Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

MENDESKRIPSIKAN HUNIAN LAMA YANG MASIH DITINGGALI KERABAT KERATON DI PERMUKIMAN KASEPUHAN M. Rizqi N; Iwan Purnama
Jurnal Arsitektur Vol. 11 No. 1 (2019): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1510.821 KB) | DOI: 10.59970/jas.v11i1.14

Abstract

Keraton Kasepuhan merupakan sebuah pusat cagar budaya yang berdiri pada tahun 1529 dan memiliki peranan penting dalam, mewarisi sejarah pada abad penyebaran islam. Keraton Kasepuhan masih eksis seperti halnya Keraton-Keraton lainnya di Indonesia. Permukiman sekitar keraton terbentuk, bermula dari diperuntukannya para Wargi dan juga abdi dalem. terutama di kampung Mandalangen yang hingga sampai saat ini, berdiri diatas tanah Keraton atau disebut Magersari. Selain dari Kampung Mandalangen ada beberapa wilayah yang masih berada dalam permukiman sekitar Keraton Kasepuhan yaitu: Kampung Kasepuhan, Kampung Banjar Melati dan Kampung Siti Mulya. Berjalan nya waktu, banyak pendatang baru yang menetap di Permukiman tersebut. Terutama di kampung Mandalangen hal ini mengakibatkan kepadatan penduduk semakin tinggi sehingga hunian lama yang berdiri diwilayah tersebut megalami perubahan dari pola tatanan masa hingga perubahan fisik dari hunian lama tersebut . Metode yang digunakan adalah observasi langsung di lapangan untuk mengamati hunian yang terbentuk. Dengan melakukan penelitian dilapangan serta melakukan tahapan tahapan, penulis mendapatkan data yang objektif. Sehingga penulis mengambil topik ini dengan maksud untuk mendeskripsikan hunian lama milik kerabat Keraton.
PERUBAHAN FUNGSI, LAHAN, DAN BANGUNAN DI KORIDOR JALAN YOS SUDARSO Rafika Azhar Nurfadhilah; Iwan Purnama
Jurnal Arsitektur Vol. 11 No. 2 (2019): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1303.504 KB) | DOI: 10.59970/jas.v11i2.19

Abstract

Koridor Jalan Yos Sudarso merupakan wilayah yang memiliki nilai sejarah cukup tinggi hingga dijuluki sebagai Kota Tua. Seiring berjalannya waktu, pada Koridor Jalan Yos Sudarso telah terjadi perubahan fungsi, perubahan lahan dan perubahan bangunan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan fungsi, rehabilitas bangunan, penambahan fungsi dan penambahan bangunan, serta munculnya bangunan – bangunan modern di sepanjang koridor. Untuk hasil yang didapat, terdapat 5 bangunan tua yang masih berdiri kokoh di sepajang koridor yang sudah mengalami perubahan fungsi  seperti Kantor Residen Cirebon yang kini menjadi tanah yang kosong serta tanah kosong dibangun menjadi bangunan baru bergaya modern, perubahan lahan dengan adanya penambahan bangunan seperti Bank Indonesia dan Gereja Santo Yusuf dan rehabilitasi pada bangunan tua seperti pada bangunan Kantor Pos Indonesia.
TATA LETAK SITI INGGIL DI KERATON KASEPUHAN DAN KERATON KANOMAN Labib Irfan; Iwan Purnama
Jurnal Arsitektur Vol. 12 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2237.618 KB) | DOI: 10.59970/jas.v12i1.71

Abstract

Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada masa perkembangan Islam atau sekitar tahun 1529. Pada awal dibangunnya Keraton Kasepuhan merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati yang merupakan keraton tertua di Cirebon. Keraton Pakungwati yang terletak di sebalah timur Keraton Kasepuhan, dibangun oleh Pangeran Cakrabuana (Putera Raja Pajajaran) pada tahun 1452, bersamaan dengan pembangunan Tajug Pejlagrahan yang berada di sebelah timurnya. Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar tahun 1678 M. Seperti apa tata letak siti inggil di keraton kasepuhan dan kanoman dan apa fungsi siti inggil di keraton kasepuhan dankanoman ?. selain itu dapat mengetahui perbedaan tata letak siti inggil di keraton kasepuhan dan kanoman. Siti Inggil terletak di utara keraton yang dikelilingi oleh tembok bata merah yang menjadi cirri khas Keraton Kasepuhan Cirebon. Siti Inggil memilik makna lemah dhuwur atau tanah tinggi sesuai dengan kawasan yang berada pada tatanan tanah yang lebih tinggi sesuai dengan kawasan yang lebih tinggi dari kompleks lainya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif yaitu metode pembahasan dengan pemaparan, penguraian, penggambaran data – data dan teori yang berhubungan dengan permasalahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa orientasi siti inggil pada Keraton kanoman adalah menghadap ke barat sedangkan pada Keraton Kasepuhan menghadap ke utara
PERKEMBANGAN HUNIAN BARU DI PERMUKIMAN SEKITAR KERATON KASEPUHAN CIREBON Yusup Amrullah; Iwan Purnama
Jurnal Arsitektur Vol. 12 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2492.417 KB) | DOI: 10.59970/jas.v12i1.73

Abstract

Keraton kasepuhan merupakan salah satu penginggalan kota Cirebon yang sampai sekarang masih eksistensi keberadaannya dikota Cirebon. Keraton ini juga menunjukan ciri khasnya dalam bentuk sebuah bangunan tradisionalnya, selain itu terdapat permukiman yang berada persis di dekitar keraton. Permukiman tersebut yaitu untuk memeuhi kebutuhan magersari sebagai tempat tinggal ketika bekerja di keraton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan hunian baru atau rumah tinggal disekitar keraton, yang memliki perubahan dari segi fisik bentuk bangunan. Penelitian ini dilakukan dnegan cara pendokumentasian dan pemetaan letak titik bangunan baru yang memiliki perubahan meurut peneliti. Dengan adanya tujuan penelitian tersebut maka kita bisa mengetahui bagaimana proses terjadinya perubahn yang terjadi pada bangunan sekitar keraton, dikarenakan bangunan tersebut berada di wilayah keraton dan tanah tersebut masih ada bagian yang dimiliki keratin. Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan hunian baru terjadi karena perilaku bangunan dan masyarakat itu sendiri. Gaya hidup masyarakat yang lebih kearah simple dan praktis membuat bangunanpun mengedepankan terhadap kebutuhan dan menyampingkan terhadap nilai-nilai budaya tradisional yang ada di Keraton kasepuhan.
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN LAYAK HUNI DI KAWASAN PECINAN KOTA CIREBON Sinta Rahayu; Iwan Purnama
Jurnal Arsitektur Vol. 14 No. 2 (2022): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1940.563 KB) | DOI: 10.59970/jas.v14i2.77

Abstract

Kemunculan kampung kota merupakan fenomena yang banyak terjadi terutama di negara-negara berkembang dan sebenarnya adalah sebuah bentuk asli dari kota-kota di Indonesia. Disisi lain, dalam kampung kota yang padat juga terdapat berbagai masalah yang selanjutnya dapat menyebabkan munculnya pemukiman kumuh dalam kampung kota tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, kondisi yang terjadi di Kampung Pecinan memiliki permasalahan yang menarik untuk dijadikan sebagai obyek penelitian sebagai salah satu Kampung Kota yang memiliki keterkaitan dengan sejarah kota Cirebon. Kemilaunya kota justru membuat mereka terjerumus kedalam kemiskinan yang pada akhirnya harus tinggal dan menetap di tempat yang tidak layak huni. Tingkat pendidikan dan pendapatan di permukiman kumuh secara umum sangat rendah dan dari persentase yang ada bahwa rata-rata. Untuk wilayah penelitian pada Kawasan Pecinan dan Kawasan Panjunan memiliki sisi negative terhadap pengembangan wilayah. Hal seperti ini didasarkan akan latar belakang masyarakat, karena berada di Kawasan padat penduduk, Kawasan tersebut menjadi cenderung kumuh.
IDENTIFIKASI TATA RUANG DAN BENTUK BANGUNAN CIPTA NIAGA Nur Irfany A; Iwan Purnama
Jurnal Arsitektur Vol. 12 No. 2 (2020): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2336.024 KB) | DOI: 10.59970/jas.v12i2.105

Abstract

Cipta Niaga adalah bangunan bersejarah yang terletak di Jl. Kebumen, Kota Cirebon. Gedung ini dibangun pada tahun 1911, dan dirancang oleh Eduard Cuypers melalui perusahaan konsultan F.D Cuypers & Hulswit. Konsultan itu terkenal dengan Arsitektur Kolonialnya. Karya desain mereka di Kota Cirebon antara lain Gedung Bank Indonesia, Gedung Cipta Niaga, dan Gedung British American Tobacco (BAT). Gedung ini dulunya berfungsi sebagai kantor perdagangan, dan sekarang berfungsi sebagai kantor distributor pupuk, minyak, tepung, pestisida dan alat kesehatan. Bangunan Cipta Niaga mengalami perubahan tata ruang yang berdampak pada perubahan bentuk. Perubahan dapat dilihat dengan penambahan ruang baik dengan menggunakan sekat maupun penambahan dinding. Dengan menggunakan metode penelitian deduktif kualitatif yang dilakukan pada obyek kajian Gedung Cipta Niaga diharapkan dapat ditemukan jawaban mengenai perubahan bentuk dan tata ruang bangunan baik bentuk fisik maupun fungsi pada bangunan.
IDENTIFIKASI TATA RUANG DALAM PADA GEDUNG NEGARA KOTA CIREBON Nur Muhammad Barokah; Iwan Purnama
Jurnal Arsitektur Vol. 13 No. 1 (2021): Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59970/jas.v13i1.110

Abstract

Cirebon merupakan salah satu kota di Indonesia yang terletak di pulau Jawa dan dikenal sebagai kota yang kaya akan nilai sejarah. Salah satunya dibuktikan dengan adanya bangunan Residentswoning. Residentswoning merupakan bangunan peninggalan Belanda yang dahulu digunakan sebagai rumah dinas Residen Cirebon. Residentswoning saat ini lebih dikenal dengan nama Gedung Negara, dan difungsikan sebagai gedung pemerintahan. Gedung Negara cukup berbeda dengan bangunan pada umumnya, susunan/pola pembentuk ruang dalam yang berbeda dengan bangunan Gedung negara lain dan perubahan/penambahan ruang dalam pada bangunan Gedung negara menjadi landasan utama mengapa dilakukannya penelitian tentang tata ruang dalam Gedung Negara sehingga perlu dilakukan identifikasi dan analisis perubahan ruang dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pola tata ruang dalam pada bangunan Gedung Negara tersebut.
PENDOKUMENTASIAN GAMBAR TERUKUR CAGAR BUDAYA OMAH GEDE DAN WITANA BUYUT TRUSMI CIREBON Rahadhian P herwindo; Kamal A Arif; Mira Dewi; Roni Sugiarto; Mimie Purnama; Iwan Purnama; Nur Hidayah
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sabangka Vol. 2 No. 01 Januari (2023): Jurnal Pengabdian Masyarakat Sabangka
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Cirebon merupakan wilayah di pesisir Jawa Barat yang memiliki kekayaan cagar budaya termasuk dalam wujud arsitekturnya. Secara garis besar, upaya pelestarian cagar budaya dilakukan melalui upaya perlindungan, pemeliharaan, dan dokumentasi. Upaya perlindungan dilakukan melalui penyelamatan, pengamanan. Upaya pemeliharaan dilakukan melalui konservasi dan pemugaran. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung Upaya dokumentasi dilakukan melalui perekaman data dan publikasi. Adapun perekaman data, merupakan rangkaian kegiatan pembuatan dokumen tentang cagar budaya yang dapat memberikan informasi atau pembuktian keberadaannya. Kegiatannya berupa pemotretan, penataan, penggambaran, survey. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk mendukung Pemerintah Daerah Cirebon dan masyarakat dalam pendokumentasian Cagar Budaya. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal kepekaan dan pemahaman mengenai bangunan cagar budaya di wilayah Jawa Barat. Selain itu materinya dapat dikembangkan untuk menunjang penelitian dan abdimas berikutnya. Metode Dokumentasi ini dilaksanakan dengan pendekatan measured drawing dilakukan pada Bale Gede dan Witana Trusmi melalui pengukuran keseluruhan kondisi eksisting bangunan sedemikian adanya. Hasilnya digunakan sebagai dokumen referensi dalam melakukan penelitian ataupun pemugaran/renovasi bangunan kedepannya apabila terjadi kerusakan/ kehancuran pada bangunan yang bersangkutan.