Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Management of Midwifery Care on 19 Years Old GIP0A0 Gestational Age 11 Weeks 3 Days with Incomplete Abortion at Pringsewu Regional General Hospital Ayu, Juwita Desri; Puspita, Linda
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 8, No S1: Supplement
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.432 KB) | DOI: 10.30604/jika.v8iS1.1636

Abstract

Incomplete abortion is bleeding from the uterus in less than 20 weeks of pregnancy, accompanied by some of the products of conception that have come out of the uterine cavity, and some are still left behind. Methods The research design is descriptive quantitative observational with the type of Case Report (CARE). This study aims to carry out the Management of Midwifery Care on 19 Years Old GIP0A0 Gestational Age 11 Weeks 3 Days with Incomplete Abortion at Pringsewu Regional General Hospital in 2017 by applying Varney's 7 steps and midwifery’s documentation done in the form of SOAP (Subjective, Objective, Assessment and Plan). Results in A case study was conducted with a diagnosis of incomplete abortion based on comprehensive anamnesis and physical examination data. Mrs.”H” came to the Pringsewu Regional General Hospital with the main complaint of bleeding in the form of spots from the birth canal since February 15th, 2022. Then, on February 16th, 2017, there was bleeding in the formation of clots from the birth canal. The patient looks weak, conscious composmentis, blood pressure 130/80 mmHg, pulse 80 beats/minute, respiratory 20 breaths/minute, body temperature 36.5ºC, fundal height two fingers above the symphysis pubis, Ostium Uteri Externum/ Ostium Uteri Internum is closed. Ultrasound examination with residual tissue impressions, anteflexed uterus, and Femur Length (-), it is possible that an incomplete abortion will occur. On Mrs."H," a curettage was carried out. On the first-day post curettage, the patient's condition began to improve, there was still bleeding from the vagina, and there was still tenderness in the lower abdomen, and no obstacles were found during the procedure. Conclusion Based on the results of a case study with Varney's 7 Step Midwifery Care Management and documentation in the form of SOAP used in the process of resolving obstetric problems that occurred in Mrs."H," it can be concluded that Mrs "H" was diagnosed with incomplete abortion and curettage was carried out as a form of management of incomplete abortion cases. Abstrak: Abortus inkomplit merupakan perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Metode Desain penelitian ini adalah observasional kuantitatif deskriptif dengan jenis Case Report (CARE). Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “H” 19 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 11 Minggu 3 Hari Dengan Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2017 dengan menerapkan 7 langkah Varney dan pendokumentasian kebidanan dilakukan dalam bentuk SOAP (Subjective, Objective, Assessment and Plan). Hasil Studi kasus yang dilakukan pada Ny “H” dengan hasil diagnosis Abortus Inkomplit berdasarkan data anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan secara komprehensif. Ny “H” datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dengan keluhan utama keluar darah berupa flek dari jalan lahir sejak tanggal 15 Februari 2022. Kemudian, pada tanggal 16 Februari 2017 terjadi perdarahan berupa gumpalan dari jalan lahir. Pasien tampak lemah, kesadaran komposmentis, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 kali/ menit, pernapasan 20 kali/ menit, suhu 36.5ºC, Tinggi Fundus Uteri 2 jari di atas simpisis pubis, Ostium Uteri Eksternum/ Ostium Uteri Internum tertutup. Pemeriksaan USG dengan kesan sisa jaringan, uterus antefleksi, Femur Length (-), sangat mungkin terjadinya abortus inkomplit. Pada Ny “H” dilaksanakan tindakan kuretase. Pada hari pertama post kuretase, keadaan pasien mulai membaik, masih terdapat pengeluaran darah dari vagina dan masih ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan tidak ditemukan hambatan pada saat pelaksanaan tindakan. Kesimpulan Berdasarkan hasil studi kasus dengan Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yang digunakan dalam proses penyelesain masalah kebidanan yang terjadi pada Ny “H”, maka dapat disimpulkan bahwa Ny "H" ditegakkan diagnosa abortus inkomplit dan dilakukan tindakan kuretase sebagai bentuk tatalaksana dari kasus Abortus Inkomplit.
Relationship between nutritional status and the incidence of anemia in adolescent women Puspita, Linda; Ayu, Juwita Desri; Mukhlis, Hamid
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 8, No S1: Supplement
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.41 KB) | DOI: 10.30604/jika.v8iS1.1717

Abstract

Anemia is the ability of red blood cells to carry oxygen to other tissues is low (Onyeabo et al., 2017). The prevalence of adolescents in Lampung Province is 10.9% which is below the national prevalence (13.6%). The number of adolescents at SMPN 28 Bandar Lampung who had more Anemia was 64 students with HB less than 12 gr%, while SMPN 26 had fewer Anemia students with 26 students with HB less than 12 gr%. The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status and the incidence of anemia in adolescents in Public Junior High School 28 Bandar Lampung in 2021. This type of research is quantitative with a cross sectional approach. Research subjects were young women at SMPN 28 Bandar Lampung, with a sample of 93 respondents. The object of research is nutritional status and the incidence of anemia. The research was carried out at SMPN 28 Bandar Lampung. Data collection was carried out using observation sheets. Data analysis was carried out univariately and bivariately (gamma test). The results of the study revealed that 71 respondents with normal nutritional status (76.3%), Respondents with no incidence of anemia were 53 (57.0%). There is a relationship between nutritional status and the incidence of anemia in adolescents at SMP Negeri 28 Bandar Lampung in 2021 (p-value = 0.000). It is suggested that health workers can provide counseling about balanced nutrition or PUGS through schools and how to choose healthy food and health knowledge regarding adolescent reproductive health needs to be given as early as possible. Abstrak: Anemia adalah kemampuan sel darah merah untuk untuk membawa oksigen kejaringan lain rendah (Onyeabo at al., 2017). Prevalensi remaja di Provinsi Lampung terjadi 10.9% berada dibawah prevalensi nasional (13.6%).  Jumlah remaja SMPN 28 Bandar Lampung yang Anemia lebih banyak sejumlah 64 siswa HB kurang dari 12 gr %, sedangkan SMPN 26 jumlah remaja yang Anemia lebih sedikit sejumlah 26 siswa HB kurang dari 12 gr % Tujuan penelitian ini adalah diketahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 28 Bandar Lampung Tahun 2021. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek Penelitian remaja putri di SMPN 28 Bandar Lampung, dengan sampel sebanyak 93 responden. Objek penelitian status gizi dan kejadian anemia.Penelitian telah dilaksanakan di SMPN 28 Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar observasi.Analisis data dilakukan univariat dan bivariat (uji gamma). Hasil penelitian diketahui reponden dengan status gizi normal sebanyak 71 (76,3%), responden dengan tidak kejadian anemia sebanyak 53 (57,0%). Ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 28 Bandar Lampung Tahun 2021 (p-value = 0,000). Saran tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang atau PUGS melalui sekolah dan cara memilih makanan yang sehat dan pengetahuan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja perlu diberikan sedini mungkin
The Satisfaction Differentiation Between Conventional Counselling and Online Based Aplication Counselling Towards Adolescents Ayu, Juwita Desri
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No S1 (2022): Suplement 1
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.989 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7iS1.1206

Abstract

Media application is the most important part of a promotion for interacting. Moreover, counselling service is not only done Conventionally but also can be done by using an online application. The purposes of this research are to know the satisfaction differentiation level and comparison of the average satisfaction level between Conventional counselling and Online based application counselling. This research is Quantitative research. This research used a Cluster sample. The research population is 340 adolescents, and the sample of this research is 184 adolescents. The research design used Quasy Experimental Design by using the One Group Pretest-Posttest Design Approach. The data analysis used Non-Parametric by using Wilcoxon-Test. The frequency distribution level of satisfaction Conventional counselling is found 126 persons (68,48%) unsatisfied and 58 persons (31,52%) satisfied. The frequency distribution level of satisfaction Online counselling is found 53 persons (28,80%) unsatisfied and 131 persons (71,20%) satisfied. The result of statistic test is found P-value = 0.000 (less than 0.05). It showed that there is a differentiation of satisfaction between Conventional counselling and Online based application counselling towards adolescents in Junior High School 1 the Gadingrejo year of 2018. The average satisfaction level of Conventional counselling is 4.1777. The average satisfaction level of Online based application counselling is 4.5587, it means that the average satisfaction level of Online based application counselling is higher than the average satisfaction level of Conventional counselling. It can be suggested that Online based application counselling can be used as an innovation in giving adolescent reproductive health counselling. Abstrack: Aplikasi media merupakan bagian terpenting dalam sebuah promosi untuk berinteraksi. Sehinggapelayanan konseling tidak hanya dilakukan secara Konvensional, tetapi dapat juga dilakukanmelalui Online. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat kepuasan dan perbandingan rata-rata tingkat kepuasan antara konseling Konvensional dan konseling berbasisaplikasi Online. Jenis penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif. Penelitian ini menggunakan Cluster Sampling. Populasi dalam penelitian yaitu 340 remaja dan sampel penelitian ini adalah 184 remaja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Analisa data yang digunakan adalah analisa Non-Parametrik dengan menggunakan Wilcoxon Test. Distribusi frekuensi tingkat kepuasan konseling Konvensional didapatkan 126 orang (68,48%) tidak puas dan 58 orang (31,52%) puas. Distribusi frekuensi tingkat kepuasan konseling berbasis aplikasi Online didapatkan 53 orang (28,80%) yang tidak puas dan 131 orang (71,20%) yang puas terhadap konseling berbasis aplikasi Online. Hasil uji statistik didapatkan P-value = 0.000(kurang dari 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan antara konseling Konvensional dan konseling berbasis aplikasi Online. Pada konseling Konvensional didapatkan mean = 4.1777. Pada tingkat kepuasan konseling berbasis aplikasi Online didapatkan mean =4.5587, yang artinya rata-rata tingkat kepuasan konseling berbasis aplikasi Online lebih tinggi dibandingkan denganrata-rata tingkat kepuasan konseling Konvensional. Saran dari penelitianini adalah dapat dimanfaatkannya konseling berbasis aplikasi Online sebagai salah satu bentuk inovasi dalam pemberian pelayanan konseling kesehatan reproduksi remaja.