Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam

Dialektika Agama dan Budaya dalam Sejarah Kesultanan Peureulak : Analisis Konflik Dinasti Aziziyah dan Dinasti Meurah Miswari
Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam Vol. 14 No. 1 (2024): Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam
Publisher : Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/liwauldakwah.v14i1.2031

Abstract

This article aims to analyze the existence of the Peureulak Kingdom which includes the background of its emergence, the integration of culture and religious values, and the conflict between the Aziziyah dynasty and the Meurah dynasty which was motivated by the Meurah dynasty's rejection of the Aziziyah dynasty's attitude which was considered too permissive towards cultural practices. which was considered by Meurah Muhammad Amin as the founder of the Meurah dynasty to contain elements of shirk. The research method used is a historical method with a qualitative approach. Researchers examine and critically analyze available sources in the form of writing, field evidence, and interviews with sources. The steps are topic selection, source collection, verification, interpretation, and writing. The research findings show that the presence of the heir to the Jeumpa Kingdom and the presence of the Caliph's Master greatly determined the emergence of the first Islamic kingdom in the archipelago, namely the Peureulak Sultanate. Then the first dynasty, namely the Aziziyah Dynasty, received opposition from Meurah Muhammad Amin because it was too permissive towards pre-Islamic culture. Resistance against the Aziziyah dynasty took place. The Aziziyah dynasty only lasted four periods and was then replaced by the Meurah dynasty. The Peureulak Sultanate was united hundreds of years later with the Pasai Sultanate.
Kerajaan Jeumpa dan Penyerapan Agama ke dalam Nilai Budaya Miswari
Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam Vol. 13 No. 1 (2023): Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam
Publisher : Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47766/liwauldakwah.v13i1.2032

Abstract

Artikel ini bertujuan menganalisis eksistensi Kerajaan Jeumpa dan integrasi nilai budaya dan nilai agama yang dibawa masyarakat pedagang. Metode penelitian yang digukan adalah metode sejarah dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menguji dan menganalisa secara kritis sumber-sumber tersedia dalam bentuk tulisan, bukti-bukti lapangan, dan hasil wawancara dengan narasumber. Langkahnya adalah pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, dan penulisan. Temuan penelitian menunjukkan, Kerajaan Jeumpa telah menjadi negeri dengan bandar pelabuhan sebagai penyangga utama perekonomian. Negeri itu telah mencapai kemajuannya pada abad kedelapan. Syahriansyah Salman, sebagai seorang pedagang dari Persia berhasil menikahi Putri Raja Jeumpa, Mayang Seludang. Kemudian, salah satu putra Syahriansyah Salman, Syahri Tanwi berhasil menjadi Raja Jeumpa. Meskipun telah memiliki interaksi yang baik dengan para pedagang muslim dari Arabia dan Persia, Kerajaan Jeumpa tidak menjadikan agama yang datang dari Timur Tengah itu sebagai sebuah identitas ajaran. Masyarakat Negeri Jeumpa hanya menerima nilai-nilai esensial Islam yang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka hayati. Hingga mencapai kemudurannya sebagai destinasi utama di pulau Sumatra yang kemudian digantikan Peureulak, Kerajaan Jeumpa tidak menjadikan Islam sebagai ajaran kerajaan dan masyarakat. Islam sebagai identitas agama mulai berlaku di Peureulak. Sementara Islam mengedepankan simbolisme baru terjadi di Sumatra pada abad ke-13 pada Kesultanan Samudra Pasai. Namun demikian, penyerapan nilai-nilai esensial keagamaan ke dalam kosmologi masyarakat menjadikan Islam pada periode berikutnya diterima dengan mudah.