Teguh Haryono Karjadi, Teguh Haryono
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Proporsi Infeksi Virus Hepatitis B Tersamar pada Pasien yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus Bratanata, Joyce; Gani, Rino Alvani; Karjadi, Teguh Haryono
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 2, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Infeksi hati kronik merupakan penyebab penting morbiditas serta mortalitas di antara penderita HIV positif pada pemakaian highly active antiretroviral therapies (HAART). Penyakit hati kronik dapat terjadi mulai dari infeksi tersamar sampai karsinoma hepatoselular. Kejadian VHB tersamar sering ditemukan pada pasien dengan kondisi imunosupresi seperti HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya proporsi hepatitis B tersamar, hitung CD4+, transmisi IVDU, proporsi hepatitis C dan proporsi anti-HBc yang positif pada koinfeksi hepatitis B tersamar pada pasien HIV/AIDS di RSCM. Metode. Studi potong-lintang dilakukan pada pasien HIV yang berobat di Pokdisus dan ruang rawat inap RSCM dengan pengambilan sampel secara consecutive. Kriteria inklusi adalah pasien HIV dengan hasil HBsAg negatif dan belum pernah mendapat terapi antiretroviral. Subjek dengan hasil HBsAg negatif dilanjutkan dengan pemeriksaan anti-HBc, anti-HCV dan HBV DNA dengan teknik double step (nested) polymerase chain reaction (PCR) secara kualitatif dengan sensitifitas mencapai 102 kopi genom per mililiter serum. Ekstraksi HBV DNA menggunakan High Pure Viral Nucleic Acid Kit ® (Roche Diagnostics). Primers yang digunakan pada nested PCR berasal dari HBV-DNA S gene. Amplifikasi nested PCR dilakukan sebanyak dua putaran. Hasil. Selama bulan Desember 2008 – Januari 2009 diperoleh 58 subjek HIV. Pada akhir penelitian didapatkan 57 pasien memenuhi kriteria inklusi (68,4% laki-laki, usia 26-35 tahun sebanyak 68,4%, penularan HIV/AIDS melalui penggunaan jarum suntik secara bersama-sama 42,1%, hubungan seks 36,8%, dan keduanya 21,1%) dilakukan evaluasi adanya hepatitis B tersamar. Proporsi anti-HBc positif pada penderita HIV sangat tinggi (91,2%). Proporsi hepatitis B tersamar didapatkan pada 5 dari 57 subjek (8,8%). Proporsi hepatitis B tersamar lebih banyak didapatkan pada subjek dengan hitung CD4+ < 200 sel/μL (80%), risiko penularan IVDU (60%) dan hasil anti-HBc positif (80%). Proporsi koinfeksi hepatitis C dengan hepatitis B tersamar relatif lebih sedikit yaitu 40%. Simpulan. Proporsi hepatitis B tersamar didapatkan 8,8%. Proporsi hepatitis B tersamar lebih banyak didapatkan pada subjek dengan hitung CD4+ < 200 sel/μL (80%), risiko penularan IVDU (60%) dan hasil anti-HBc positif (80%). Proporsi koinfeksi hepatitis C dengan hepatitis B tersamar relatif lebih sedikit yaitu 40%. Keterbatasan penelitian ini adalah sensitivitas dari metoda PCR yang digunakan untuk mendeteksi DNA VHB dan dilakukan hanya satu kali pada setiap subjek. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sensitivitas PCR yang lebih tinggi dan jumlah sampel yang memadai untuk menentukan karakteristik dan hubungan berbagai faktor dengan kejadian infeksi virus hepatitis B tersamar pada pasien HIV.