Arhamuddin Ali, Arhamuddin
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MENGETAHUI THE MASCOTS SEBAGAI IDENTITAS KEBUDAYAAN INDONESIA MELALUI KAJIAN VISUAL DAN MUSIK Haeril, Fachmi Khadam; Ali, Arhamuddin
Jurnal Warna Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengetahui The Mascots sebagai Identitas Kebudayaan Indonesia Melalui Kajian Visual dan Musik merupakan karya tulis yang bertujuan untuk meneliti dua aspek, yaitu unsur kebudayaan yang terdapat dalam karya The Masocts, dan proses mengetahui karya tersebut sebagai identitas kebudayaan Indonesia.  Studi kasus ini menganalisis aspek visual dan musikal yang kemudian dianalisis menggunakan konsep pengetahuan Aquinas dan kesan Leibniz. Penelitian ini menyimpulkan bahwa The Mascots memuat unsur visual dan musikal yang berasal dari berbagai macam latar belakang kebudayaan Indonesia. Selain itu, mengetahui karya ini sebagai identitas kebudayaan Indonesia yang kaya akan keberagaman diketahui dengan cara mengungkap aspek universal, yaitu kesatuan karya yang mengandung unsur-unsur spesifik sebagai ciri dari paduan keberagaman.
MUSIK KERONCONG SEBAGAI MEDIA PENANAMAN SIKAP ANTI KORUPSI (Studi Kasus Pada Festival Musik Keroncong “Jangan Korupsi” di Bogor) Rukmana, Indra; Ali, Arhamuddin
Jurnal Warna Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kasus korupsi di Indonesia sudah membudaya. Segala lini kehidupan baik itu keagamaan, pendidikan, kebudayaan dll, sudah terjangkit korupsi. Berbagai kasus korupsi sudah banyak terjadi, seperti korupsi pembuatan patung anti korupsi di Pekanbaru, penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, kasus Setya Novanto dan masih banyak lagi. Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya lahir gerakan untuk melawan budaya korupsi. Salah satu gerakan tersebut dilakukan dalam bidang musik. Seperti yang dilakukan Sekolah Pilar di Bogor, ada satu kegiatan festival musik keroncong dengan melombakan lagu-lagu keroncong yang bertema “Jangan Korupsi”. Maka dari itu, peneltian ini akan mencari dua hal, yaitu alasan memilih musik keroncong sebagai media penanaman sikap anti korupsi, serta mengetahui cara musik keroncong dijadikan media penanaman sikap anti korupsi. Studi kasus ini akan mengumpulkan data kualitatif dari hasil pengamatan, wawancara, analisis dokumen. Data akan dianalisis menggunakan teknik trianggulasi dan di dialogkan dengan konsep musik dan gerakan politik dari Cogan dan Kelso
MUSIC IN INDONESIA ON THE IDEOLOGICAL DEBATES IN THE SOEKARNOIAN ERA Ali, Arhamuddin
Journal of Music Science, Technology, and Industry Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.052 KB) | DOI: 10.31091/jomsti.v2i1.602

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk menjelaskan tentang posisi musik pada perdebatan ideologi di Indonesia era Soekarno. Debat ideologi yang maksud yaitu antara konsep Soekarno tentang Nasakom (akronim Nasionalisme, Agama, Komunis atau Nasionalisme, Agama, Komunis) dan ideologi pasar (hiburan). Masing-masing ideologi ini mempengaruhi realitas musik pada waktu itu, baik kreasi maupun presentasinya. Berdasarkan hal tersebut, data tulisan ini berasal dari berbagai sumber daya, seperti observasi, wawancara, dokumen, dan rekaman audio dan video. Data tersebut dianalisis menggunakan konsep seni dan ideologi Davis dan konsep seni dan identitas Navits. Ada tiga kesimpulan yang dibuat, yaitu, pertama, Indonesia di era Soekarno dilakukan untuk mencari identitas dengan menginventarisasi musik lokal di Indonesia dan memperkenalkan ke arena internasional; kedua, Soekarno melepaskan diri dari budaya Nekolim dengan mengkategorikan musik yang baik dan yang buruk untuk Indonesia; dan ketiga, terjadi perdebatan ideologi antara musisi dan pemerintah dalam politik kebudayaan Indonesia era Soekarno. Perdebatan ini telah menempatkan musik sebagai bidang yang tidak netral dan pada kenyataannya sebagai bahasa traumatik yang muncul dari keinginan personal pencipta.  
Relevansi Selera Musikal dengan Politik Golongan di Indonesia Era Soekarno Ali, Arhamuddin
PANTUN Vol 1, No 1 (2016): Pra Modern, Modern, Post Modern
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v1i1.738

Abstract

The aim of this study is to explain differences in musical tastes in upper social class. The study alsodescribes the relationship between musical tastes with the political groups in the community of Indonesia in Sukarno era. As a conceptual basis, we use the views of Bourdieu about habitus, arenas, andcultural capital. Also used a conceptual view of the Schuessler relationship of musical tastes and ages.This case study concludes that the old group closed with the development of new music tends to assumethe old music as the best. On the other side, the young man open to the development of new types ofmusic. Besides, the differences in musical tastes of young and old groups lead to a clash between them.Differences in their taste of music creates an identity as a differentiator between them, resulting in aprocess of political groups in it.Keywords: musical tastes, political group, age and identity