Sofwan Noerwidi, Sofwan
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

BEBERAPA HASIL PENELITIAN KUTAI MULAWARMAN 2008: SITUS MUARA KAMAN DALAM PERSPEKTIF KAWASAN Noerwidi, Sofwan
Naditira Widya Vol 4, No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i2.30

Abstract

Abstrak. Pada daerah percabangan Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Rantau terdapat situs Muara Kamanyang diyakini sebagai lokasi yang menjadi tonggak awal sejarah Nusantara, dan lokasi asli dari Kerajaan KutaiMulawarman, yaitu kerajaan Hindu pertama yang berdiri pada abad ke-5 Masehi. Tulisan ini membahas perspektifkawasan situs Muara Kaman dalam kerangka sejarah Nusantara dan Asia Tenggara. Hasil kajian ini mengindikasikanadanya kesamaan tinggalan arkeologis dengan beberapa situs dari periode proto-sejarah di Asia Tenggara yangmemiliki kronologi dari awal abad Masehi. Bukti-bukti arkeologis mengarahkan adanya jaringan perdaganganyang erat antara wilayah Kalimantan bagian timur dengan beberapa kota pelabuhan dagang kuna di KepulauanAsia Tenggara yang melibatkan orang berbahasa Austronesia.
Awai Kolonisasi Austronesia di Tenggara Pulau Jawa: Perspektif Situs Kendenglembu Noerwidi, Sofwan; Hadi Sulistyarto, Priyatno
AMERTA Vol 29, No 1 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3234.042 KB) | DOI: 10.24832/amt.v29i1.405

Abstract

Early Colonization of the Austonesia the Southeast Part of Java: The Perspective of Kedenglembu Site. Until recently, the most widely accepted explanation for the case of Austronesian migration and colonization is Bellwood-Blust model, which are collaboration between archaeological data and historical linguistics. Based on linguistic evidence, Robert Blust(1985) proposed hypothesis about sub-group of Javanese language which comes from a community in the southern part of Borneo, around the estua,y of Barito River. Based on those linguistic analysis results can be seen that the fonnation process of proto-language of Javanese, Balinese, Sasak and West Sumbawa occurred about 2 5 00 BP Th is papenvi/1 discuss some data from recent research at the Kendenglembu Site, Banyuwangi and its implications for hypothesis of the initial Austronesian colonization in the southeastern part of Java. Archaeological data from Kendenglembu Site indicating the Austronesian colonization of Java Island derived from the West Sulawesi. Meanwhile, AMS dating analysis results from Kendenglembu Site produce more young chronology, compared with linguistic dating by glotocronology method.
Younger Toba Tephra 74 Kya: Impact On Regional Climate, Terrestial Ecosystem, And Prehistoric Human Population Noerwidi, Sofwan
AMERTA Vol 30, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1902.345 KB) | DOI: 10.24832/amt.v30i1.396

Abstract

One of the largest volcanic activity which predicted was caused terrible volcanic winterin Quaternary period is the Toba eruption in 74 ka, Northern Sumatra, Indonesia. According to the Toba catastrophe theory by some scholars, it had a global consequence of killing most humans who alive and creating of a population bottleneck that affected the genetic inheritance of all living humans today. This paper will discuss about Toba eruption and also its impact for vegetal, animal, and human environmental change based on previous research.
Beberapa Aspek Biokultural Rangka Manusia dari Situs Kubur Kuna Leran, Rembang, Jawa Tengah Noerwidi, Sofwan
AMERTA Vol 32, No 2 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2963.933 KB) | DOI: 10.24832/amt.v32i2.167

Abstract

Abstract. Some Biocultural Aspects on Human Skeleton from Ancient Burial Site of Leran, Rembang, Central Java. Leran ancient burial site was informed by local people to the Center for Archaeological Research of Yogyakarta in 2012. Until 2013, we have found at least 17 individuals of human remains which were identified from Leran site. This paper tries to uncover biocultural aspects on human skeletal of Leran site through material data of remaining anatomy. The biological aspectsinclude sexes, age, stature, and race. The cultural aspects include premortem cultural practices and burial treatment. Hopefully this article could enrich our understanding of the biocultural aspects on the burial sites in Java in particular and Indonesia in general.Abstrak. Situs kubur kuna Leran dilaporkan oleh masyarakat kepada Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2012. Hingga penelitian tahun 2013, setidaknya telah ditemukan sebanyak 17 individu yang berhasil diidentifikasi dari Situs Leran. Tulisan ini berusaha mengungkap aspek biokultural yang dimiliki oleh rangka manusia Situs Leran melalui data-data materi anatomi tersisa. Aspek biologis yang diungkap antara lain adalah jenis kelamin, usia, tinggi badan, dan ras. Aspek kultural yangdibahas meliputi kebiasaan si individu pada saat masih hidup, dan perlakuan penguburan. Semoga tulisan ini dapat memperkaya pandangan kita mengenai aspek biokultural pada situs-situs kubur di Jawa pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
MIGRASI AUSTRONESIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERKEMBANGAN BUDAYA DI KEPULAUAN INDONESIA Noerwidi, Sofwan
AMERTA Vol 32, No 1 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2085.072 KB) | DOI: 10.24832/amt.v32i1.374

Abstract

Abstrak. Pada saat masyarakat penutur bahasa Austronesia datang di Kepulauan Indonesia, kawasanini bukanlah suatu daerah kosong tidak berpenghuni. Beberapa pulau di Kepulauan Indonesia telahdihuni oleh populasi lain. Akibat adanya kontak antar-komunitas tersebut mengakibatkan prosesadaptasi, inovasi, dan interaksi budaya yang khas sebagaimana tercermin pada perkembanganteknologi alat kerang, teknologi pelayaran dan domestikasi hewan yang dikuasai masyarakat penuturbahasa Austronesia. Tahapan proses migrasi masyarakat penutur bahasa Austronesia di KepulauanIndonesia dapat dirangkum sebagai berikut: terjadi intrusi budaya baru di Kepulauan Indonesia yangdibawa oleh Austronesia. Akibat dari peristiwa tersebut, terjadi perkembangan budaya Neolitik diKepulauan Indonesia, disebabkan oleh adaptasi, evolusi dan interaksi antara masyarakat pendatangAustronesia dengan komunitas Non-Austronesia yang telah menghuni kawasan ini sejak masasebelumnya. Interaksi antar-budaya yang intensif menyebabkan integrasi budaya Austronesia danNon-Austronesia di Kepulauan Indonesia. Abstract. Austronesian Migration and Its Implication on Cultural Development in IndonesianArchipelago. When Austronesian language speakers came to Indonesian Archipelago, this regionis not an empty place but had already inhabited by other population. The unique processes ofadaptation, innovation, and culture interaction of Austronesian people in this new region arereflected on the development of shell tool technology, navigation technology, plant cultivation andanimal domestication. In summary, the stages of Austronesian migration in Indonesian Archipelagoare as follows: Intrusion of a new culture that was brought to the Indonesian Archipelago by theAustronesian people, which caused innovation of Neolithic culture in Indonesian Archipelago due tocultural adaptation, evolution, and interaction between the Austronesian speakers (the newcomers)with the indigenous Non-Austronesian communities. Intensive inter-cultural interactions havecreated a cultural integration between the Austronesians and Non-Austronesians in the IndonesianArchipelago.