Unggul Prasetyo Wibowo, Unggul Prasetyo
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

BIOSTRATIGRAFI NANNOPLANKTON DAERAH RAJAMANDALA Wibowo, Unggul Prasetyo; Kapid, Rubiyanto
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 15, No 4 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.395 KB)

Abstract

Analisis biostratigrafi nannoplankton dilakukan pada 26 sampel spot sampling yang berasal dari daerah Rajamandala, Padalarang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Hasil data lapangan pada lokasi penelitian di daerah Rajamandala dijumpai adanya 6 satuan batuan dimana berdasarkan analisis biostratigrafi nannoplankton di 6 satuan batuan tersebut didapatkan kisaran umur sebagai berikut: satuan batupasir konglomeratan berumur tidak lebih muda dari Eosen Akhir dapat disebandingkan dengan Formasi Bayah yang berumur Eosen Tengah-Akhir; satuan batulempung berumur Eosen Akhir - Oligosen Akhir dapat disebandingkan dengan Formasi Batuasih yang berumur Oligosen Akhir; satuan napal berumur Oligosen Akhir - Miosen Awal dapat disebandingkan dengan Anggota Napal Formasi Rajamandala yang berumur Oligosen Akhir - Miosen Awal; Satuan batupasir-batulempung berumur Miosen Awal – Miosen Tengah bagian bawah dapat disebandingkan dengan Formasi Citarum yang berumur Miosen Awal; satuan breksi vulkanik berumur Miosen Tengah dapat disebandingkan dengan Formasi Saguling yang berumur Miosen Tengah; sedangkan satuan batuan vulkanik tufaan yang menutupi Formasi Saguling dapat disebandingkan dengan satuan batuan produk vulkanik tufan Kuarter.Kata kunci: Biostratigrafi, nannoplankton, nannofosil, Rajamandala.
Teknologi Litik di Situs Talimbue, Sulawesi Tenggara: Teknologi Berlanjut dari Masa Pleistosen Akhir Hingga Holosen. Suryatman, Suryatman; Connor, Sue O’; Bulbeck, David; Marwick, Ben; Oktaviana, Adhi Agus; Wibowo, Unggul Prasetyo
AMERTA Vol 34, No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6653.155 KB) | DOI: 10.24832/amt.v34i2.146

Abstract

Abstract.  The  Lithic  Technology  at  Talimbue  Site,  Southeast  Sulawesi:  Continuing  Technology from Late Pleistocene up to Holocene Periods. The Talimbue site at Southeast Sulawesi is packed with  lithic  and  these  offer  a  new  perspective  on  the  lithic  technology  of  Sulawesi.  The  absence  of information  on  the  prehistoric  lithic  technology  of  Southeast  Sulawesi  is  a  factor  of  interest  that makes  research  on  knowledge  of  the  Talimbue  site  necessary.  Lithic  artefacts  were  manufactured from  the  terminal  Pleistocene  to  the  Late  Holocene.  This  research  will  disentangle  the  details  of the lithic technology at the Talimbue Site. The analyzed flaked stone artefacts fall into 3 categories, which are retouched flakes, debitage and cores. For its part, debitage was classified into 3 categories, which are complete flakes, broken flakes and debris. The retouch index was also measured so as to provide a quantitative estimate of the level of retouch intensity of the retouched flakes. The results of  the  analysis  indicate  changes  in  the  stone  flake  technology  during  the  period  of  occupation  of the Talimbue Site. The change of technology occurs because the process of adaptation caused by a change of environment. Abstrak. Temuan  litik  yang  sangat  padat  di  Situs  Talimbue  di  Sulawesi  Tenggara  menunjukkan sebuah persepektif baru dalam kajian teknologi litik di Sulawesi. Kekosongan informasi teknologi litik masa prasejarah di wilayah Sulawesi Tenggara adalah hal yang menarik dikaji dalam penelitian di Situs Talimbue. Artefak litik digunakan dari masa Pleistosen Akhir hingga masa Holosen Akhir. Penelitian ini akan menguraikan secara detail bagaimana teknologi litik di Situs Talimbue. Artefak batu diserpih yang dianalisis menjadi 3 kategori, yaitu serpih diretus, serpihan dan batu inti. Serpihan kemudian  diklasifikasi  menjadi  3  kategori,  yaitu  serpih  utuh,  serpih  rusak  dan  tatal.  Pengukuran indeks retus juga dilakukan bertujuan untuk mengestimasi secara kuantitatif tingkat intensitas retus terhadap serpih yang telah diretus. Hasil penelitian menunjukkan perubahan teknologi artefak batu diserpih terjadi selama masa hunian di Situs Talimbue. Perubahan teknologi terjadi karena adanya proses adaptasi yang disebabkan oleh perubahan lingkungan.
SITUS LAMBANAPU: DIASPORA AUSTRONESIA DI SUMBA TIMUR Handini, Retno; Simanjuntak, Truman; Sofian, Harry Octavianus; Prasetyo, Bagyo; Artaria, Myrtati Dyah; Wibowo, Unggul Prasetyo; Geria, I Made
AMERTA Vol 36, No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.337 KB) | DOI: 10.24832/amt.v36i2.67-80

Abstract

Abstract, Lambanapu Site: Diaspora Austronesia In East Sumba. The research at Lambanapu Site aims to determine the position of Lambanapu in the distribution and development of Austronesian ancestors and their culture in Sumba. The method used is survey, excavation, analysis, and interpretation. The results of the research are skeletal findings and urn burial also artifacts which are pottery, beads, metal jewelry, and stone tools.  From the dating result it is known that Lambanapu Site was inhabited at least 2.000 years ago and from paleantropology analysis, it is estimated that the individuals found from primary and secondary burial in Lambanapu are a mixture of Mongoloid and Australomelanesoid. Genetic mixing is very possible, given the history of the archipelago's occupation which was filled by several waves of great migration in the past. The Lambanapu site has provided an overview of Sumba's ancestral life in the context of the archipelago. The Lamabanapu research results show us, how Lambanapu and Sumba in general rich with historical and cultural values of the past that are very useful for today's life. The wealth of historical and cultural values is not only for local interests, but also to fill the rich history and culture of the archipelago, and even contribute to global history. Keywords: Lambanapu, prehistoric, Austronesian  Abstrak, Penelitian di Situs Lambanapu bertujuan untuk mengetahui posisi Lambanapu dalam persebaran dan perkembangan leluhur Austronesia dan budayanya di Sumba.  Metode yang dilakukan adalah survei, ekskavasi, analisis, dan interpretasi. Hasil penelitian berupa temuan rangka dan kubur tempayan serta artefak berupa gerabah, manik-manik, perhiasan logam, dan alat batu.  Dari hasil pertanggalan diketahui bahwa setidaknya Situs Lambanapu telah dihuni 2.000 tahun yang lalu. Hasil analisis paleoantropologi diperkirakan individu yang ditemukan di Lambanapu, baik kubur primer maupun sekunder, merupakan percampuran antara Mongoloid dan Australomelanesoid. Percampuran genetika memang sangat memungkinkan terjadi mengingat sejarah hunian Nusantara yang terisi oleh beberapa gelombang migrasi besar pada  masa lampau. Situs Lambanapu telah memberikan gambaran kehidupan leluhur Sumba dalam konteks Nusantara. Hasil penelitian memperlihatkan betapa Lambanapu dan Sumba pada umumnya memiliki kekayaan nilai sejarah dan budaya masa lampau yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masa kini. Kekayaan nilai sejarah dan budayanya tidak hanya untuk kepentingan lokal, tetapi juga untuk mengisi kekayaan sejarah dan budaya Nusantara, bahkan kontribusi bagi sejarah global.  Kata kunci : Lambanapu, prasejarah, Austronesia
A Stegodon Mandible from Cipanaruban, Subang, West Java; Description and Its Position in the Java Vertebrate Biostratigraphy Wibowo, Unggul Prasetyo; setiyabudi, Erik; Kurniawan, Iwan
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 19, No 1 (2018): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.74 KB) | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.19.1.9-14

Abstract

Abstract - This paper describes a fossil of a right mandibular ramus with nearly complete molar M2 of Stegodon from a cliff of a hill of Cipanaruban River, near Pasir Cabe, about 6 km to the East of Subang City, West Java, Indonesia. The specimen is a surface collected, however the attached matrix on mandible indicated that this specimen is mostly derived from the sandstone unit of the Citalang Formation. The age of this fossil is estimated to be around Late Pliocene to Early Pleistocene based on the mammalian biostratigraphy of Java.Keyword : Stegodon, mandible, Late Pliocene - Early Pleistocene, fossil, Subang.