Kehadiran media sosial memberi perubahan pada cara orang berinteraksi. Salah satunya melalui fitur live streaming TikTok, memungkinkan orang dapat berinteraksi secara online. Bukan hanya itu, bagi TikTokers yang melakukan live streaming bisa mendapatkan apresiasi dari para penonton berupa koin yang dapat dikonversi dengan nominal uang. Tapi sayangnya, untuk mencapai hal tersebut para TikTokers sering membuat konten-konten yang kontroversial. Melalui teori presentasi diri (self-presentation theory), penulis menemukan adanya konten yang mengandung unsur melukai diri (self-harm) sebagai bentuk presentasi diri untuk mendapat perhatian. Hal tersebut nampak pada beberapa live streaming di TikTok Indonesia yang menampilkan perilaku seperti pemukulan benda keras di kepala sendiri. Perilaku self-harm itu dapat dikategorikan sebagai bentuk gangguan mental. Bukan hanya itu, live streaming juga ada yang menampilkan konten gangguan makan berupa memakan makanan ekstrim atau menjijikan. Hal itu bisa memicu perubahan dan gangguan makan pada penonton. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka deskriptif. Data primer dalam penelitian digali melalui observasi lapangan dengan pengamatan langsung pada aktivitas pengguna TikTok. Sementara itu, pengumpulan data sekunder menggunakan studi literatur yang terkait penggunaan aplikasi TikTok. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas self-harm dilakukan untuk menarik perhatian penonton. Melalui presentasi diri lewat self-harm mereka mencari gift-points dari penonton. Padahal manajemen TikTok mengklaim telah menerapkan panduan komunitas TikTok untuk menghindari munculnya konten-konten yang berpotensi negatif. Termasuk diantaranya konten self-harm dan gangguan makan.Kata KunciĀ : TikTok, Melukai Diri, Gangguan Makan, Konten