendidik sebagaimana yang terkandung dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82. Metode penelitian ini adalah tematik. Berdasarkan hasil analisa yang penulis lakukan terhadap tafsir surat Al-Kahfi ayat 60-82, dapat simpulkan bahwa di dalam kisah tersebut terdapat dua sosok guru, yaitu Nabi Musa yang merupakan guru dari Yūsha' bin Nūn, dan Khidir yang merupakan guru dari Nabi Musa. Dari kedua guru tersebut, penulis dapat simpulkan beberapa adab guru yang terkandung di dalamnya, yaitu adab Nabi Musa sebagai guru kepada Yūsha' bin Nūn adalah memaafkan kesalahan murid serta menerima alasan dan permintaan maaf murid. Adab Khidir sebagai guru kepada Nabi Musa yaitu: Rendah hati dan mengembalikan ilmu kepada Allah, menjumpai murid dengan persiapan yang maksimal, memaafkan kesalahan murid, tidak mengajarkan ilmu yang belum saatnya dipelajari  murid, berusaha mengetahui karakter calon murid, tidak menolak murid yang bertekad ingin belajar, memberikan penjelasan tentang ilmu yang akan diajarkan, bersabar terhadap perkataan murid yang menyakitkan. Sumber data primer yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Tafsīr Al-Qurṭubī karya Abū ‘Abdullāh Al-Qurṭubī, Tafsir Fi Dzilalil al-Qur'an Karya Sayyid Qutb, Tafsir Al-Azhar karya Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), dan Tafsir Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an karya Muhammad bin Jarir ath-Thabari.
ADAB PENDIDIK DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI AYAT 60-82 (Studi Tafsir Tematik) Riri Rafiani Fitri; Syaeful Rokim; Rumba Triana
Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah Vol 3, No 1 (2023): Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah
Publisher : STAI Al-Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.822 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adab seorang pendidik sebagaimana yang terkandung dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82. Metode penelitian ini adalah tematik. Berdasarkan hasil analisa yang penulis lakukan terhadap tafsir surat Al-Kahfi ayat 60-82, dapat simpulkan bahwa di dalam kisah tersebut terdapat dua sosok guru, yaitu Nabi Musa yang merupakan guru dari Yūsha' bin Nūn, dan Khidir yang merupakan guru dari Nabi Musa. Dari kedua guru tersebut, penulis dapat simpulkan beberapa adab guru yang terkandung di dalamnya, yaitu adab Nabi Musa sebagai guru kepada Yūsha' bin Nūn adalah memaafkan kesalahan murid serta menerima alasan dan permintaan maaf murid. Adab Khidir sebagai guru kepada Nabi Musa yaitu: Rendah hati dan mengembalikan ilmu kepada Allah, menjumpai murid dengan persiapan yang maksimal, memaafkan kesalahan murid, tidak mengajarkan ilmu yang belum saatnya dipelajari  murid, berusaha mengetahui karakter calon murid, tidak menolak murid yang bertekad ingin belajar, memberikan penjelasan tentang ilmu yang akan diajarkan, bersabar terhadap perkataan murid yang menyakitkan. Sumber data primer yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Tafsīr Al-Qurṭubī karya Abū ‘Abdullāh Al-Qurṭubī, Tafsir fi Dzilalil Al-Qur'an Karya Sayyid Qutb, Tafsir Al-Azhar karya Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), dan Tafsir Jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an karya Muhammad bin Jarir ath-Thabari.
KONSEP DAKWAH MEDIA SOSIAL DALAM Al QUR’AN (Studi Tafsir Surat An Nahl: 125) Hasan Basri; Syaeful Rokim; Aceng Zakaria
Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah Vol 3, No 1 (2023): Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah
Publisher : STAI Al-Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.282 KB)

Abstract

Kemunculan media sosial sangat mempengaruhi karakter kehidupan masyarakat, media sosial juga sangat membantu dalam menyampaikan pesan dakwah, dakwah di media sosial juga dapat memicu keresahan bagi pengguannaya karena caranya yang tidak tepat, dari sini perlu adanya solusi atas peroblematika dakwah media sosial. penelitian ini berupaya memberikan solusi dengan konsep baru yang ditemukan berdasarkan kaidah Al-Qur’an  surat An-Nahl: 125. Penelitian ini menggunakan jenis qualitative research. Sumber data primer yang digunakan adalah buku-buku dan jurnal yang berhubungan dengan tema dakwah, sumber data skunder yang digunakan adalah buku-buku, kitab-kitab tafsir, jurnal dan skripsi. Metode penafsiran yang digunakan untuk menganalisis ayat adalah dengan tafsir maudhu’i/tematik. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah menggambarkan secara umum mengenai konsep dakwah media sosial yang terkandung dalam ­Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 yaitu a) tujuan dakwah karena Allah, b) dengan cara yang bijak, c) komunikasi yang baik, d) respon yang baik, dan e) tidak memaksakan kehendak.
Kecerdasan Spiritual Dalam Persepektif Al-Quran (Kajian Tafsir Tematik) Riswan Riswan; Syaeful Rokim; Ibrahim Bafadhol
Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah Vol 3, No 02 (2023): Cendikia Muda Islam: Jurnal Ilmiah
Publisher : STAI Al-Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bermaksud untuk menjabarkan konsep kecerdasan spiritual dalam perspektif Al-Qur’an berdasarkan kajian tafsir tematik, Metodenya dengan menggunakan kualitatif. Yang menjadi sumbernya dalam penelitian ialah Al-Qur’an dan kitab tafsir. Muhammad Rasyid Ridha Mengatakan dalam tafsirnya bahwa dalam pandangan A-Qur’an, akal lebih dimaknai sebagai fungsional bagi manusia itu sendiri untuk memfungsikan kecerdasannya yaitu kecerdasan spiritual dan membawa tanggung jawab untuk mengarahkan ke jalan yang baik dan benar. Yang mana Allah mengkhususkan kepada mereka dengan perintah-Nya, atau menyapa mereka dengan segala bentuk sapaan dari ayat-ayat Al-Qur’an, mereka disapa dengan sapaan ulū al-Albāb atau uly al-Albāb diulang 16 kali dalam Al-Qur’an, orang-orang yang memiliki kecerdasan spiritual yaitu seperti kreteria Uly al-Albāb. Kecerdasan spiritual menurut konsep Al-Qur’an yaitu orang yang mampu memfungsikan akalnya dengan baik dan benar sesuai tuntunan agama islam, sehingga bersih dari kotoran hawa nafsu, yang tentu membawa kepada keberuntungan dan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak, yang mempunyai sepuluh sifat.