Sherly Mudak
Sekolah Tinggi Teologi Arrabona Bogor

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

INTEGRASI TEOLOGI DAN PSIKOLOGI DALAM PELAYANAN PASTORAL KONSELING KRISTEN Sherly Mudak
Missio Ecclesiae Vol. 3 No. 2 (2014): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v3i2.40

Abstract

Teologi dan psikologi merupakan dua ilmu yang sangat berbeda sehingga tindakan untuk mengintegrasikan teologi dan psikologi bukan masalah yang mudah. Meskipun memiliki tujuan yang terbaik untuk tetap alkitabiah, namun sangatlah tidak mudah untuk mengakui konsep-konsep psikologi atau pemikiran yang berkompromi dengan isi Alkitab. Akibat yang biasa dilakukan namun berbahaya adalah kecenderungan melihat kepada ajaran Alkitab melalui kacamata psikologi sementara kebutuhan kritis adalah melihat kepada psikologi melalui pandangan atau ajaran Alkitab. Teologi (dalam hal ini teologi Kristen) atau kekristenan dan psikologi dapat diintegrasikan, asalkan psikologi berada di bawah otoritas Alkitab. Dengan berotoritaskan Alkitab, maka apabila ajaran Alkitab mengalami konflik dengan konsep atau ajaran apapun, ajaran Alkitab akan tetap diterima sebagai kebenaran karena Alkitab adalah penyataan Allah yang tidak dapat salah. Sedangkan jika konsep lain, sekalipun didukung oleh penelitian ilmiah tetapi jika tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab, maka tidak dapat diterima sebagai kebenaran. Dengan berlandaskan kepada Allah dan penyataan-Nya kepada manusia baik itu penyataan khusus maupun penyataan umum, integrasi teologi dan psikologi sesuai dengan perspektif Alkitab yaitu melayani dan memandang manusia ciptaan Allah sebagai satu keutuhan. Dengan demikian konselor Kristen dapat menerima psikologi hanya jika aspek-aspeknya selaras dengan kebenaran Alkitab dan juga sebaliknya. Maka di dalam memformulasikan proses integrasi antara teologi dan psikologi harus diperhatikan bahwa, sangat tidak beralasan bagi orang Kristen untuk menolak semua hal tentang psikologi yang dibangun di atas dasar ilmu pengetahuan, sebaliknya tidak ada alasan untuk menolak kekristenan hanya karena berlandaskan pada Alkitab. Masalah dalam integrasi, khususnya dalam bidang theologia dan psikologi adalah bagaimana membawa kebenaran Allah, dari segala bidang yang diciptakan-Nya, untuk menunjang karya-Nya atas umat manusia secara utuh.
MAKNA DOA BAGI ORANG PERCAYA Sherly Mudak
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 1 (2017): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i1.70

Abstract

Ada ungkapan bijak yang menyatakan, “if you only pray when you’re in trouble, then you are in trouble.” Doa bukan hanya dipanjatkan pada saa seseorang merasa perlu atau ada dalam masalah dan pergumulan saja. Doaitu bukan suatu hal yang remeh dan merupakan nomer dua atau sekedar ritual untuk memperkuat keyakinan atas motivasi seseorang. Orang percaya harus berdoa karena Firman Allah memerintahkan kepadanya untuk berdoa. Firman Tuhan mengatakan, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" Yesaya 55:6. Tuhan Yesus juga mengatakan suatu perumpamaan supaya murid-murid-Nya tidak jemu- jemu berdoa. Lukas 18:1. 1 Tesalonika 5:17 berkata, "Tetaplah berdoa." Doa adalah perintah Allah dan disertai janji Allah. Allah yang memerintahkan untuk berdoa adalah Allah yang berjanji akan mengabulkan doa dan permohonan setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam doa. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 50:15, "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan,Aku akan meluputkan engkau,dan engkau akan memuliakan Aku" juga dalam Matius 7:7-8, "Mintalah,maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat;ketoklah,maka pintu akan dibukakan kepadamu. Karena setiap orang yang meminta, menerima,dan setiap orang yang mencari, mendapat,dan setiap orang yang mengetok,baginya pintu dibukakan." Allah menginginkan agar setiap umat-Nya berdoa dan hal ini pun diajarkan oleh Tuhan Yesus telah mengajarkan kepada para murid-Nya agar mereka berbicara kepada Bapa di surga saat mereka berdoa. Berdoa ialah berbicara dengan Bapa yang di surga. Ini merupakan persekutuan dengan Allah. "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu" Yakobus 4:8a. Tuhan sangat senang saat anak-Nya berbicara dengan Dia dalam doa. Inilah alasan utama mengapa orang percaya harus berdoa yaitu karena Allah menginginkan orang percaya untuk berdoa. Setiap orang percaya dituntut untuk berdoa untuk melewati perjalanan kehidupan rohaninya. Yesus berkata bahwa orang percaya dapat meminta kepada Bapa Surgawi segala sesuatu yang butuhkan, termasuk pada saat di mana iadicobai oleh Iblis dan jatuh ke dalam dosa, maka ia harus berdoa dan meminta Tuhan agar melepaskannya dari pencobaan tersebut. Jika orang percaya jatuh dalam dosa, maka iahanya bisa diampuni jika ia mau mengakui dosa kepada Tuhan lewat doa. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." 1 Yohanes 1:9. Allah turut campur tangan dalam mengatasi persoalan atau mewujudkan impian atau keinginan orang percaya. Tanpa Allah tidak mungkin keinginan dan rencana manusia dapat tercapai. Amsal 19:21 mengatakan, “Banyaklah rencangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” Ini menunjukan bawa manusia tidak berkuasa untuk mencapai apa yang diingini. Dalam Amsal 16:3 dikatakan, “Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu.” Jelas sekali hubungan kedua ayat ini. Rancangan manusia tanpa diserahkan kepada Tuhan tidak akan terlaksana. Apapun itu keinginan hati kita,dapat diuatarakan kepada Allah di dalam doa-doa dan pasrahkan semuanya dalam tangan kuasa Allah, maka Tuhan akan mengabulkannya.
Model Teaching Skills Yesus Kristus Berdasarkan Injil Lukas Bagi Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembangunan Adversity Quotient dan Spiritual Quotient Pelajar Di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar-Bali Els Ribkah Runkat; Sherly Mudak
Missio Ecclesiae Vol. 10 No. 2 (2021): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v10i2.142

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model teaching skills Yesus Kristus berdasarkan Injil Lukas bagi pengembangan kompetensi pedagogik guru bagi pembangunan adversity quotient dan spiritual quotient pelajar di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar-Bali. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh seorang guru atau pendidik untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya serta mempelajari suatu nilai baru dalam suatu rangkaian sistem yang terkoordinasi dalam suatu proses pendidikan, yang biasanya ditentukan sebagai kompetensi keterampilan mengajar. Tercapainya tujuan kegiatan pendidikan atau pembelajaran erat kaitannya dengan profesionalisme dan kualitas guru, terutama kompetensi pedagogik guru dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran. Berdasarkan model keterampilan mengajar Yesus Kristus, guru dapat mengembangkan kompetensi pedagogik guru untuk membangun adversity quotient dan spiritual quotient siswa. Penelitian ini secara khusus mengkaji kompetensi keterampilan teknis guru terhadap adversity quotient dan spiritual quotient siswa di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar-Bali. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merancang Keterampilan Mengajar guru berdasarkan Yesus Kristus menulis pada Injil Lukas telah menjadi bukti otentik keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang mengubah kehidupan, sebagai kompetensi metode penelitian guru digunakan kombinasi dari desain sekuensial eksplorasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa model keterampilan mengajar Yesus Kristus berdasarkan Injil Lukas merupakan strategi yang tepat dan efektif untuk pengembangan kompetensi pedagogik guru dalam pengembangan adversity quotient dan spiritual quotient siswa di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar-Bali.
Signifikansi “Penolong Yang Sepadan” Menurut Kejadian 2:18 Bagi Istri Gembala Jemaat Masa Kini Sherly Mudak; Winda Sulistia Ningsih Mendrofa
Jurnal Arrabona Vol. 5 No. 1 (2022): Agustus
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.794 KB) | DOI: 10.57058/juar.v5i1.64

Abstract

Perempuan diciptakan sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki (Kejadian 2:18), dalam arti diciptakan untuk mendukung, melengkapi tugas dan panggilan suaminya. Begitupun halnya ketika menjadi istri dari seorang gembala jemaat. Istri gembala jemaat dalam kehidupannya harus berkenan kepada Tuhan, memiliki karakter yang sesuai dengan firman Tuhan serta menjadi pribadi yang bijaksana, sehingga menjadi kesaksian yang patut diteladani oleh orang lain dan memuliakan Tuhan. Selain memiliki karakter yang baik, harus memiliki kedewasaan rohani yang memadai sehingga dapat mengimbangi pelayanan suami dan kualitas kerohanian suami, keluarga dan pelayanan suami di gereja. Tujuan dari penulisan ini untuk menjelaskan mengenai makna “Penolong Yang Sepadan” menurut Kejadian 2:18, supaya istri gembala jemaat masa kini memperoleh pemahaman yang benar sebagai seorang penolong dan signifikansi bagi para istri gembala jemaat Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode deskriptif dan ditindaklanjuti dengan mengumpulkan data-data literatur. Penulis menemukan bahwa ada istri gembala jemaat yang tidak hidup sungguh- sungguh takut Tuhan, membuat dirinya tidak hidup didalam kekudusan Allah, seperti istri selingkuh bahkan membunuh suaminya sendiri. Penulis memberi saran istri gembala jemaat harus memiliki pengenalan yang baik akan Tuhan, sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Istri gembala jemaat harus terus meng-upgrade diri baik secara pengetahuan, kecakapan dalam hal-hal praktis yang diperlukan dalam pelayanan, dan keterampilan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
Keseimbangan Kerja dan Ibadah, serta Peran Penggembalaan: Studi terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Wilayah Osaka-Jepang Leniwan Darmawati Gea; Ayub Abner Martinus Mbuilima; Sherly Mudak
Jurnal Teologi Injili Vol. 3 No. 1 (2023): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi ATI Anjungan Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55626/jti.v3i1.48

Abstract

Penelitian ini dilakukan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Osaka-Jepang dengan pokok masalah yang penting, yaitu mengenai keseimbangan antara kerja dan ibadah yang sering terhambat oleh intensitas kerja yang terlalu tinggi. Mengenai itu, tujuan penelitian ini adalah memberikan pemahaman kepada para TKI tentang pentingnya ibadah serta kerja sesuai porsinya masing-masing, agar keduanya tidak saling mengorbankan. Menurut penelitian, para TKI yang diwawancarai lebih berorientasi pada kerja dan cenderung mengorbankan waktu ibadah, oleh karena itu diperlukan peran penggembalaan untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma fenomenologi melalui pengamatan dan wawancara secara langsung untuk menemukan pokok masalah yang diteliti. Sesuai dengan hasil penelitian, maka penulis menawarkan beberapa pola penggembalaan, yaitu: memperlengkapi pemahaman para TKI tentang vitalitas ibadah; penjangkauan melalui ibadah online; membimbing para TKI kepada terapi rohani secara mandiri; mengadakan konseling online.
Pemulihan Citra Diri Remaja Madya: Integrasi Psikologi dan Teologi Sherly Mudak; Ferdinan S. Manafe
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 5 No 1 (2023): JIREH: Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v5i1.143

Abstract

This article aims to explain how the integration of psychology and theology can be used as a method of self-image restoration for middle-aged adolescents. This qualitative descriptive research aims to describe in words the purpose of integrating psychology and theology to help middle adolescents improve their self-image. This research was conducted by collecting data from scientific journals and other references in accordance with the topic of writing. The results show that the integration between psychology and theology can help middle adolescents to improve their self-image. This integration combines psychological theories and theological views that can help middle adolescents understand themselves and acquire strong moral and spiritual values to improve their self-image. Some techniques and strategies applied in the integration of psychology and theology can help middle adolescents overcome self-image problems and improve their quality of life. This research can be an important reference for professionals in the fields of psychology and theology, as well as parents and counselors who want to help middle adolescents improve their self-image. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana integrasi antara psikologi dan teologi dapat digunakan sebagai metode pemulihan citra diri remaja madya. Tujuan riset dengan metode penelitian kualitatif deskriptif ini untuk mengintegrasikan psikologi dan teologi guna menolong remaja madya memperbaiki citra diri. Penelitian ini dikakukan dengan mengumpulkan data dari jurnal ilmiah dan referensi lain sesuai dengan topik penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi antara psikologi dan teologi dapat membantu remaja madya untuk memperbaiki citra diri mereka. Integrasi ini menggabungkan teori-teori psikologi dan pandangan-pandangan teologi yang dapat membantu remaja madya memahami diri mereka sendiri dan memperoleh nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat untuk memperbaiki citra diri mereka. Beberapa teknik dan strategi yang diterapkan dalam integrasi psikologi dan teologi dapat membantu remaja madya mengatasi masalah citra diri dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Penelitian ini dapat menjadi referensi penting bagi profesional di bidang psikologi dan teologi, serta orang tua dan konselor yang ingin membantu remaja madya dalam memperbaiki citra diri mereka.